5.

3.6K 478 22
                                    

Sinar matahari menembus tirai gorden kamar Lalisa, membuat pemilik nya terusik dan bangun.

Jam tujuh rupanya, ini sudah seminggu sejak Jeongyeon pulang dari rumah sakit. Dia tak meninggal seperti yang di takutkan Lalisa dan seulgi.

Lalisa mengambil ponsel nya di atas nakas, tanggal 25 Februari. Tanggal yang paling di benci Lalisa setelah tanggal kelahiran nya.

Sudah menjadi tradisi keluarga park untuk berkumpul bersama dengan keluarga besar setiap tanggal dua puluh lima.

Mungkin kebanyakan orang akan senang karna bisa berkumpul, bercerita dan bermain bersama sama. Tapi ini tak berlaku bagi Lisa, karna tanggal dua puluh lima adalah tanggal di mana banyak terdengar retakan.

.
.
.
.

Seperti yang di duga, seluruh keluarga park sedang berkumpul di mansion kakek Lalisa. Keponakan, paman, bibi, dan keluarga kecil Lalisa berkumpul dalam satu mansion.

Lalisa tengah duduk menatap kolam ikan di belakang mansion nenek nya, kebiasaan ini selalu di lakukan Lalisa setiap kali ada pertemuan keluarga.

Srek~

"Akh!!" Lalisa meringis karna seseorang menarik kasar rambut nya. Padahal tadi dirinya sedang asik memandangi ikan yang bebas berenang.

"Hey anak bodoh... Kenapa kau datang ke mansion halabeoji ku?" Pria berumur delapan belas tahun bertanya dengan wajah sangar nya. Lalisa di buat ketakutan.

"In-ini juga mansion halabeoji ku oppa..." Lalisa menjawab dengan terbata, tangan pria itu masih menarik rambut nya.

"Sudah berapa kali kami bilang? Keluarga park yang paling sempurna ini tak memiliki anak bodoh sepertimu!!" Hati Lalisa kembali sakit mendengar nya, dia cukup sadar diri bahwa dia lah yang paling bodoh.

Tapi di sini mereka memandang nya bak kotoran hewan. Di luar sana saja belum tentu ada yang bisa selalu mendapat nilai A saat mental mereka di uji.

Tapi tetap saja, park memiliki selogan yang benar benar di unjuk nomer satu kan. 'kau bukan park jika tidak berbisnis, kau bukan park jika bukan A+, kau bukan park jika kau tak menawan, dan kau bukan park jika kau tak sempurna' kalimat yang menjadi selogan keluarga park selama ratusan tahun.

Dan itu lah mengapa Lalisa tak bisa di sebut sebagai bagian park. Sebenarnya Lalisa juga tak pernah di publikasi pada dunia bahwa dia anak bungsu park seojoon dan park minyoung.

"Akh... Oppa, appo... Jebal." Kai justru tertawa jahat mendengar ringisan Lalisa. Dia bangga karna membuat kotoran keluarga tersiksa.

Di belakang nya ada beberapa anak lain nya sedang menonton. Taeyong, Nancy, Doyoung, dan Naeun. Mereka sepupu Lalisa dari keluarga seojoon dan minyoung.

Kai melepaskan tangan nya dari rambut Lalisa dan meminta selembar tisu pada maid yang senantiasa mengikuti kemanapun Kai pergi.

Dia mengelap tangan nya dengan ekspresi menjijikkan seakan baru saja memegang kotoran. Ah aku lupa, dia kan memang menganggap Lalisa kotoran.

"Bagaimana keadaan bahu mu itu? Apakah semakin memburuk? Aku harap iya. Hahaha" Doyoung tertawa dengan keras di ikuti yang lain nya setelah mengatakan kalimat yang kembali menyakiti hati Lalisa.

"Dislokasi bahu... Cukup bagus untuk kotoran hewan seperti mu. Kau semakin tak mencerminkan seorang Park!!"  Nancy menampar wajah Lalisa dengan geram. Wajah memerah menahan hasrat agar tidak memukuli Lalisa di sini.

"Pabbo-ya... Seharus nya kau keluar saja dari keluarga kami. Bukan nya kau tak pernah di anggap oleh paman seojoon dan bibi minyoung? Seharusnya kau pergi saja saat sudah tau bahwa tak pernah di anggap." Taeyong menunduk menyamakan tinggi nya dengan Lalisa yang lebih pendek.

"Sampah yang tak tau diri, sudah lah tak pintar, tak cantik, dan sekarang kau pun tak sempurna karna tangan sialan mu itu!!" Naeun langsung saja menendang dada Lalisa. Tak peduli jika Lalisa sekarang sudah menangis.

"Setelah ini, pasti nya kau tak akan mendapatkan harta warisan halabeoji, jadi percuma kau bertahan di sini. Semua harta warisan nya akan di berikan pada kami, tidak untuk mu. Jangan jadi mata duitan dan membuat kami memiliki aib besar seperti mu."

Lalisa mengepalkan tangan nya kuat saat mendengar kalimat Kai. Dia tak terima saat di bilang mata duitan. Bagaimana pun, Lalisa bertahan di rumah nya karna dia masih menyayangi keluarga nya, bukan semata Karena harta warisan.

Lalisa cukup sadar diri bahwa dia tak akan mendapatkan warisan itu dengan ketidak sempurnaannya.

Lalisa bangkit dengan kepala tertunduk, tangan nya mengepal, dan punggung bergetar pertanda dia tengah menangis.

"Aku... Tak pernah sekalipun mengharapkan harta halabeoji. Aku... Masih berada di sini karna aku menyayangimu keluarga ku!!! Aku tidak ingin harta itu!! Aku hanya ingin kasih sayang keluargaku!!"

"Kau tak akan pernah mendapat kan nya sialan!!"

Plak~

Lalisa menyentuh pipi nya yang baru saja di tampar Taeyong. Mendadak pandangan nya buram beberapa detik.

"Padahal aku sudah berdoa pada Tuhan agar lengan mu itu semakin buruk. Lalu di amputasi karna sudah tak berfungsi. Setelah itu... Halabeoji akan mengusir mu jauh dari Korea. Hahahaha" mereka kembali tertawa saat di mana Lalisa menangis.

Sekejam itu kah mereka? Kenapa kalian sampai tega mendoakan hal buruk itu terjadi?

"Sampah tetap lah sampah. Berlian tak akan pernah sama dengan kotoran hewan seperti mu. Pergilah jauh jauh wahai manusia tak sempurna!!!!"

"Setidak nya aku punya hati!! Aku tak sempurna tapi aku memiliki pemikiran yang jernih!! Aku bodoh tapi aku pintar dalam mengucapkan kalimat!!"

Nafas Lalisa memburu. Dirinya benar benar tak terima selalu di rendahkan seperti ini.

"Setidak nya kotoran yang menjijikkan bisa membuat banyak pohon tumbuh dengan subur. Tak seperti berlian tak hanya menjadi pajangan!!"

"Tutup mulutmu bodoh!!" Kelima nya melangkah ke arah Lalisa berdiri. Dengan kompak mereka menendang Lalisa sekuat yang mereka mampu.

Byur

Karna  di belakang nya ada kolam ikan, alhasil Lalisa terjebur kedalam nya. Syukur lah dia bisa berenang. Jika tidak tuhan pasti sudah menemui nya hari ini.

TBC and vote

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang