Chapter 26 - Berusaha Tenang

173 15 2
                                    


Lama kelamaan, Chika jauh lebih tenang.

"Udah ya, jangan nangis lagi," Ujar Abudd lembut seraya menghapus sisa air mata Chika yang sempat meleleh di pipi.

Gadis itu diam saja.

"Chika.. Kamu itu harus tau, kalau aku itu selalu sayang sama kamu, sama kayak aku sayang ke saudara kita yang lain." Kata Abudd mencoba membuka suara kembali di tengah pelukan mereka. "Malah aku rasa, justru kamu yang nggak sayang sama aku." Lanjutnya.

Chika mendongak menatap Abudd begitu mendengar pernyataan tersebut.

"Ada alasannya loh aku ngomong gitu. Yang pertama, kamu bilang kalau aku nggak sayang sama kamu, artinya kamu udah nggak bisa rasain lagi kasih sayang aku ke kamu. Ke dua, kamu nggak pengertian lagi sama aku, saat aku bilang aku sibuk, banyak urusan, dan lainnya kamu bukan menyemangati aku kayak dulu tapi justru nyalahin aku dengan semua kesibukan itu. Yang ke tiga, sikap kamu ke Indy. Menurutku seharusnya sebagai orang yang paling aku sayangi dan yang katanya paling menyayangi aku, kamu bisa bersikap baik sama orang yang aku cintai...."

"Tapi, Budd..."

"Dengerin dulu!" Sahut Abudd membuat bibir gadis itu kembali mengatup. "Menurut aku, seharusnya kamu salah satu orang yang bisa ngerasain kebahagiaan ku, karena aku berhasil menikah dengan orang yang aku cintai. Jadi kamu juga bisa ngerasain gimana aku sangat ingin membuat Indy nyaman di tengah keluarga kita dan selalu bahagia, karena adalah tanggung jawab ku, dan supaya aku nggak ngecewain orang tua juga keluarga besarnya."

Lagi, Chika mendongak menatap Abudd.

"Kalau kamu bersikap dingin dan acuh sama dia, dia akan sedih karena berpikir dan merasa ada anggota keluarga kita yang nggak suka sama dia, dan itu artinya aku gagal buat dia bahagia. Orang tua dan keluarganya akan kecewa sama aku dan pasti aku akan di bilang suami yang gagal bahagiain istrinya. Emang kamu mau itu semua terjadi?"

Dengan cepat Chika menggelengkan kepalanya. Arellya tersenyum lucu menatap kedua saudaranya tersebut.

"Kalau enggak, kenapa bersikap kayak gitu sama Indy?"

"Ya aku nggak mau aja kalau..."

"Aku akan tetap sayang sama kamu, Chika. Karena kamu adik yang paling aku sayang dan paling dekat sama aku, sedari aku belum punya si kembar."

Dalam diam. Chika jadi sedikit berpikir soal apa yang Abudd katakan padanya. Jika di ingat-ingat memang benar, Abudd memang selalu dekat dengannya, entah itu terpaksa atau tidak, Abudd selalu menemani dan menurutinya. Bahkan tidak hanya sekali Abudd meninggalkan si kembar demi Chika. Dan soal tanggung jawab tadi, mana mungkin Chika akan membiarkan atau membuat Abudd malu di depan keluarga Indy karena sikapnya.

Jangan sampai. Batin Chika.

Abudd merenggangkan pelukannya untuk menatap Chika. Dari sana dia bisa melihat tatapan Chika yang sudah berubah melembut, tidak menyalang seperti sebelumnya, dan bisa Abudd simpulkan, ia telah berhasil membuat Chika kembali berpikir logis.

"Sekarang kamu paham kan?"

"Tapi janji ya, kamu nggak akan berubah?"

Abudd tersenyum seraya menoel ujung hidung gadis itu. "Sayang aku ke kamu, nggak akan berubah, tapi kamu juga harus ngerti, ada saatnya aku bisa dan nggak bisa nemenin kamu, karena sekarang aku punya tanggung jawab besar sebagai suami. Okey?"

Dan akhirnya Chika pun mengangguk setuju. Abudd kembali memeluknya dengan erat, dia benar-benar lega bisa membuat Chika yang sangat keras kepala akhirnya bisa mengerti dan paham, walaupun harus di bujuk seperti anak kecil dulu.

.....

"Heii.." Sapa Arelya saat menemukan Indy berada di pantry bersama Prilly.

"Hei, Rell.. Sini!!"

Stronger Than Ever (TYM3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang