Warn! 13+
•••
"Ini kemoterapi yang ke berapa?" tanya Haruto ketika tengah menemani Junkyu untuk kemoterapi nya.
Junkyu yang tadinya menatap infus seketika mengalihkan pandang. "Ke enam kalo gak salah."
Haruto mengangguk-angguk dengan kedua tangan yang bersilang di depan dada. Kemudian dia menguap.
Sejujurnya Haruto bosan. Pekerjaannya hanya duduk di sofa dan tidak melakukan apa-apa, paling hanya bermain game di ponsel. Hanya itu.
Tapi ini adalah permintaan Junkyu sendiri, Haruto tidak enak untuk menolak ajakan Junkyu. Jadi ya dengan sedikit terpaksa ia harus duduk di sofa ini untuk menemani Junkyu.
Jika hari-hari biasanya Haruto mengeluh karena lelah dengan tugasnya, kali ini Haruto malah bosan karena tidak ada tugas sama sekali. Bahkan dokter Minhyun mengizinkannya untuk tidak bertugas dahulu.
Inginnya sih tidur, tapi 'kan tidak enak. Junkyu yang seharusnya istirahat, bukan Haruto. Yaa, lagipula Haruto harus bisa menahan rasa kantuknya.
Namun sepertinya kurang berhasil, kepala Haruto sudah terantuk dinding terlebih dahulu karena ketiduran. Itu mengakibatkan kepalanya sakit dan menjadi terbangun.
"Dokter kalau mau tidur engga apa-apa kok. Pasti dokter capek abis jaga malam," suruh Junkyu yang tidak tega melihat Haruto terantuk dinding.
Betul, Haruto baru saja selesai dengan jadwal jaga malamnya.
Bayangkan saja selelah apa Haruto saat ini. Rasanya pun seperti ingin tidur seminggu sangking lelahnya.
"Gak usah, Kyu. Kan dokter Haru kesini buat nemenin kamu, masa dokter yang tidur sih?" tolak Haruto sembari mengucek matanya.
Junkyu tidak menjawab. Ia menatap Haruto selama beberapa detik tanpa mengedipkan matanya.
Lalu Junkyu memberikan gestur pada Haruto untuk mendekat. "Sini, ambil kursi terus duduk di samping Kyu."
Haruto menurut. Ia mengambil kursi, menaruhnya di samping tempat tidur Junkyu, dan duduk di atasnya.
"Tangan," pinta Junkyu sambil menyodorkan tangannya.
"Hah?" beo Haruto tidak mengerti.
"Tangan dokter, mau aku pegang."
Bibir Haruto membulat, kemudian menaruh tangannya diatas tangan kecil Junkyu. Kedua tangan berbeda ukuran itu terlihat sangat pas saat menggenggam.
"Kyu tidur duluan. Kalo Kyu udah tidur, nanti dokter Hawu ikut tidur juga ya."
Ah, ternyata ini maksud Junkyu menyuruh Haruto mendekat.
Jawaban Haruto hanya gumaman singkat. Ibu jarinya mengusap punggung tangan Junkyu pelan. Benar-benar pelan, Haruto takut akan membuat kulit halus Junkyu terluka karena tangannya yang kasar.
Ketika Junkyu mulai memejamkan matanya, Haruto hanya bisa tersenyum kecil sembari mengecup punggung tangan Junkyu lembut. Tidak ada alasan baginya untuk tersenyum, ia hanya ingin tersenyum saja.
Dunianya sedang tertidur dengan pulas. Hanya itu mungkin alasannya tersenyum.
Haruto sudah tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia mulai jatuh pada seorang Kim Junkyu. Ia suka semua hal yang terdapat pada diri itu, mulai dari tawa, senyuman, suara, mata, hatinya. Haruto menyukai semua itu.
Haruto bukan penyuka sesama jenis, hal itu masih tabu di zaman sekarang. Namun sudah berpuluh-puluh kali ia membohongi dirinya sendiri, ini saatnya untuk berhenti berdenial.
KAMU SEDANG MEMBACA
best part; harukyu [✓]
Fanfiction[short story: completed] ❝Kalau aja dikasih waktu sehari untuk buat kamu bahagia, saya bakal buat hari itu menjadi bagian terbaik yang pernah kamu rasakan di sepanjang hidupmu.❞ Tentang Kim Junkyu si pasien ceria dan Watanabe Haruto si residen yang...