•••
"To, lo disuruh motekin ampul sama dokter Eunbi."
Haruto yang awalnya sibuk mengaduk-aduk kopi menggunakan sendok akhirnya menoleh, ada kantung mata di bawah matanya yang seketika membuat Sunghoon kaget.
Lelaki yang kini tengah mengangkat tumpukan buku itu memandang Haruto ngeri. "Lo begadang sambil ngegalau apa gimana sih... Mata lo dah kayak panda."
"Menurut lo?" jawab Haruto ogah-ogahan.
Ya, setelah mendapat kabar bahwa kondisi Junkyu semakin menurun - hampir kritis tapi belum - dari dokter Minhyun, Haruto sama sekali tidak bisa tidur semalam. Walau bukan jadwalnya jaga malam, tapi dia tetap berada di rumah sakit untuk bolak-balik memeriksa Junkyu.
Yang dia lakukan hanya duduk kursi samping tempat tidur Junkyu, memainkannya jari-jari lentik itu, lalu memainkan musik, dan berakhir diusir oleh dokter Jisu.
Ah iya, dokter Jisu yang semalam menjaga Junkyu. Wanita itu memiliki jadwal jaga malam yang sama dengan Haruto, tapi dia juga memilih tidak pulang dan menggantikan dokter Seongwoo untuk menjaga Junkyu.
Haruto sebenarnya agak penasaran dengan dokter Jisu, bahkan dia sudah menjadi detektif abal-abal bersama Jeongwoo untuk memata-matai. Namun hasilnya tetap tidak ada, benar-benar tertutup.
"Menurut gue, lo hampir gila," celetuk Sunghoon dan berlalu untuk menaruh buku di meja Taehyun. "Sana buruan ke poli umum, dokter Eunbi nunggu disana."
"Lah? Kok di poli umum?"
"Ya mana gue tau, tanya noh sama cicak," balas Sunghoon kesal, ia mulai fokus mengerjakan sesuatu di komputer.
Haruto mengernyit, kemudian bangkit dari kursinya. "Lo ngapain? Ruangan residen orthopedi beda lagi goblok."
"Males gue disana, ada drama keluarga. Mending gue pinjem meja Taehyun bentar buat ngetik ini," lanjutnya tanpa melirik pada Haruto.
"Hhh, yaudah gue duluan. Hati-hati, banyak dedemit di deket meja Taehyun," peringat Haruto sebelum melenggang pergi dengan terburu-buru agar tidak terkena timpukan pulpen oleh Sunghoon.
"HARUTO ANJING, GUE DOAIN LO DIOMELIN DOKTER MINHYUN!!!!"
"BODO AMAT."
Benar saja, tepat setelah pintu tertutup, suara lemparan terdengar. Diluar Haruto tertawa terbahak-bahak, lalu mengunci Sunghoon dan membawa kuncinya di saku snelli dengan santai.
Tenang, setiap residen penyakit dalam pasti mempunyai kunci ruangan ini kok. Mungkin nanti Taehyun yang akan membukakan kunci pintunya.
Lalu sedetik kemudian ekspresi nya berubah lesu, berjalan dengan langkah gontai menuju poli umum di ujung rumah sakit.
"Haruto, senyum," kata dokter Daniel ketika mereka berpapasan.
Haruto memaksakan senyum, "iya, dok."
"Kalau aura mu begitu, yang ada pasien takut," peringat nya yang kemudian menepuk bahu Haruto menyemangati.
Dokter Daniel berlalu, meninggalkan Haruto yang masih tersenyum terpaksa. Senyumnya benar-benar tidak ada niat... bahkan terlihat seram.
Sampai di poli umum, Haruto mengetuk pintu poli beberapa kali. Sebelum akhirnya suara dokter Eunbi menyahut dari dalam; mempersilahkan Haruto masuk.
Di sana, dokter Eunbi sudah mengomel panjang dengan satu residen psikologi di sampingnya.
"Ya tuhan, kamu tuh lama banget sih! Pasien udah pulang, kamu baru sampai!!" omelnya sembari mondar-mandir.
"Maaf, dok. Saya ada urusan sebentar tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
best part; harukyu [✓]
Fanfiction[short story: completed] ❝Kalau aja dikasih waktu sehari untuk buat kamu bahagia, saya bakal buat hari itu menjadi bagian terbaik yang pernah kamu rasakan di sepanjang hidupmu.❞ Tentang Kim Junkyu si pasien ceria dan Watanabe Haruto si residen yang...