Bagian Tujuh: Pembenaran

1.8K 340 12
                                    

Chapter semalam bener-bener membagongkan.

•••

"WEIS ADA YANG BARU SIAP CIPOKAN!"

"MULUT LO KEK GAK PERNAH DIRUKYAH YE, WOO."

Kedua sahabat tersebut mulai beradu cekcok di dekat gazebo taman. Ada Sunghoon dan Taehyun juga. Mereka sedang bersantai di jam istirahat.

Jeongwoo adalah orang yang paling heboh disana. Dia memberondong Haruto dengan pertanyaan-pertanyaan aneh karena melihat bibir Haruto yang tampak berbeda dari biasanya.

Lelaki itu menarik Haruto untuk duduk di tengah-tengah gazebo, siap menanyakan beribu pertanyaan yang berada di otaknya.

"Lo abis ngapain?" Tapi bukannya Jeongwoo yang melayangkan pertanyaan, melainkan Taehyun yang bertanya dengan nada tenang.

"Gak ada."

Taehyun menendang kaki Haruto dengan kakinya yang berselonjor, "boong. Buru, jelasin."

Haruto mendelik, tapi langsung menciut karena Taehyun yang melotot kepadanya. Mata Taehyun itu bulat, kalau melotot bola matanya malah akan terlihat seperti ingin jatuh.

Berbeda dengan Sunghoon yang sedang rebahan di bagian dalam gazebo. Ia memilih merebahkan diri sembari membaca textbook yang dia temukan di pojokan ruang koass.

Memang matanya fokus pada buku, tetapi telinganya malah mendengarkan ocehan teman-temannya sedari tadi.

"Cuma... nyium Junkyu."

"HAHHH?!" - Park Jeongwoo

"Oh." - Kang Taehyun

"Widih kece, To." - Park Sunghoon

Reaksi mereka berbeda-beda, hanya Jeongwoo yang tampaknya heboh sekali. Dia sampai mengguncang-guncang tubuh Haruto kuat.

"LO YANG BENER AJEE?! ANAK ORANG ITU, TONOO!!" pekik Jeongwoo histeris.

Haruto menepis tangan Jeongwoo dari bahunya. Ia duduk bersila, lalu bertopang dagu dengan bibir cemberut.

Dia menatap sekeliling taman yang ramai dengan manusia, setelah itu menghembuskan napas. Begitu terus, hingga membuat Taehyun dan Sunghoon jengah melihatnya.

"Lo napa sih? Kayak banyak amat beban idup," sindir Taehyun dengan mulut pedasnya.

Haruto melirik sekilas. "Mulut lo lemes amat. Tapi emang beban idup gue banyak sih."

Sunghoon melempar Haruto dengan sandal bulu yang memang selalu dia bawa kemanapun. Untungnya sendal tidak kotor dan tidak sakit jika terkena punggungnya. Sunghoon hanya melampiaskan rasa kesalnya.

"Lo ngomong yang jelas kek, bangsat. Hhh, gue slepet lo lama-lama," umpat Sunghoon yang kemudian kembali dalam posisi rebahan.

"Dih, sensi amat mas." Haruto memutar bola mata. "Gimana ya, belum ada kiriman duit, sedangkan stok makanan di apart gue udah abis. Gimana gue gak stress coba?"

"Ya elo kalo stress jangan dilampiaskan ke Junkyu dong, beneran gue slepet nih anak," julid Sunghoon kesal.

"Sabar, Hoon. Jangan termakan esmosi," ucap Jeongwoo menenangkan, walau akhirnya Sunghoon tetap tidak tenang dan malah bertambah kesal.

Taehyun selaku yang paling waras disana menyahuti. "Bener cuma stress karena duit? Bukan karena masalah laporan Junkyu dari dokter Minhyun, 'kan?"

Haruto makin sangsi, ia mencubit kaki Taehyun kuat. "Sekate-kate amat lo."

best part; harukyu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang