💍-10

1.5K 238 89
                                    

gatel banget pengen up part ini, padahal chapter 9 masih dikit votenya:' jangan lupa vote+comment biar aku semangat lanjutnya yaa💓



"Hahh...kantong mata gue..."

Gue lekat-lekat memperhatikan lingkaran di bawah mata yang gelap dan membengkak lewat pantulan cermin di kamar mandi. Ini semua karena gue gak bisa tidur dan gelisah semaleman. Padahal, kamar yang gue tempatin adalah kamar gue sendiri—ruangan yang sebelumnya bisa dibilang tempat ternyaman bagi gue.

Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah 5 subuh. Gue liat, Mas Sicheng belum bangun ketika gue beranjak ke kamar mandi yang ada di sebelah kamar gue. Bisa-bisanya suami gue itu tidur dengan nyenyak, bahkan dengan posisi duduk membungkuk kayak gitu.

Seusai membasuh wajah dengan air di wastafel, gue memutuskan kembali ke kamar karena di jam segini Papa dan Kak Kun juga belum keluar dari kamar mereka.

"Xiumei.."

Gue membelalakkan mata begitu Mas Sicheng menyebut nama gue tepat saat gue memasuki kamar.

"Iya," sahut gue. Mas Sicheng menegakkan punggungnya dengan mata yang masih merem. Gue bisa denger bunyi kretek dari sendi-sendinya. Sesuai dugaan, pasti punggungnya pegal banget.

"Aduh.." Mas Sicheng merintih kecil sambil mengelus area pinggangnya. Gue terkekeh.

"Pegal, kan? Mas Pindah ke kasur saya aja, ini masih pagi banget juga."

Mas Sicheng mengerjap dan meraih hp-nya, mungkin mau memastikan pukul berapa sekarang ini.

"Hmm.." Dia bangun dari duduknya, lalu melangkahkan kaki menuju kasur gue yang masih rada berantakan. Direbahkannya badan dia di atas sana. "Terus kamu mau ngapain?"

Gue mikir sebentar.

"Saya duduk disini aja deh," Gue menunjuk tempat di mana Mas Sicheng pake buat tidur sebelumnya. "Toh, saya gak bisa tidur juga."

"Kamu gak bisa tidur?"

"Hm, gitu deh."

"Karena ada saya?" Mas Sicheng bertanya lagi. Gue menopang dagu di atas meja belajar. "Kayaknya iya."

Tanpa gue duga, Mas Sicheng malah bangun lagi dan menyalakan lampu kamar gue. Matanya menyipit karena silau liat cahaya lampu.

"Loh, udah Mas tidur aja sana," kata gue begitu dia mulai nyamperin gue. Saat udah dekat, dia menatap gue dengan muka bantalnya. Lucu banget, ternyata begini muka dia kalo baru bangun tidur.

"Tidur di kasur kamu," titahnya. "Saya bakal keluar, mau cari udara segar di depan."

Dahi gue menyerngit. Nyari udara segar di waktu sepagi ini?

"Dark circle kamu parah. Bisa-bisa nanti Papa sama kakak kamu heran kenapa bisa kayak gitu," tambahnya. Abis itu dia berjalan keluar kamar gue.

"Apaan, sih," gumam gue. Bingung. Mas Sicheng kadang bisa jadi orang yang paling nyebelin, kadang juga kelewat perhatian sampe kepala gue pusing.



👫



"Gimana? Tidur kalian nyenyak?" tanya Papa. Beliau duduk di ruang makan bersama Mas Sicheng, sedangkan gue menyiapkan sarapan bareng Kak Kun di dapur yang jaraknya berdekatan dengan ruang makan.

Gue tersenyum kecut sambil mengolesi roti tawar dengan Nutella untuk menu sarapan pagi ini. "Lumayan," jawab gue bohong.

Kak Kun yang berdiri di sebelah gue sengaja nyenggol lengan gue dan berbisik, "Asik. Kelonan gak tuh tadi malem?"

my anti-skinship husband ; winwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang