Chapter 31 - penentuan

146 15 3
                                    

...

Sudah seminggu lamanya bayi Abudd dan Indy dirawat di Rumah sakit, Ali sudah dua hari ini bermalam untuk menemani cucunya bersama dengan besannya.

Dia datang tiga hari yang lalu bersama Eishaa dan juga Leo, namun baru dua malam ini bermalam di rumah sakit.

Kondisi Indy sudah cukup baik, terlebih kedatangan Eishaa membuatnya benar-benar terhibur, dia merasa memiliki teman untuk berbagi cerita.

Sementara itu, kondisi Noura masih belum juga stabil. Justru sebaliknya, dokter mengatakan Noura sempat mengalami gagal nafas ketika dokter mengijinkan untuk melepas oksigennya, hal itulah yang membuat Noura akhirnya kembali harus memakai alat bantu pernafasan. Namun, semua keluarga, sepakat untuk menyembunyikan hal itu dari Indy. Mereka tidak ingin Indy kembali stress, murung dan tidak bersemangat seperti sesaat setelah kelahiran putrinya.
Kondisi Noura memang tidak bisa di prediksi.

Tap tap tap tap

Suara langkah suster bergegas keluar ruangan dengan tergesa, menuju meja informasi, tak lama beberapa perawatan mengikutinya menuju ruang rawat Noura. Ali yang tadinya tidur terbangun. Dari luar, dia melihat semua perawat berkumpul di incubator Noura. Rasa was-was langsung menyerang, Ali merasa separuh dari nyawanya melayang entah kemana, kakinya sudah tak terasa menapak di tanah lagi, jantungnya berpacu, pertanyaan tentang mengapa dan ada apa dengan cucunya menyerang. Ia segera membangunkan besannya.

"Mbak.. kenapa sama cucu saya?"

"Detak jantungnya tiba-tiba melemah pak, kita berdoa bersama ya pakk.. saya permisi dulu.." itulah yang di sampaikan salah seorang perawat yang tergesa keluar dari ruangan.

Ali bertambah lemas. Dia terduduk di di lantai seraya menatap cucunya dari luar. Sementara itu, Papa Indy langsung menelpon rumah dan mengabarkan hal itu pada Abudd.

"Sayang.."

"Hm?"

"Ayoo.. kita siap-siap ke rumah sakit," ujar Abudd mencoba menahan diri agar tidak terlihat gugup.

"Kenapa? Ada apa??"

"Aku juga nggak tahu, papa barusan telpon, katanya kita di suruh ke rumah sakit,"

Mendengar hal itu, Indy langsung loncat dari kasur dan mengambil sweater. "Ayo.. aku gini aja,"

Begitu keluar dari kamar, ternyata Prilly, Melinda, Eishaa dan juga Leo sudah menunggu mereka.

"Kenapa sih ini?? Jangan buat aku takut dong.. kenapa semua pada tegang? Maa?"

Melinda bungkam. Membuat Indy menatap Prilly.

"Umi?? Ada apa? Noura kenapa?"

Prilly menghela nafas, "kita juga belum tahu, nak. Makanya kita ke sana sama-sama ya?"

Prilly merangkul menantunya dan menggiringnya menuju mobil. Mereka pun langsung berangkat ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana, Ali menyambut mereka dengan wajah pucat.

"Abi? Noura kenapa?" Tanya Indy.

"Noura kritis nak.."

Isak tangis Indy semakin menjadi. Dengan di titih Eishaa, ia bergerak mendekati ruangan itu.

"Kita berdoa sama-sama ya, cuma itu yang bisa kita lakukan," ujar Melinda.

"Kenapa bisa kritis? Dia tadi nggak kenapa-napa kok, maa. Tadi Indy kasih Asi dan dia minum banyak, kenapa tiba-tiba bisa kritis?" Ujar Indy pada sang mama. Abudd segera merengkuhnya.

"Kita berdoa aja ya, Hun."

"Aku mau masuk, Budd. Aku boleh kan masuk??" Pinta Indy dengan penuh harapan.

Stronger Than Ever (TYM3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang