18

3.6K 546 56
                                    

Drett... Drett.... Dret....

Suara ponsel Seojoon mengambil alih fokus nya. Di lihat di layar tertera nama Nam Ilnam, bodyguard rahasia Seojoon untuk mengawasi setiap pergerakan Lisa. Ilnam baru bekerja dua Minggu yang lalu.

Seojoon membuka room chat nya dengan Ilnam. Seketika amarah Seojoon memuncak. Ilnam mengirim foto saat Lalisa berlatih dance di studio bersama Seulgi dan Jeongyeon.

"Brengsek!!! Anak tidak tau diri!!"

Seojoon melepas sabuk yang di pakai lalu mencambuki Lalisa. Ketahuilah sabuk Seojoon sangat tebal dan terbuat dari kulit.

Plak!
Plak!
Plak!

"Akh! Appa.... Akh!! Mian...." Lalisa hanya mampu bertahan dalam keadaan nya. Jika melawan pasti akan mendapat lebih banyak pukulan.

"Kenapa kau masih melakukan nya hah?!!! Kenapa kau masih saja MELAKUKAN DANCE MENJIJIKKAN ITU!!!"

Plak!
Plak!
Plak!

Suara cambukan Seojoon terdengar menakutkan. Para maid yang melihat gemetar ketakutan di buat nya.

"AKU SUDAH BILANG JANGAN MELAKUKAN DANCE GILA ITU LAGI!! KAU HARUS MENJADI DUPLIKAT KU!!"

"Jadi kau melakukan apa yang kami larang Lalisa?!!" Marah Minyoung. Tentu dia tidak terima jika anak nya melawan hanya karna hal yang menurut Minyoung menjijikkan itu.

"Ya!! Aku melakukan nya!! Hiks Aku melakukan dance gila itu!! Aku gadis sialan melakukan dance menjijikkan itu!!"

"SUDAH AKU BILANG UNTUK MENJADI DUPLIKAT SUAMI KU!! KAU LAHIR DARI SPERMA NYA!! JADILAH SEPERTI DIA, JANGAN HANYA MENJADI BEBAN DAN MEMALUKAN!"

Mata tajam Minyoung beradu pada mata sembab Lisa. Dapat Minyoung lihat kekosongan serta keputusan asaan. Tapi ego adalah yang nomer satu bagi Minyoung.

"kau lihat unnie unnie mu? Mereka menjadi CEO di usia muda, mereka sukses karna bisnis. SEDANGKAN KAU HANYA GADIS BODOH YANG GILA DENGAN DANCE DANCE ITU!! KENAPA KAU TAK BISA SEPERTI UNNIE MU YANG LAIN HAH?"

"BERHENTI MEMBANDINGKAN AKU EOMMA!!! Aku bukan dia yang pintar, hiks... aku bukan dia yang sempurna, aku adalah aku!! Kami berbeda!!"

"Kenapa?!! KENAPA KAU BERBEDA HAH?!! KAU LIHAT ANAK ANAK TEMAN KU SEMUA NYA PINTAR! MEREKA BAHKAN BISA MENGURUS EMPAT PERUSAHAAN SAAT MASIH BERUSIA SANGAT MUDA!"

plak!

Setelah mengucapkan kalimat itu kembali tangan panas Seojoon memberi tanda di pipi Lalisa. Untuk kesekian kali nya Lalisa mendapat luka ini. Luka yang tak akan pernah berakhir.

"Apakah aku di lahirkan untuk kalian bersombong diri pada rekan rekan kerja kalian?!! Apakah aku terlahir hanya untuk menjadi sebuah robot pintar nan sempurna?"

"YA!" Balas cepat Minyoung. Memang itulah yang di inginkan Minyoung dan Seojoon. Membanggakan anak anak yang pintar pada rekan rekan kerja nya agar di anggap luar biasa.

Menjadikan Lalisa robot pintar karna dia anak yang tidak di harapkan. Hanya sebuah kesengajaan yang membawa banyak kesialan.

"Tapi aku manusia!!! Aku manusia yang hidup dengan jantung bukan dengan baterai dan listrik."

"Aku tidak peduli!! Dulu aku hanya berharap kau dapat menjadi gadis pintar. Aku berharap kau mengharumkan nama ku dan membawa banyak uang dengan menjadi CEO. Tapi sekarang.... Yang ku harap hanya  kematian."

"Aku berharap kau menghilang dan tidak pernah kembali. Aku berharap kau menghilang dari bumi!!" Ucap Seojoon dengan tangan menjambak Lisa.

Segumpal rambut dengan mudah nya terlepas dari kepala Lalisa. Seojoon sempat tertegun melihat gumpalan rambut di tangan nya.

"Maka bunuh aku... Kau ingin aku mati appa?" Seojoon diam. Menyesali kalimat nya karna bagaimana pun Seojoon masih membutuhkan Lalisa.

"Baiklah... Hiks... Aku mati sekarang." Lalisa berjalan kedapur lalu mengambil pisau. Setelah itu Lalisa kembali kehadapan Seojoon yang masih memandang gumpalan rambut nya.

Lalisa membantu Seojoon untuk melepaskan gumpalan rambut itu dan menggantinya dengan pisau yang baru saja di ambil tadi.

"Bunuh aku appa.... Ini yang mau mau kan? Setidak nya satu keinginan mu aku penuhi sebelum aku mati."

Seojoon membuang pisau yang di genggam nya tadi lalu mengambil sabuk nya yang tergeletak di lantai. Seojoon lebih memilih sabuk dari pada pisau itu.

Plak!

"Aku tidak akan membunuh mu sialan!!"

Plak!

"Anak pembawa sial!!"

Plak!

"Aku tidak pernah berharap kau lahir tapi kenapa kau ada di sini sebagai anakku!!"

"Sialan! Sialan! Manusia menjijikkan!!"

"Dasar beban!!"

Plak!

"Kenapa kau bodoh hah?!! Kenapa tidak seperti anak tuan Kang yang pintar?!!"

Lalisa terkulai lemah di lantai. Lantai yang awal nya berwarna putih berubah menjadi merah pekat.

Darah mengalir dari kepala, punggung, lengan, hidung dan kaki Lalisa. Ada rasa iba di hati Jisoo saat melihat adik bungsu nya seperti ini.

Dia sudah mulai menyayangi Lalisa. Begitu pun dengan kedua adik nya yang lain. Tapi di sini mereka masih berfikir jika Lisa memang pantas mendapat pelajaran.

Sama seperti orang tua nya, menurut anggapan mereka bertiga dance adalah kegiatan menjijikkan yang tidak akan pernah membuahkan uang dan kesuksesan. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohon nya.

"Kemarin kalian menyayangi ku seperti aku memang bagian keluarga ini. Kalian memelukku dengan erat, tapi ternyata kalian memelukku untuk membuat pisau yang menancap semakin dalam lagi tertancap."

"Kau tau appa?  Eomma? Kalian membuat ku membenci kehidupan. Kalian membuat ku membenci apa yang nama nya keluarga!! Aku berjanji tidak akan melahirkan seorang pun dari rahimku."

"Karna kelahiran nya... Hanya akan membawa luka, terlebih jika dia tau kakek dan nenek nya adalah manusia gila!"

"Jaga ucapan mu Lalisa!!!"

Buk!
Buk!
Buk!

Pandangan Lalisa memburam. Telinga nya berdengung. Nafas nya sangat berat. Dada nya terasa sangat sesak. Rasa sakit semakin menggerogoti, Lalisa tidak kuat jika harus mempertahan kan lagi kesadaran nya.

"Tuhan... Jika ini akhirku. Maka pertemukan aku dengan kebahagiaan itu. Aku terima semua sakit mu ini dengan lapang dada."

Mata Lalisa menutup di akhir nafas yang terlihat sangat sulit di keluarkan. Seperti nya ini akhir cerita hidup nya....

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang