💍-13

1.9K 272 89
                                    

haii maaf rada lama aplot karena aku mulai dibuat hectic oleh praktikum dan tugas-tugas besar beserta urusan organisasi hhhh🤯 vomment jangan lupa hihi




Gue menatap diri di cermin seraya memoleskan lipstik pada bibir. Sekarang gue tengah bersiap-siap sebelum pergi bersama Mas Sicheng untuk menemui Dokter Henry. Masih nggak habis pikir, bagaimana bisa psikiater yang menangani mental illness suami gue adalah orang yang sama dengan pemilik saputangan saat kejadian di minimarket tiga hari lalu?

Pantas saja gue merasa gak asing dengan nama dokter itu. Rupanya dulu gue pernah menemui kartu berobat Mas Sicheng saat membersihkan kamarnya. Hah, istilah 'dunia itu sempit' memang benar adanya.

Usai berdandan gue memasukkan saputangan putih milik Dokter Henry ke dalam tas jinjing kecil kemudian gue melangkah keluar kamar. Mas Sicheng sudah berdiri disana dengan berbalutkan kemeja abu-abu polos dengan bawahan celana bahan hitamnya. Betapa indahnya pemandangan pagi menjelang siang ini.

"Sudah? Ayo berangkat."




Gue sengaja menyalakan tape mobil dengan volume gak terlalu besar supaya suasana di dalam sini nggak hening. Sesekali gue melirik Mas Sicheng yang fokus dengan stirnya seperti biasa. Kelihatannya dia sudah jauh lebih membaik dari sebelumnya. Matanya nggak lagi sembab seperti hari sebelumnya. Syukurlah.

"Besok saya mulai bekerja lagi," ujar Mas Sicheng. "Jaga dirimu walau di rumah."

Gue menangguk mengerti. Berhubung jabatan Mas Sicheng juga naik menggantikan posisi Ayah, pasti dia bakal lebih sibuk lagi ke depannya.

"Tentu," balas gue. "Hmm.. tapi boleh nggak, Mas, sesekali saya pergi? Sekadar bertemu teman-teman kampus aja."

"Terserah, hak kamu," dia mengendikkan bahu. Mendengar jawabannya gue merasa cukup senang. Gue jadi bisa ketemu Yiren dan yang lainnya karena sudah dapat izin dari Mas Sicheng. "Makasih, Mas!"

Tak lama kemudian, mobil Mas Sicheng kini sudah terparkir di depan sebuah kafe bernuansa minimalis—tempat yang dijanjikan untuk bertemu Dokter Henry.

Gue turun dari mobil dan melangkah memasuki kafe tersebut bersama Mas Sicheng. Kami sama-sama mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Dokter Henry, namun hasilnya nihil. Kami menduga dokter muda itu belum datang.

"Kita datang tujuh menit lebih cepat," kata Mas Sicheng yang menatap sekilas jam tangannya. "Ayo tunggu di sini aja."

Kami akhirnya duduk di bangku meja nomor 2 sembari menunggu kehadiran Dokter Henry. Sebenarnya yang menghubungi dokter itu adalah Mas Sicheng dengan dalih ingin mengkonsultasikan kembali perkembangan mentalnya. Kebetulan Dokter Henry gak ada jadwal praktik di rumah sakit setiap Hari Kamis.

"Mau pesan minum dulu?" tawar Mas Sicheng sambil melihat-lihat menu kafe ini.

"Hmm, boleh," jawab gue. Tiba-tiba mata gue tertuju pada seseorang yang baru memasuki ruangan kafe ini. "Mas, itu dokternya udah datang!"

Mas Sicheng langsung menoleh ke arah belakangnya dan mendapati seseorang yang gue maksud. Lalu dia memanggil orang tersebut.

"Dokter Henry!"

Dengan mudah Dokter Henry menemukan orang yang memanggil namanya, dan cukup terkejut melihat Mas Sicheng.

"Oh maaf, sudah lama menunggu?"

"Belum, kami juga baru beberapa menit di sini."

Dokter Henry kemudian duduk di sebelah Mas Sicheng dan mata kami tanpa sengaja bertemu satu sama lain. Alhasil gue nyengir kuda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my anti-skinship husband ; winwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang