11.

4.4K 571 98
                                    

Call me Zee. Not author atau kakak. Cuman Zee. Plis... Panggil Zee aja jangan author.

"jangan berubah, tetap seperti biasa nya saja... Tidak perlu menjadi orang lain." Jisoo menyecup pucuk kepala Lisa lembut. Memberi kasih sayang yang tak pernah Lisa terima selama ini.

"Sejak dulu aku memang bukan lah diriku. Aku hanya robot." Chaeyoung semakin mengeratkan pelukannya pada Lalisa. Hati nya sakit mendengar itu. Hati nya perih melihat Lalisa seperti tak memiliki jiwa.

Lalisa memang masih hidup, tubuh nya ada dan dia bernafas, tapi seakan akan jiwa nya Telang melayang meninggalkan raga nya.

"Jangan diam... Kenapa tak bicara? Bilang pada kami bahwa kau tak ingin sekolah bisnis lagi... Ayo menangis lah... Itu lebih baik dari pada aku harus melihat mu seperti mayat hidup. Hiks... Ayo katakan kau ingin menjadi idol.."

Gadis yang tengah Jennie peluk tetap diam. Tak merespon atau bahkan bergerak sedikitpun.

"Jangan seperti ini.... Aku, aku janji... Aku janji akan lebih baik padamu. Aku tak akan menyakiti mu lagi. Aku berjanji, Park Chaeyoung berjanji. Aku tak akan menyakitimu lagi, selamanya...."

"Kau sudah dengar? Chaeyoung sudah berjanji, jadi jangan diam seperti ini. Ayo berbicara, tersenyum, melompat dan lakukan semua nya. Aku mohon.... Aku benar benar memohon padamu."

Mereka berpelukkan, memberikan kasih yang selama ini hilang. Memberikan kecupan di setiap inci wajah Lalisa. Sedang pemilik wajah masih kehilangan jiwa nya.

.
.
.
.

Ini sudah malam. Jisoo, Jennie dan Chaeyoung menemani Lalisa tidur. Mereka tidur satu ranjang dengan Lalisa. Memeluk nya dengan segudang rasa bersalah yang menggerogoti hati.

Hanya Lalisa yang tidur, sedang ketiga kakak nya hanya menatap penuh penyesalan pada Lalisa. Mereka tak bisa tidur dan terus menangis.

Seorang prisikiater bilang jika Lalisa mengalami trauma berat, di depresi dan membuat Lalisa menjadi benar benar diam.

Dan... Yang paling menyakitkan adalah, saat ketiga nya membereskan kamar Lalisa mereka menjumpai 23 botol obat penenang.

Sebegitu kah tertekan nya Lalisa? Apakah dia begitu tersiksa? Apakah selama ini mereka berlebihan pada Lalisa?

Padahal mereka tak pernah merasa menekan Lalisa. Mereka bertiga tak pernah merasa melakukan atau mengucapkan sesuatu yang membuat Lalisa trauma dan depresi seperti ini.

Air mata tiba tiba meleleh dari pupil Lalisa.  Padahal dia tengah tertidur. Air mata nya terus mengalir meski Jennie telah menghapus nya berkali kali.

Keringat mulai membasahi kening Lalisa. Dia gelisah dalam tidur nya. Bergerak ke kanan dan kekiri. Terlihat bahwa Lalisa kesakitan.

"Aniyo... Akh... Ampun, jangan... Akh... Appo..." Jennie berusaha menenangkan Lalisa dengan mendekap nya. Memberi usapan menenangkan di kepala Lalisa meski itu tak membuah kan hasil.

"Shtt... Gwencana... Ada unnie di sini. Jangan khawatir." Chaeyoung berlari memasuki kamar mandi Lalisa. Dia terduduk lemah di depan pintu dan menangis.

Menutup mulut nya dengan kuat agar isakan tangis nya tak terdengar. Chaeyoung rapuh melihat kondisi Lalisa. Dia sakit saat mengetahui Lalisa tersiksa di hidup nya.

"Jangan seperti ini lisa-ya... Hiks... Jangan siksa aku dengan rasa bersalah. Aku mohon... Kembali menjadi Lisa ku yang dulu.."

Apa apaan ini? Sejak kapan Lalisa menjadi milik mu chaeng-ah? Sejak kapan? Bukan nya kau bilang dia bukan adik mu? Kenapa kau mengubah kalimat yang dulu begitu tegas kau ucapkan?

"Tuhan... Aku mohon hiks, aku mohon dengan sangat sangat padamu... Kembalikan adikku. Jangan siksa dia seperti ini. Dia adikku yang baik, jangan berbuat tak adil pada nya Tuhan..."

Sadar lah Chaeyoung!!! Kalian lah yang menyiksa Lalisa!! Kalian lah yang berbuat tak adil pada nya. Jangan salah kan Tuhan.

Chaeyoung mengeluarkan secarik kertas dari saku celana nya. Saat bersih bersih tadi Chaeyoung menemukan surat ini di buku pelajaran Lisa.

"Dalam realita aku dan kebahagiaan adalah berlari. Aku berlari mengejar nya, sedang dia berlari menghindari."

Chaeyoung meremas kuat kertas di tangan nya. air mata berjatuhan membasahi kertas itu.

Chaeyoung tersiksa! Dia memiliki rasa bersalah yang besar pada Lalisa!!

Sedang di tempat nya. Jisoo di buat terisak oleh Lalisa. Pandangan mata Jisoo terus mengarah pada lengan gadis berponi itu.

Ukiran ukiran yang di buat dengan benda tajam terlihat di lengan Lisa. Entah Lisa sadar atau tidak saat melukis nya. Yang jelas ada banyak bekas nya di sana.

Bahkan terlihat ada yang masih baru, belum tertutup luka itu. Masih terlihat sedikit darah mengering di pinggir nya.

Seperti nya beberapa jam lalu Lalisa berusaha mengakhiri hidup nya sendiri.

Jennie sedang memeluk tubuh Lalisa yang masih bergerak resah. Sambil mengucapkan kalimat kalimat penenang. Tapi tiba tiba ucapan nya berhenti saat merasa keanehan pada punggung Lalisa.

Jennie langsung saja menyingkap piyama yang Lalisa pakai. Tenggorokan nya tercekat, mulut nya di tutupi dengan tangan saking terkejut nya Jennie.

Jisoo pun sama, mata nya membulat lebar seperti siap akan keluar. Tangan nya bergemetar melihat punggung bungsu nya sendiri.

Di sana terlihat banyak luka jahitan. Lebam lebam yang masih membiru. Bekas luka yang telah sembuh menyilang ke kanan dan ke kiri. Ada tiga plaster yang belum terlepas dari punggung Lalisa.

"Ke-kenapa..? Kenapa dengan punggung mu Lisa? Ada apa dengan bekas luka ini?" Jisoo bertanya pada Lalisa yang masih tidur dengan mimpi buruk nya. Sedari tadi Lalisa tak henti nya merintih memohon ampun entah pada siapa.

"Lisa!! Bangun!! Siapa yang melakukan ini padamu?!! Katakan pada ku bajingan mana yang telah melukai adik bungsu ku?!! Bangun Lalisa!!!"

Jennie marah dan mengguncang keras tubuh Lalisa. Tapi Lalisa tetap tidur dengan segala mimpi nya. Dia masih terdampar di alam mimpi buruk diri nya sendiri.

"Bangun dan katakan padaku bajingan mana yang melukai adik bungsu ku, Lalisa Park!!" Jennie masih terus berusaha membangun kan Lalisa. Sedang Jisoo hanya menunduk dan menangis.

Tak sadarkah kau Jennie jika kalian lah bajingan itu? Tak sadarkah kau jika kalian yang memukul Lalisa? Tak ingatkah kau dua Minggu yang lalu kalian mencambuk Lalisa dengan sabuk tanpa belas kasihan?

Tak ingatkah dulu Chaeyoung akan selalu membawakan stik golf untuk Seojoon memukuli Lalisa. Tak ingatkah kalian dulu pernah memukul nya dengan balok kayu?

Manusia akan buta dengan kejahatan yang di buat. Seperti Kalian dengan sengaja melupakan kesalahan kesalahan yang menyakiti hati dan fisik Lalisa.

TBC and vote

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang