Chapter 23 - bereaksi

297 25 4
                                    

.....

Seperti biasa, hari ini Abudd mengantarkan Indy ke sekolah. Namun dia tak langsung mampir seperti rencana awal. Jadi seperti hari-hari sebelumnya, Abudd menurunkan dia sampai depan gerbang saja.

"Nggak apa kan aku nggak ikut masuk?"

Indy tersenyum. "It's okay. Biasanya juga enggak kan?"

Abudd ikut tersenyum sebelum menarik Indy untuk ia kecup keningnya. "Nanti aku balik ke sini. Aku harus ke kantor sebentar."

Indy mengangguk seraya mengacungkan jempolnya.

"Nitip sesuatu?"

"Em.. aku pikirin dulu,"

Keduanya saling melempar senyum sebelum Indy keluar dari mobil dan mobil kembali melaju meninggalkan tempat tersebut.

Abudd memacu mobilnya menuju supermarket 24 jam, ia ingin membeli buah tangan untuk para guru sebelum kembali ke sekolah. Sekaligus menunggu Ali yang hari itu akan ikut Abudd ke sekolahnya dulu.

"Hallo.. Assalamualaikum, di mana, Bi?" Tanya Abudd ketika menerima telepon dari Ali.

Abudd diam sesaat mendengar jawaban Ali.

"Okey, Bi. Kalau gitu ketemu di sana aja, iya.." Ujar Abudd lagi yang kemudian menutup teleponnya.

Memasukkan handphone ke saku, cepat-cepat Abudd membeli beberapa parsel buah sebelum membawa mobilnya kembali menuju sekolah Indy.

Sesampainya dia di sana, ternyata Ali sudah berada di seberang sekolah dan telah menunggunya.

"Langsung aja," Ujar Ali membuat Abudd memutar setir memasuki halaman parkir. Mobil Ali mengikuti dan parkir berdampingan.

"Om? Ikut juga?" Sapa Abudd melihat Kevin keluar dari mobil Abinya.

"Di ajak, mau gimana lagi," Balasnya membuat Abudd tersenyum.

"Kayak ada yang kurang kalau dia nggak ikut," Sahut Ali membuat Kevin tersenyum. "Yuk!!"

Dua orang yang lain keluar dari mobil Ali dan membantu membawakan beberapa bingkisan yang sengaja Abudd beli untuk para guru di sana.

Tidak banyak guru yang Abudd temui karena memang dia datang saat jam pelajaran, tapi apa yang menjadi maksud dan tujuannya sudah tersampaikan pada kepala sekolah. Abudd langsung berterus terang bahwa selama ini Indy selalu di ganggu bahkan beberapa minggu terakhir dia sempat di ancam. Dan kepala sekolah langsung merespon positif hal itu, bahkan akan mendiskusikan hal ini pada guru yang lain untuk membuat tata tertib dan peraturan baru dengan harapan tidak ada korban seperti Indy lagi.

Ali sepertinya puas atas jawaban yang dia terima. Dia terlihat tersenyum lega setelah kepala sekolah memberikan responnya.

"Oiya pak.. Ada satu lagi. Sebenarnya saya kesini juga ingin mencari kandidat. Khusus untuk murid kelas dua belas yang.....maaf ya pak, kira-kira kondisi keluarganya benar-benar membutuhkan bantuan, ada nggak ya pak?" Tanya Ali.

"Ada pak.. Kebetulan ada."

"Ada berapa pak?" Sahut Kevin.

"Sebentar ya, saya telepon pihak TU untuk memastikan."

Sang kepala sekolah pun kemudian benar-benar mengkordinasikan hal itu pada pihak TU sampai akhirnya setelah di saring, mereka menemukan lima siswa yang memang dalam kondisi kurang mampu.

"Yang benar-benar membutuhkan yang tiga ini sih pak. Kalau yang dua masih di kategorikan bisa membayar walaupun menyicil.." Ujar pihak TU.

Ali mengangguk. Dia menanyakan tentang kondisi keluarga, pekerjaan sang ayah dari masing-masing murid hingga kemudian dia dapat mengambil keputusan.

Stronger Than Ever (TYM3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang