4.

3.8K 449 15
                                    

Hari ini akhir pekan, jam menunjukkan pukul empat sore. Lalisa baru saja menyelesaikan les nya yang sudah di mulai sejam pukul enam pagi tadi.

Meski akhir pekan, seojoon tak membiarkan Lalisa beristirahat dari pelajaran bisnis nya. Motto hidup seojoon adalah 'tanpa bisnis kau akan mati, bisnis adalah pengganti kehidupan mu' wajar saja jika Lalisa belajar di akhir pekan.

Lalisa sudah memiliki janji dengan seulgi dan Jeongyeon. Hari ini mereka akan bertemu di tempat biasa mereka berlatih.

Dan sekarang Lalisa sudah tiba di studio bernama YoKa. Ini adalah studio dance pribadi milik Seulgi. Yah... Lalisa diam diam berlatih dance dengan teman teman nya.

Meski jika seojoon melarang nya, Lalisa tetap berlatih secara sembunyi sembunyi.

Nama grup mereka juga YoKa dengan Jeongyeon vocal utama, seulgi center, dan Lalisa sebagai dancer dan rapper.

Saat memasuki studio itu, terlihat banyak sekali piala berjajar rapih di lemari kaca. Itu adalah kemenangan yang mereka dapat, tentu mengikuti lomba dengan benar benar tersembunyi.

Seulgi terlihat sedang berlatih di depan kaca besar, belum terlihat ada nya Jeongyeon. Seperti nya dia belum datang.

Semangat Lalisa mendadak meningkat saat melihat gerakan seulgi. Tubuh nya sudah gatal ingin segera bergerak melakukan gerakan yang mereka latih Minggu lalu.

Jeongyeon tiba tiba langsung ikut bergabung tanpa berbicara sedikit pun. Memang dia akan menjadi sangat serius saat berlatih di studio. Berbeda dengan sifat nya yang benar benar konyol.

Tak ada pelatih di sana, mereka bertiga benar benar berlatih dengan sendiri nya.

.
.
.
.

Saat tengah istirahat setelah berlatih selama tiga jam, Jeongyeon mendadak pingsang.

"Jeongyeon-ah... Ya!! Bangun! Ada apa dengan mu?" Lalisa menyentuh wajah Jeongyeon. Seketika dia panik saat merasakan panas nya permukaan kulit putih itu.

"Unnie dia demam tinggi!!." Dengan tergesa gesa seulgi langsung menghubungi supir nya. Mereka berniat membawa Jeongyeon ke rumah sakit saat merasakan panas tubuh nya.

.
.
.
.

Suasana kamar rawat Jeongyeon begitu sunyi. Kedua sahabat nya hanya duduk diam di sofa memandang Jeongyeon. Karna sudah jam makan malam, mereka memilih ke kantin rumah sakit.

Saat kembali ke ruang rawat Jeongyeon, ternyata dia sudah sadar. Dan dilihat Jeongyeon mulai beringsut bangun dari berangkat nya.

Dengan keadaan lemas Jeongyeon berjalan ke arah kamar mandi setelah mengambil sesuatu di atas meja nakas samping brangkar milik dirinya.

"Jeong? Kau mau ke mana?" Jeongyeon berhenti sejenak dan menatap Lalisa yang bertanya, kepala nya masih terasa sangat sakit dan berat.

"Membuang sampah." Jeongyeon kembali melangkah ke arah kamar mandi. Seulgi dan Lisa hanya diam memperhatikan. Mereka juga bingung  merasa seperti ada sebuah kejanggalan.

Lisa merogoh saku celana nya mencari ponsel, tapi tak di temukan nya.

"Unnie, kau melihat ponsel ku?" Seulgi mengalihkan pandangan nya menatap Lalisa. Dia mengerutkan kening nya mencoba mengingat ingat.

"Seperti nya tadi ponsel mu di atas nakas samping brangkar Jeongyeon, bersama ponsel ku juga.." mereka berjalan ke arah meja nakas. Tapi kosong, tak ada ponsel mereka di situ.

Kedua nya diam, berpikir kemana hilang nya ponsel itu? Lalu tiba tiba mereka melotot hingga mata mereka terlihat seperti akan keluar.

"Ya!!! Jeongyeon-nah, jangan kau buang ponsel kami!!" Mereka serempak berteriak saat ingat jika Jeongyeon mengambil sesuatu barang di atas nakas, dan mereka yakini itu lah benda yang sedari tadi di cari.

Langsung saja mereka berlari ke arah kamar mandi. Naas nya, ponsel seulgi dan Lalisa sudah berada di dalam wastafel dengan kran air yang di nyalakan oleh Jeongyeon, tidak lupa busa busa putih mulai terlihat di sana.

"Ya! Apa yang kau lakukan pada ponsel ku?!" Seulgi menggeram marah pada Jeongyeon. Jika saja dia tak sakit maka seulgi akan langsung membunuh diri nya.

"Ponsel ku yang malang... Apakah kau terkena sakit mental karna perlakuan Jeong?" Lalisa mengambil ponsel nya di wastafel lalu memeluk seperti dia memeluk seseorang yang di sayangi.

"Aku hanya membuang sampah, unnie." Suara serak Jeongyeon terdengar, itu karna dia sakit. Mata nya masih sayu, seperti nya Jeongyeon menghayal karna panas nya terlalu tinggi.

"Kau membuang sampah atau ingin memandikan ponselku? Hua... Ponselku yang berharga, untung lah dia tak akan rusak terkena air ini."

Seulgi juga mengambil ponsel nya lalu langsung mengelap di baju nya, menghilangkan air yang membasahi ponsel silver itu.

"Awal nya aku akan manikahkan mereka, tapi si wanita selingkuh dengan ayah nya si pria. Jadi aku mau menyekolahkan nya barusan." Jeongyeon kembali menyauti seulgi.

"Ya! Tadi kau bilang ingin membuang sampah, tapi kau justru memandikan ponsel, lalu kau bilang ingin menikahkan ponsel kami tapi batal karna si wanita selingkuh Dengan mertua nya, dan sekarang kau bilang akan menyekolahkan mereka? Aku benar benar ingin membunuh mu sekarang juga Yo Jeongyeon!!!"

"Jadi... Apa yang kau lakukan sebenarnya Jeong?" Seulgi bertanya dengan lemah lembut, teman nya ini jika sedang sakit memang suka melantur. Lihat lah sekarang, adakah ponsel menikah? Apalagi sampai ponsel berselingkuh, rasa nya seulgi ingin ikut sakit saja agar tak mengurus Jeongyeon yang tengah sakit ini.

"Diam lah unnie, mereka akan di Lantik sebagai presiden sekarang, jika kau berisik astronot nya akan makan ramyeon."

"Hua... Eomma... Aku ingin mati saja... Tapi hidup kan aku kembali setelah Jeongyeon pulih." Seulgi mendramatisir dengan tangis yang benar benar nyata.

Dia melihat Lalisa, ternyata Lalisa juga menangis, mereka berpelukan karna terkena serangan mental.

"Cabut nyawa ku selama satu jam tuhan.. nanti kembalikan lagi ke raga ku, setidak nya biarkan dia sembuh baru bangun kan aku, aku tak sanggup lagi. Di mana kamera nya, aku akan melambaikan tangan dengan bendera putih."

Sementara mereka berteriak di dalam kamar mandi, Jeongyeon kembali beranjak ke arah ranjang nya. Kepala sakit sekali, banyak suara suara aneh terdengar.

Jeongyeon memejamkan mata nya ingin menuju alam mimpi. Tapi di sana seulgi dan Lalisa masih berteriak mengganggu kenyamanan nya.

"Ya!! Bisakah kalian diam?!! Aku sedang di taman yang indah sekarang, seseorang dengan jubah putih sedang menghampiri ku!!"

Seketika drama yang di buat Lisa dan Seulgi berhenti. Mereka saling tatap berbicara dengan mata.

"Jangan jangan seseorang berjubah putih yang di maksud adalah malaikat maut?" Kembali seulgi dan Lalisa diam. Seperti tiba tiba nyawa nya hilang, terdiam kaku bingung harus berbuat apa.

"Ya!! Unnie cepat panggil dokter!!!!"

Grubak~
Duk~
Buk~
Plak~
Meong~

Suara gaduh ciptaan seulgi dan Lalisa yang berlarian keluar dari kamar mandi. Lalisa langsung menghampiri Jeongyeon memeriksa keadaan nya. Sedangkan seulgi berlarian keluar  mencari dokter.

Dilihat nya Jeongyeon masih membuka mata nya, meski terlihat sangat berat mata itu bertahan. Lalisa semakin panik di buat, dia berpikir bahwa Jeongyeon sedang mengalami ajal nya.

"Jeongyeon-ah... Jebal, jangan mati dahulu. Kau tak boleh meninggalkan aku... Hiks~ ayo bertahan, buka mata mu." Lalisa menggenggam erat tangan Jeongyeon. Dia benar benar takut kehilangan salah satu sahabat nya.

Meski Jeongyeon sangat menyebalkan, tapi sahabat tetap lah sahabat.

"Ayo buka mata mu, aku berjanji akan menikahkan ponsel ku dengan ponsel seulgi unnie, aku akan memaksa mempelai wanita memutus kan ayah mempelai pria."

"Aku juga akan menyekolahkan ponsel ku, punya seulgi unnie juga. Kami juga tidak akan berisik agar astronot nya tak makan ramyeon."

TBC and vote

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang