3.

4K 518 21
                                    

"hey bodoh! Kau sudah pulang?" Langkah Lalisa berhenti saat mendengar teriakan jisoo. Baru saja Lalisa memasuki mansion setelah acara pusing mereka di restoran.

"Unnie.." Lalisa melirih, mata nya menatap jisoo. Berharap kakak nya tak memanggil nya bodoh lagi. Memang Lalisa bodoh karna tak bisa mendapat nilai A+ yang mereka ingin kan itu. Tapi tetap saja di panggil bodoh itu menyakitkan.

"Kenapa? Kau kan memang bodoh. Terima lah kenyataan bahwa kau adalah keturunan terbodoh dari seluruh keturunan keluarga kita. ani ani hanya keluarga ku, park tidak memiliki keturunan yang bodoh dan tak sempurna."

Lalisa menahan genangan air di kelopak mata nya. Baru saja pulang, masalah sudah datang.

"Appa ku menunggu mu di ruang keluarga. Bukan hanya appa ku, tapi juga eomma dan adik adik ku." Jisoo melangkah kembali keruang keluarga yang kata nya sedang menunggu Lalisa.

Sedang Lalisa masih tetap berdiri di tempat sambil mengusap air mata nya yang mulai jatuh. Kembali jisoo menorehkan luka pada hati rapuh nya.

Setelah selesai dengan acara menangis itu, Lalisa mulai melangkah berjalan ke arah ruang keluarga. Tatapan mereka benar benar mengintimidasi Lalisa.

Dirinya mulai ketakutan, kedua tangan nya menggenggam erat ujung pakaian nya sendiri.

"Hyori bilang nilai mu berkurang satu?" Lalisa mulai bisa menebak bahwa kini masalah besar akan melanda. Memang tadi saat les bersama Hyori, nilai nya berkurang satu dari yang biasa nya sembilan puluh lima menjadi sembilan puluh empat.

Minyoung berjalan lebih dulu ke arah Lalisa dengan tangan mengepal kuat.

Buk~

"Bodoh!! Kenapa nilai mu turun hah?!!" Minyoung tanpa perasaan memukuli kepala Lalisa. Itu di gunakan bermaksud agar Lalisa kembali mengingat pelajaran yang di lupakan nya. Padahal kenyataan nya itu malah membuat kepala nya sakit saat mengingat suatu hal.

Giliran seojoon memberikan asupan malam pada Lalisa. Ini pukul setengah dua belas malam. Tapi mereka malah memberi Lalisa siksa bukan membiarkan nya beristirahat dengan tenang. Pipi Lalisa memerah karna tamparan panas seojoon.

Tangan nya mengusap usap pelan pipi merah itu. Berharap sedikit rasa sakit nya berkurang.

"Kenapa... Kenapa... Kenapa aku memiliki anak yang memalukan seperti mu?!!! Kenapa aku harus memiliki aib gadis bodoh seperti mu?!!"

"KARNA APPA TAK PERNAH PUASA DENGAN SIAPA AKU SEBENAR NYA" semua terkejut. Ini kali pertama Lalisa menggunakan nada tinggi pada seojoon.

Suara nya menggema  dalam seluruh isi mansion. Seojoon bahkan diam membeku karna terkejut akan tindakan Lisa.

"KARNA APPA TAK MAU MELIHAT SIAPA AKU. APPA TAK MAU AKU MENJADI DIRI KU SENDIRI!!!"

"BERANI NYA KAU BERKATA DENGAN NADA TINGGI PADA KU!!"

Plak~

"Aku tak berani hanya saja aku lelah appa!! Aku bukan robot yang bisa kau tuntut untuk selalu sempurna!! Aku hanya gadis biasa yang ingin menjadi idol di atas keinginan ku sendiri!!!"

Mata Lalisa menatap tajam pada sorot mata seojoon. Meski tatapan nya menajam, seojoon dapat melihat rasa sedih, lelah dan tertekan yang begitu ketara.

Seketika mata seojoon mulai berkaca kaca saat menyadari Lalisa tersiksa dalam hidup nya. Tapi dia masih tetap pada keegoisan nya untuk menjadikan Lalisa CEO bukan seorang idol yang di anggap sebuah aib besar keluarga setelah kebodohan.

Lagipula CEO adalah pilihan terbaik untuk Lalisa, ini semua demi masa depan Lalisa pikir seojoon.

"Aku tak bisa menjadi gadis sempurna karna aku manusia yang memiliki kekurangan... Aku tak bisa dapat nilai bagus karna aku benar benar tak bisa appa... Sekeras apapun aku mencoba aku tak bisa..."

"Aku tak bisa karna itu bukan keahlian ku.."
Mata Lalisa mulai mengeluarkan air, sungai kecil tercipta di atas pipi nya yang mulai membiru bekas tamparan seojoon.

"Kenapa kau tak bisa? Kenapa kau tak bisa padahal kau lahir dari sperma ku? Kenapa kau tak bisa menjadi duplikat ku? Kenapa kau tak bisa sedangkan unnie unnie mu bisa?!!!"

Seojoon masih menunjukkan betapa tergila gila nya dia pada bisnis. Bahkan sampai anak anak nya pun harus berbisnis seperti dia.

"Karna aku adalah aku!!! Aku bukan kau appa... Aku bukan jisoo unnie yang bisa memegang perusahaan mu di umur enam belas tahun!!! Aku bukan Jennie unnie yang bisa lulus sekolah lebih cepat!!"

"Aku bukan chaeyoung unnie yang bisa mendapat nilai sempurna dalam setiap pelajaran nya, aku bukan dia yang bisa memegang perusahaan seperti jisoo unnie!!! Aku bukan Jenni unnie yang cantik dan berkharisma!! Aku adalah aku!!! Aku Lalisa park bukan jisoo park, Park Jennie atau pun park Chaeyoung!!"

Nafas Lalisa memburu, tangan nya memukuli dada nya yang sesak dan naik turun tanpa mengurangi tangis nya.

"Aku adalah aku... Aku bukan unnie unnie itu, aku memiliki batas ku..."

"Aku tak punya adik yang buruk rupa seperti mu. Bodoh, wajah mu seperti bukan orang Korea, banyak luka pada kulit, tidak sepantaran dengan ku yang bahkan sangat sempurna." Jisoo buka suara. Dia tak berpendapat bahwa Lisa adalah adik nya karna merasa Lalisa tak selevel dengan dirinya yang sempurna. Atau Lalisa malah memang bukan adik kandung nya?

"Gadis bodoh di depan ini juga bukan adik ku. Aku tak mau memiliki adik yang memiliki masalah pada pergelangan tangan nya." Jennie lah kini yang buka suara. Dengan wajah dingin nya dia mengucapakan kalimat itu.

"Ya... Aku tau.. aku tak sempurna, tangan ku memiliki sedikit masalah karna dulu terjatuh bukan? tangan ku masih berfungsi, ini hanya sedikit malah. Tapi aku bukan kalian. Tak bisa kah jangan banding kan aku?"

"Itu masalah karna mengurangi kesempurnaan keluarga kami."

"Kau bodoh dan kau pantas." Chaeyoung pergi di ikuti kedua kakak nya yang lain. Memilih memasuki kamar nya masing masing karna tak ingin melihat si gadis bodoh itu.

"MAU KAU MEMILIKI BATAS, MAU SIAPAPUN KAU, KAU TETAP LAHIR DARI RAHIM KU. KAU TERCIPTA DARI SPERMA SUAMI KU!! KAU HARUS MENJADI PINTAR AGAR TAK MENJADI AIB!!" minyoung menjambak kuat rambut Lalisa membuat nya menangis semakin menjadi jadi.

"Cukup selama lima belas tahun aku menutup identitas mu yang menjadi aib keluarga ini. Aku muak harus selalu melindungi mu dari para wartawan. Aku bosan mencari alasan saat mereka bertanya."

"Jika kau tak juga bisa seperti unnie unnie mu... Maka jangan harap namamu terlihat di luar sana sebagai anak ku. Aku tak Sudi memiliki anak yang bodoh seperti ini. Apalagi dengan kondisi tangan mu yang buruk itu. Tiba tiba kau akan berteriak sakit saat tangan itu terlalu lama di gunakan, menjijikkan!!"

Seojoon langsung menarik tangan minyoung dan melangkah meninggal Lalisa sendirian. Meninggalkan secerca luka lagi pada hati Lalisa.

"Hati itu tak memiliki tulang, tapi kenapa aku bisa merasakan apa itu patah hati akibat ucapan mereka?" Angin tak menjawab pertanyaan nya. Jadi dia memutuskan untuk kekamar dan beristirahat.

TBC and vote

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang