....
Prilly terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara alarm yang menyala. Jam sudah menunjukkan pukul 5.15 pagi dan suara merdu sang suami yang tengah mengaji langsung memenuhi indra pendengarannya.
Perlahan, Prilly bangkit dan menuruni kasur. Dia membersihkan diri lebih dahulu, menunaikan sholat subuh kemudian bergegas ke dapur untuk bergabung bersama para asisten rumah tangganya.
"Assalamu'alaikum," Bisik Ali tepat di depan telinga Prilly, membuatnya terlonjak kaget.
"Waalaikumsalam, Ali jangan gitu ah, bikin kaget aja!" Protes Prilly membuat para asisten rumah tangganya menoleh serempak.
Ali menyengir puas. Dia memberikan isyarat pada semua ART-nya agar memberi ruang untuknya bersama Prilly berdua saja. Dengan itu mereka semua pun permisi pergi, di susul Ali yang menarik kursi untuk duduk tepat di samping Prilly yang berdiri, sedang sibuk memotong buah.
"Masih marah ya sayang? Atau hatinya masih nggak enak?"
"Enggak kok, biasa aja." Balas Prilly.
"Ya udah, habis ini siap-siap ya? Ikut aku." Kata Ali seraya beranjak dari duduknya.
"Kemana?"
"Ke tempat usaha Papanya Indy. Aku mau lihat barangnya dulu sebelum memutuskan ambil barang dari sana." Seru Ali yang berjalan menaiki tangga.
Prilly mematung sedikit terkejut dengan apa yang dia dengar. Namun kemudian ada perasaan senang dalam hatinya, membuatnya menyusul Ali ke kamar.
"Li?" Panggil Prilly yang memasuki kamar, kemudian langsung menuju closet mencoba memanggil sang suami.
Ali yang memang berada di closet room pun langsung menoleh.
"Kenapa sayang?"
"Kamu serius mau ke tempat Papanya Indy?"
"Serius dong. Kamu kan yang bilang kalau produksi mereka bagus. Jadi aku pengen lihat sendiri, makanya ajakin kamu ke sana."
Prilly mengulum senyum. "Ya udah. Aku siap-siap." Ujarnya antusias. "Eh, tapi. Kita berdua aja nih? Nggak ngajakin Abudd sama Indy?"
Ali menghela nafas seraya berbalik untuk menatap Prilly. "Kalau kita ajak Indy. Nanti dikiranya malah minta discount."
"Oh, iya, hehehe. Ya udah aku siap-siap."
Pagi itu, Ali benar-benar mengajak Prilly menemui Pak Hendrawan, yaitu pemilik usaha batik tulis yang juga adalah Ayah dari Indy. Beliau memang sudah di hubungi langsung oleh Kevin semalam atas permintaan Ali.
"Selamat pagi, Pak Ali. Apa kabar?" Sambut Hendrawan begitu melihat Ali datang. Tentu saja hal itu membuat Prilly sedikit terkejut.
"Alhamdulillah baik, Bapak sendiri bagaimana?"
"Sehat pak, Alhamdulillah, mari-mari silahkan."
Hendrawan membawa Ali dan Prilly ke ruang tamu kantornya dan menjamu mereka sebelum mengantarkan keduanya untuk berkeliling melihat hasil batik tulis maupun sablon.
Setelah lama melihat-lihat dan menimbang-nimbang. Ali bungkam untuk beberapa saat, membuat Hendrawan sedikit was-was. Padahal dirinya baru saja menjelaskan banyak hal pada Ali.
"Bi.. Kenapa sih?" Bisik Prilly seraya menyenggolnya.
Ali tersenyum tipis seraya meliriknya. "Kenapa? Lagi mikir ini," Sahut Ali membuat Hendrawan ikut terkekeh kecil.
"Kasih tahu dong, jangan diam aja." Ujar Prilly.
"Em.. Pak, saya ingin berdiskusi dengan istri saya sebentar," Pamit Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger Than Ever (TYM3)
Teen FictionCerita lanjutan dari Takdir yang menentukan atsu bisa juga di sebut TYM 3 tapi dengan judul yang berbeda???? Tapi lebih mengulik kisah dari anak-anak Ali dan Prilly, yaitu Abudd, Eirby dan Eishaa. Tapi tak lepas dari cerita keluarga mereka sendiri. ...