Bagian Empat: Perhatian

1.9K 364 21
                                    

Vote and komen please.

•••

"Mau jalan-jalan..."

"Enggak, Kyu. Enggak. Dokter gak mau kejadian yang kemaren ke-ulang lagi."

Junkyu cemberut, melahap bubur yang terasa hambar itu dengan kesal. Ia menatap Haruto kemusuhan.

Ceritanya, Haruto sedang menemani Junkyu memakan sarapannya. Haruto sendiri tidak tahu mengapa sikap Junkyu tiba-tiba berubah.

Kemarin malam, Junkyu masih bersikap cuek padanya. Lalu pada hari ini, Junkyu sudah bersikap seperti biasa dan riang.

Sangking riangnya, Junkyu hampir terjatuh dari tempat tidur saat melihat Haruto datang. Senyuman cerah sudah menghiasi wajah Junkyu sejak Haruto melihatnya.

"Tapi Kyu boseeeenn," rengeknya seperti anak kecil.

Haruto menatap Junkyu gemas. Ingin melarang, namun ia tidak sanggup melihat Junkyu yang dilanda kebosanan.

Junkyu yang sedang bosan akan bertambah lucu berkali-kali lipat. Jantung dan hati Haruto tidak kuat. Bisa-bisa ia akan terkena diabetes di usia muda.

"Enggak usah ya, sayang. Kita disini ajaa," ujar Haruto sembari menumpukan kedua tangannya di pinggir tempat tidur.

Bibir itu semakin cemberut. "Bosen, dokter Haru. Pengen jalan-jalan."

"Nanti deh, dokter Minhyun gak kasih izin soalnya." Haruto menatap mata hazel milik Junkyu lekat, tepat di hadapan wajah Junkyu.

Junkyu salah tingkah, lantas memundurkan wajah saat merasa wajah Haruto berada sangat dekat dengan wajahnya. "Terlalu dekat, dokter."

Haruto tertawa kecil. Tangannya mencubit pipi itu gemas sebelum akhirnya memundurkan wajah dan kembali memeriksa alat-alat di atas nakas. Junkyu tidak tahu alat itu apa.

Dengan detak jantung yang berdetak tak karuan, Junkyu menyuapkan bubur tawar ke dalam mulutnya. Anehnya rasa bubur tawar itu menjadi sangat enak di dalam mulut Junkyu.

Junkyu mengunyah buburnya dengan tempo lambat, matanya sesekali mencuri pandang pada Haruto. Ketika dia tertangkap, dia akan berpura-pura menonton televisi.

Sungguh aneh, Junkyu merasa jika Haruto sangat berbeda dengan dokter-dokter yang berada di rumah sakit ini. Bukan berbeda apanya, tetapi Junkyu merasa berbeda saja.

Meski perlakukan dokter-dokter ini sama, tapi tetap saja berbeda.

Jika dokter Minhyun yang mencubit pipinya atau mengusak rambutnya, rasanya seperti halnya seperti seorang ayah saja.

Dan jika Haruto yang melakukan itu, rasanya berbeda. Jantungnya akan berdetak tak karuan, udara disekitarnya akan terasa panas. Sangat berbeda.

Junkyu tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Dia saja bingung.

"Kyu? Kok bengong sih?" tanya Haruto sembari tertawa kecil. Ia menekan kedua pipi Junkyu hingga bibir tipis itu mengerucut seperti ikan koi.

Tak ingin terlihat salah tingkah, Junkyu melepaskan tangan Haruto dari pipinya dan melahap buburnya lagi. "Boseeeen :("

"Ditahan dulu ya, takutnya kamu drop lagi kalo keluar kamar," bujuk Haruto.

Ah iya juga, pinggang Junkyu sangat pegal. Kemungkinan akan semakin bertambah jika dia tetap memaksa ingin keluar kamar.

Akhirnya Junkyu mengangguk lemah. "Yeah, okay," ucapnya dengan nada malas.

Haruto tersenyum, "pinter."

best part; harukyu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang