.....
"Kamu nggak usah ngomong ke mama-papa dulu ya, hun, soal masalah kita di Turkey kemarin." Ujar Indy pada Abudd.
Suara kendaraan yang berlalu-lalang terdengar riuh. Hal itu karena mobil Abudd berhenti di pinggir jalan atas permintaan Indy. Rencananya mereka hendak pergi ke rumah orang tua Indy, tapi karena Indy takut Abudd akan membicarakan kejadian di Turkey pada kedua orang tuanya, dia meminta menepi dulu dan berbicara.
"Terus kalau nanti tiba-tiba kamu hamil? Gimana? Kaget lah mereka, hun,"
"Nggak apa-apa. Pokoknya nanti jangan bilang mereka dulu, mendingan kalau udah pasti aja."
Abudd menghela nafas. "Coba deh, kasih alasan kenapa kita nggak boleh bilang ke mereka dulu?"
"Mereka tuh nggak kayak Abi sama Umi, Hun. Kalau mereka tahu, nanti semua bakalan tambah panjang, pertanyaannya nggak berhenti, yang ada aku bisa tambah stress nanti." Ujar Indy sedikit ngotot seraya menutup wajah dengan kedua tangan di akhir kalimatnya.
Abudd maju ke depan untuk memeluknya. Berusaha memahami yang Indy jelaskan.
"Lagian hamil nggak nya kan belum pasti, Hun." Lanjut Indy, suaranya melemah. "Makanya nggak usah bilang mereka dulu, ya?"
Abudd mengangguk di tengah rengkuhannya. "Ya udah kalau menurut kamu itu yang terbaik, aku nggak akan bgomong dulu ke papa sama mama. Udah yuk, kita jalan lagi?" Katanya yang kemudian menggiring Indy kembali memasuki mobil untuk menuju rumah mertuanya.
.....
"Hun?"
"Ya?" Abudd sedikit terperanjat ketika Indy menepuk pundaknya. Dia terlalu larut dalam lamunannya hingga tak mendengar seruan Indy sedari tadi.
"Kamu kenapa sih? Nglamunin apa?"
"Enggak, cuma lagi ada yang di pikirin tadi, tapi nggak penting kok." Balas Abudd. "Kenapa? Ada apa?"
"Itu, makan malamnya udah siap."
"Ooh.. Iya, habis ini aku nyusul."
Indy mengangguk sebelum dia melangkah keluar untuk kembali ke ruang makan. Meski terlihat acuh, sebenarnya Indy merasa ada yang di tutupi oleh Abudd. Itu karena, sebelumnya Abudd tidak pernah melamun sampai seperti tadi.
Tak lama, Abudd akhirnya datang dan bergabung bersama istri dan kedua mertuanya.
"Berapa lama rencananya di sini, Budd?"
"Belum tahu, Pa. Mungkin beberapa hari lagi di sini, soalnya bentar lagi ujian. Jadi banyak tugas yang musti di kumpulin."
Hendrawan mengangguk-angguk. "Di sana lebih cepet berarti lulusnya ya?"
"Iya, Pa."
"Abudd di Jakarta udah berapa hari sih?" Sambung Melinda.
"Seminggu kayaknya, Ma," Balas Abudd seraya melirik Indy memastikan bahwa dia tidak salah.
Indy mengangguk. "Iya seminggu, kemarin sampainya hari kamis kan? Kamis minggu lalu, terus kita kesini hari senin, sekarang udah hari jum'at."
"Iya, ya? Cepet banget, sayang. Bentar lagi udah harus balik,"
"Ah.. Bentar lagi juga lulus." Sahut sang Mama. "Setelah lulus, pindah ke sini lagi kan? Apa gimana?"
"Itu dia maa. Belum bisa nentuin, kalau Abudd sih maunya setelah lulus, tinggal di sini dulu sampai Indy lulus."
"Kalau papa tuh terserah kalian aja nanti mau gimana, yang penting. Kamu jagain dia, jangan bertengkar, sebisa mungkin di hindari,"
Abudd tersenyum. "InsyaAllah, Abudd akan berusaha yang terbaik, Pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger Than Ever (TYM3)
Teen FictionCerita lanjutan dari Takdir yang menentukan atsu bisa juga di sebut TYM 3 tapi dengan judul yang berbeda???? Tapi lebih mengulik kisah dari anak-anak Ali dan Prilly, yaitu Abudd, Eirby dan Eishaa. Tapi tak lepas dari cerita keluarga mereka sendiri. ...