Chapter 21 - Clear

260 32 6
                                    

....

Abudd memeluk Indy sangat erat, sesaat setelah acara kelulusannya berakhir.

"Alhamdulillah, akhirnya aku lulus sayang,"

"Selamat ya, bangga banget sama kamu,"

"Makasih," Balas Abudd sesaat setelah ia merenggangkan pelukannya untuk menatapnya.

"Selamat ya, Kak." Ujar Eirby membuyarkan rencana Abudd untuk mengecup kening sang istri.

Keduanya menoleh bersama. Abudd tersenyum lembut padanya. "Kirain nggak datang," Ujar Abudd karena selama acara di mulai, hanya Eirby yang tak terlihat hingga akhirnya muncul.

"Datang lah, cuma agak telat aja. Tau sendiri kan kemarin itu aku sempat bohong ke Opa udah selesain tugas, jadi tadi musti selesai dulu tuh berkas baru jalan ke sini." Jelas Eirby. "Si Eishaa mana?"

Abudd menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha menemukan adik perempuan nya. "Tadi ada disini, Abi sama Umi juga kemana ya, kok nggak ada,"

"Belum foto kan tapi?"

"Belum. Baru aja tadi selesai acara, salaman sama Abi sama Umi, Eishaa terus Indy, lah kok ini udah nggak ada aja mereka,"

Ketiganya celingukan mencari-cari keberadaan yang lain, hingga kemudian seseorang menepuk bahu Abudd dari belakang.

"Congratulations.."

Abudd tersenyum menerima pelukan hangat dari opanya. Di belakangnya ada Ali dan yang lain tersenyum menatapnya. Sang Oma membelai kepala cucu pertamanya tersebut dengan rasa bangga.

Usai foto bersama, mereka memutuskan untuk makan bersama sebelum kembali pulang.

"Kamu nggak mau ngomong aja langsung sama Eishaa?" Tanya Indy ketika mereka berada di mobil.

"Dia kan nggak nanya."

"Ya tapi masak diem-dieman terus? Mau sampai kapan? Lagian kan nggak baik, Hun, begitu.."

Abudd menoleh seraya tersenyum, ia mengulurkan tangan kirinya untuk mengusap pipi Indy. "Nanti ada waktunya,"

Indy diam memperhatikan depan.

"...lagian, aku juga nggak diemin dia. Aku bersikap seperti biasa kok. Dianya aja agak menghindar dan kelihatan kesal."

"Maka dari itu, kenapa nggak coba kamu jelasin aja sama dia?"

"Nanti, sayang. Seperti yang aku bilang, nanti ada waktunya, ya?"

Mobil Abudd terus melaju membelah jalanan kota menuju ke mansion sang Opa.

"Sikap kamu, kelihatan banget." Protes Eirby pada Eishaa yang berada dalam satu mobil. Berjarak beberapa meter di belakang mobil yang Abudd kendarai. "Bahaya kalau Opa atau Abi tahu." Lanjut Eirby.

Eishaa diam.

"Lagian aku yakin, nggak mungkin Kak Abudd lakuin itu tanpa alasan yang tepat. Pasti ada alasannya," Eirby masih mencoba menasehati sang adik.

Eishaa tak menjawab.

"Masak iya cuma gara-gara Ardan kalian jadi begini. Terutama kamu," Lanjut Eirby.

"I'm so upset, and he just feel nothing with his decision to me. And that's so fucking annoying. Aku nggak pernah ya larang-larang Kak Abudd deket sama cewek manapun."

"Siapa bilang?" Sahut Eirby yang membuat Eishaa spontan menoleh padanya. "Kamunya yang nggak sadar berarti. Dulu, awal-awal Kakak bawa pulang Kak Indy, tuh muka udah di lipat aja kayak lap dapur."

Eishaa diam, walau terus memasang tampang mengelak, meski begitu, sisi hati terdalamnya membenarkan ucapan saudara kembarnya tersebut. Itu karena dulu dia merasa takut kehilangan perhatian Abudd.

Stronger Than Ever (TYM3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang