Udah pagi, ya?
Dengan mata masih setengah terpejam, gue bangun dari posisi tidur lalu mulai membuka mata perlahan-lahan. Gue bengong sebentar karena nyawa belum 100% menyatu di dalam badan. Punggung gue sudah nggak sepegal tadi malam. Syukurlah.
Gue lantas berdiri dan membereskan tempat tidur yang cukup berantakan. Setelah itu gue menguncir rambut.
Dan di detik inilah gue baru sadar kalau ini bukan kamar gue yang biasanya.
Kemudian otak gue berputar, mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam.
Yang gue ingat, begitu sampai di rumah, gue langsung mandi lalu chat-an sama Kak Kun. Setelah itu gue disamperin Mas Sicheng. Gue juga berinisiatif membuatkan dia kopi.
"Hah?"
Dahi gue menyerngit saat gue menatap kembali kasur yang baru gue rapikan. Gak paham juga kenapa gue malah bingung sendiri. Setau gue sih, semalam gue duduk menemani Mas Sicheng minum kopi.
Terus—
"HAH?????"
—gue baru ingat kalau gue ketiduran di meja makan.
Gue buru-buru keluar dari kamar. Sialnya, lagi-lagi yang gue lihat pertama kali adalah Mas Sicheng. Tapi kali ini dia sudah tidak pakai piyama lagi, melainkan kemeja putih formal yang biasa dipakai orang-orang kantoran. Dia memperhatikan gue dengan ekspresi datar sembari mengenakan arloji di pergelangan tangannya. Sepertinya dia tengah bersiap-siap berangkat kerja.
"Eh– pagi..."
"Pagi," dia membalas sahutan gue. "Saya harus pergi ke rumah sakit sebelum ke kantor. Hari ini jadwal kemo Ayah yang ke tiga. Kamu jaga rumah, ya, Xiumei."
"Oh, oke. Apa saya perlu ikut ke rumah sakit? Biar sekalian tengok Ayah juga," kata gue.
Mas Sicheng menggeleng, "Nggak apa. Kamu disini saja. Lagipula kamu belum sarapan, belum mandi juga. Sedangkan saya harus berangkat sebelum jam setengah delapan."
Gue meringis, sedikit merasa bersalah karena sudah bangun kesiangan.
"Oke," cicit gue pelan. "Semoga kemoterapi hari ini berjalan lancar. Doa saya selalu menyertai."
"Terimakasih, Xiumei."
(((sebuah visualisasi agar klean smua menggelepar)))
Jantung gue berdetak kencang begitu Mas Sicheng memberikan senyumnya ke gue. Senyum tipis dan menawan yang selalu buat gue was-was, takut jatuh cinta padanya. Gantengnya memang nggak ada obat.
"Saya sudah buatkan roti bakar untuk kamu, ada di meja makan. Kalau gitu saya berangkat sekarang."
Mas Sicheng pun menuruni tangga, meninggalkan gue yang diam menatapi punggungnya yang perlahan kian menjauh.
"Ah, Xiumei!"
Baru saja gue ikut melangkahi satu-dua anak tangga, Mas Sicheng yang sudah berdiri di ambang pintu malah kembali menoleh ke arah gue.
"Kenapa?" tanya gue bingung.
"Itu...badan kamu kecil tapi ternyata berat juga ya," dia tertawa mengejek. Setelah itu pintunya tertutup.
.....
.....
"MAS SICHEEEEEEENG!!!!!!!"
Ternyata feeling gue nggak salah.
Mas Sicheng yang menggendong gue ke tempat tidur tadi malam!
👫
"Apaan nih," monolog gue sambil memperhatikan roti bakar buatan Mas Sicheng. "Mutung begini dikasih ke gue."
Tapi, ya tetap aja. Gue makan karena lapar.
Lagipula sudah sepatutnya gue yang buatkan sarapan untuk Mas Sicheng. Ah, memang gue, sih, yang salah.
Sambil mengunyah roti dan sesekali menyesap susu hangat, gue berpikir apa yang harus gue lakukan setelah ini.
Menyapu? Mengepel?
Gue tersenyum kecut karena sudah terbayang betapa lelahnya membersihkan rumah seluas ini. Mana sendirian pula.
"Oh ya, gue kan belum beres-beres pakaian dari koper..."
Huft...
—
"Sip! Untung nggak banyak-banyak bawa baju."
Gue menyeka keringat setelah capek membenahi barang-barang di dalam kamar. Belum juga mulai membersihkan rumah, rasanya sudah tepar duluan.
Karena gue bukan tipikal orang yang suka menunda waktu, gue pun mengambil sapu dan mulai menyapu bagian lantai atas, mulai dari kamar gue, ruang tengah, balkon, hingga kamar tamu yang ditempati oleh Mas Sicheng.
Setelah gue lihat-lihat, kamar Mas Sicheng nggak begitu luas seperti kamar gue. Perabotannya juga gak begitu banyak, jadi lumayan enak dan leluasa untuk membersihkan ruangannya.
"Eh iya, gue masuk kesini apa gak izin dulu ya? Ah bodo amat, syukur-syukur udah gue bersihin."
Saat gue mau berbalik keluar kamar, tanpa sengaja gue menemukan sebuah kertas kecil yang agak lusuh tergeletak di atas nakas.
Nama Pasien : Sdr. Dong Sicheng
Jadwal berobat terakhir : 13 Februari 2019
-dr. Henry Lau."Hah, emang Mas Sicheng sakit apaan??"
Tbc
Dear SM Entertainment, kalo emang gak mau atau gak suka mengurus member cina, mending gausah nyari trainee cina lagi ya. Cukup winwin dan rekan cina yg lain yg sakit dianaktirikan oleh anda^____^
KAMU SEDANG MEMBACA
my anti-skinship husband ; winwin
FanfictionNamanya Dong Sicheng. Dia pria tampan, kaya raya, bergelimang harta, suami gue pula. Tapi sayang- "Maaf, Xiumei. S-saya...masih belum bisa.." -dia benci disentuh. ©crybaeby2001 start : June 3rd 2019 end : ?