💍-9

1.5K 249 39
                                    

assalamualaikum, saya selaku author baru balik dari ekspedisi ke luar angkasa. maaf lama ya..🙏




"Terus....gimana?"

"Ya mau gimana lagi?" Mas Sicheng tampak gusar. "Ya sudah."

Gue cuma bisa nelungkupkan wajah dengan telapak tangan gue sendiri. Gak bisa bayangin kalau nantinya gue bakal tidur...bareng...suami.

Astaga.

"Kamu gak usah khawatir," ujar Mas Sicheng kemudian. "Saya bisa tidur di lantai. Atau kursi, mungkin."

"Eh??"

Gue jadi ngerasa gak enak, tapi enggak tau harus balas gimana lagi.

"Gak masalah," sambung Mas Sicheng, "udah, balik sana, saya mau mulai nugas."




👫



Tibalah hari ini, tanggal dimana Papa lahir. Gue dan Mas Sicheng baru banget nyampe di depan rumah Papa. Gue dan Mas Sicheng saling menatap canggung sebelum akhirnya salah satu dari kami memencet bel yang ada di dekat pintu masuk.

"Pokoknya kalo Papa nanya ini itu terutama hubungan kita di rumah, jangan jujur-jujur banget ya, Mas."

"Iya, kamu juga jangan bongkar aib saya ya kalo saya takut sama kecoa"

"Iya."


Akhirnya pintu terbuka, yang buka Papa.

"Wah, dateng juga kalian!" Papa tertawa ringan. "Masuk."

Kami berdua masuk sambil menjinjing beberapa tas yang gak terlalu besar berisi pakaian dan keperluan lainnya. Sesampainya di dalam, gue ngasih kotak berisikan hadiah dari gue dan Mas Sicheng buat Papa.

"Papa, selamat ulang tahun!"

Papa tersenyum tipis seperti biasanya sambil mengelus rambut gue.

"Makasih banyak, Xiumei. Makasih juga Sicheng, sudah mau datang kesini."

Mas Sicheng membalas senyuman Papa. Kemudian kami dipersilahkan ke kamar buat menaruh barang yang kami bawa.






"Duh, sumpah demi apa," gerutu gue pelan, tapi rupanya Mas Sicheng masih bisa dengar.

"Feminin juga kamu," komentar Mas Sicheng setibanya di dalam kamar yang dulu gue tempatin di rumah ini.

Gue malu banget karena tampilan kamar gue persis kayak kamar bocah, dengan tembok ber-wallpaper bunga-bunga warna lilac dan banyak boneka tersusun di rak. Belum lagi ada banyak serba-serbi berwarna merah muda.

"Memang kenapa kalo feminin?" sungut gue sambil memanyunkan bibir.

"Ngga apa-apa," senyum tipis terbentuk di bibir Mas Sicheng. "Oh, baguslah ada karpet disini. Untuk saya pakai tidur."

Spontan sepasang mata gue mengarah pada karpet di lantai kamar gue. Lagi-lagi gue merasa gak enak banget kalo Mas Sicheng sampe rela tidur di sana. Kamar gue udah lama gak dipakai, gak tau karpetnya bersih atau engga.

Gue memikirkan opsi lain yang setidaknya lebih baik dan gak membuat gue jadi merasa bersalah. Tapi nihil.

"Aduh... Jangan tidur disitu deh, Mas..." lirih gue. "Mungkin bisa pake kasur saya aja. Biar saya tidur di meja belajar."

my anti-skinship husband ; winwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang