14

3.9K 526 63
                                    

"bagaimana keadaan nya?"

"Tuan, apakah kalian tidak berusaha menghentikan darah nya?"

"Darah? Apa maksud mu?" Bingung Seojoon. Kenapa tiba tiba dokter Kim mengaitkan darah pada kondisi Lalisa?

"Anda tidak tau tuan?" Dokter Kim juga bingung. Mungkin kah Seojoon tidak mengetahui alasan Lalisa tak sadar kan diri?

"Tau apa?" Benar dugaan dokter Kim. Entah kenapa dia merasa kasihan dengan Lalisa sekarang.

"Lisa mencoba bunuh diri lagi, dan anda tidak mengetahui nya tuan?" Tenggorokan keluarga kecil Lalisa tercekat, bahkan untuk mengucapkan satu kata terasa sulit.

Bagiamana mereka tak mengetahui bahwa Lalisa mencoba untuk bunuh diri lagi? Padahal terakhir kali mereka sedang bersama. Atau mungkin kelima nya berpura pura tidak tau?

"Ap-apa...? Tapi... Tidak ada yang janggal dari anak ku pagi tadi." Minyoung menangis, merasa kembali gagal menjadi seorang ibu.

"Tapi Lisa kembali melukai lengan nya. Ini keempat kalinya kalian membawa Lalisa ke rumah sakit karna berusaha bunuh diri. Lalu kalian masih tidak menyadari nya?"

Dokter Kim merasa jengah dengan keluarga di depan nya ini. Padahal Lalisa sudah berulah kali mencoba meninggalkan bumi, tapi kenapa mereka masih selalu kecolongan.

Padahal mereka hanya perlu terus bersama Lalisa, menjauhkan segala benda tajam dari nya maka ini semua tak perlu terjadi.

Bukan nya bertindak, mereka hanya menangis dan menangis seolah telah kehilangan sesuatu yang berharga.

"Tapi kami benar benar tak tau, aku juga tidak melihat noda darah di mana pun."

"Tidak melihat? Padahal pakaian nya memiliki banyak noda. Terutama di bagian lengan." Seojoon, Minyoung dan Jisoo hanya menangis. Sedang dua sisa nya menatap kosong pintu ruang rawat Lalisa.

Mereka tau, Jennie dan Chaeyoung tau bahwa Lalisa mencoba bunuh diri lagi. Mereka juga melihat pakaian Lalisa bernoda darah. Hanya saja mereka tidak ingin memberi tau Seojoon dan Minyoung dengan alasan tidak ingin membuat orang tua nya khawatir.

"Mianhe lisa-ya... Unnie hanya tidak ingin appa dan eomma khawatir." Batin Jennie.

"Mianhe... Aku tidak ingin mengganggu kedamain pagi eomma dan appa, kau juga tau Lisa bahwa selama ini eomma dan appa tak bisa tenang karna dirimu." Alsan mu sungguh tak masuk akal Chaeyoung.

Bagaimana cara nya Lalisa tau tentang itu sedang dia bahkan tak tau cara nya untuk berbaring di tempat tidur dengan keadaan nya sekarang?

Tau kah kau chaeng? Hanya ada hitam yang di rasa Lisa sekarang. Kosong seperti tak ada manusia. Hampa bahkan untuk mendengar suara jangkrik saja tak bisa. Itu lah keadaan Lalisa yang sebenarnya. Dan kau mengatakan alasan aneh itu?

"Lalu bagaimana keadaan adik ku sekarang?" Jisoo menggenggam tangan dokter Kim. Berharap tak ada kabar buruk dari mulut itu. Mengingat bahwa pagi tadi Lisa ingin tidur dan tak terbangun terus menghantui.

"Keadaan nya sudah lebih baik. Dia sedang istirahat sekarang." Betapa senang nya Chaeyoung mendengar kalimat dokter Kim. Dia dengan refleks memeluk dokter Kim di susul yang lain nya.

"Gomawo... Gomawo gomawo gomawo... Hiks"

"Aku berjanji akan menaikkan pangkat mu... Aku berjanji." Dokter hanya diam mematung mendapat pelukan dari Seojoon dan keluarga nya. Tapi dia juga merasa risih saat banyak orang memperhatikan.

"Aniyo tuan, saya menjadi dokter untuk menolong sesama, bukan mencari keuntungan di atas kesulitan orang lain."

.
.
.
.

"Engh..." Terdengar lenguhan kecil dari gadis yang berada di atas bangsal rumah sakit. Lalisa menyipitkan mata nya saat cahaya lampu menyorot.

"Kau sudah bangun sayang...?"

"hiks... Aniyo... Jangan lagi, jangan pukul aku eomma... Sakit... Jangan." Lalisa meringkuk di atas bangsal nya, memeluk lutut dan menenggelamkan wajah di sana.

"Aniyo... Eomma tidak memukul mu, lihat... Eomma memeluk Lisa, eomma mencium Lisa, eomma tidak melukai Lisa, jangan menangis...."

Keempat manusia lain nya hanya mampu menahan tangis. Tak tega melihat Lalisa yang seperti ini.

"Mianhe.."

"Jangan sakiti aku eomma... Appo... Jangan appa... Unnie, berhenti! Jangan tarik rambut Lisa lagi."

"Hey lihat mata eomma. Eomma tidak menyakiti Lisa, tidak lagi, eomma berjanji!"

"Jangan.... Ini sakit, ini juga, ini juga, dan ini juga.." Lalisa menggeleng lalu dia menunjuk hati, telinga, dan yang terakhir otak nya memberi tahu bahwa bagian itu terasa sangat sakit.

"Nde, ini sakit? Mari eomma usap agar cepat pulih." Minyoung mengusap sayang dada Lalisa, tempat hati hanya banyak tergores luka.

Seojoon berjalan mendekat Lalisa mengusap dan mengecup kepala tempat otak Lalisa bersarang. Di ikuti Jennie yang mengusap telinga Lalisa.

"Kenapa yang sakit dada, telinga dan kepala? Bukan kah lengan Lisa yang terluka hmm?" Suara Seojoon terdengar lembut. Tak seperti bisanya yang terdengar keras.

"Hati Lisa sakit karna kalian hiks... Telinga Lisa perih mendengar ucapan kalian, dan otak Lisa rasa nya pecah karna kalian juga."

Brak!

Suara pintu yang di banting kasar oleh Jisoo. Dia langsung meluruh di depan pintu ruangan Lalisa. Tangis yang sedari tadi di tahan akhir nya pecah.

Tidak ada yang peduli saat melihat Jisoo keluar dari ruangan bernuansa putih itu. Semua fokus hanya pada Lalisa.

"Akh!!! Kenapa harus adik ku yang kau buat seperti ini Tuhan?!! Kenapa bukan orang lain saja!!!"

Jisoo mengamuk, memukuli dinding dan menjambak rambut nya sendiri berharap dapat mengurangi rasa sakit di hati nya.

Sebenarnya menyalahkan Tuhan juga salah. Bisa saja Tuhan semakin marah padamu lalu menarik salah seorang yang begitu penting untuk mu Jisoo.

"Kenapa harus Lalisa?!! Akh!!! Kenapa bukan manusia manusia bodoh lain nya saja...? Hiks.. kenapa? Kenapa...?"

Padahal kau yang selalu mengatakan bahwa Lalisa bodoh. Jadi wajar saja jika dia yang menerima semua itu Jisoo.

"Mianhe... Appa janji tidak akan melukai Lisa lagi. Tapi Lisa juga harus berjanji untuk sembuh arra.."

"Janji? Jangan membuat janji jika nanti di ingkari appa..." Setetes air mata kembali turun dari mata seojoon setelah tadi dia sudah menghapus nya.

"Nde! Appa berjanji untuk anak kesayangan appa! Apapun akan appa lakukan untuk anak bungsu appa yang manis ini.''

TBC and vote

Silahkan memaki Seojoon berserta kawanan...

🤮 Mewakili kalimat terakhir Seojoon

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang