05.

4.2K 563 18
                                    

Kini mereka---Lusi dan Leon, sedang berada di salah satu kedai ice cream depan sekolah. Sebenarnya sudah bel masuk, tapi dikabarkan bahwa kini akan ada free class karena para guru sedang rapat.

"Rasa?" Tanya Leon singkat

"Eum, rasa apa ya? Rasa pisang, coklat, Strawberry, sama Vanilla deh!" Kata Lusi dengan begitu antusias

"Oke" Jawab Leon

Setelah itu, Leon melangkah menjauh dari Lusi untuk membeli Ice cream  yang diinginkan oleh sang tunangan. Sedangkan Lusi, ia menanti dengan tidak sabar di kursi depan kedai. Tak lama kemudian, Leon kembali dengan banyak varian rasa ice cream seperti yang diminta oleh Lusi tadi. Langsung saja, Lusi merampas semua ice cream yang berada di genggaman Leon. Sedangkan Leon yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya maklum.

Saat sedang enak-enak nya makan ice cream, Lusi tiba-tiba teringat kejadian di toilet tadi. Apakah Leon tadi mendengar suara orang sedang kesakitan? Apakah cowok itu mengenal suara gadis yang sedang kesakitan itu? Tanpa sadar ia melamun cukup lama hingga ice cream yang berada di tangannya sedikit mencair.

"Kenapa?" Tanya Leon bingung

"Ah nggak papa kok" Jawab Lusi gugup

"Oh iya, tadi Lo ngapain di toilet cewe? Bukannya toilet cowok ada di sebelahnya ya?" Lanjutnya

"Gak sengaja lewat" Kata Leon santai

Hei, nggak sengaja lewat apanya? Bukannya toilet tadi berada di pojok sekolah? Memang nya Leon mau kemana sampai harus melewati toilet? Pikirnya.

"Oh iya, di novel kan Leon kan emang ngikutin Jessy ke toilet, soalnya takut ada apa-apa sama cewek itu. Makanya dia ada di sana kan? Emang penulis udah mentakdirkan mereka berdua dari awal, tapi gue tetep kekeh kalau gue bisa gantiin posisi Jessy. Haha, harusnya gue nggak berharap apapun. Mau gimanapun gue ubah alurnya juga, mereka bakalan tetep sama-sama. Dan gue? Bakalan tetep hidup dalam derita. Kasian banget sih Lo Lus!!" gumam Lusi lirih sambil menatap ice cream di tangan nya yang mulai mencair dnegan sendu

"Hey, kenapa?" Tanya Leon datar

"Hah kenapa? Gue nggak papa kok hehe" Jawab Lusi sambil menampilkan senyum lebarnya

Leon masih menaruh curiga terhadapnya. Dengan segera ia kembali bertanya.

"Lo tadi nggak denger sesuatu di toilet?" Tanya Lusi hati-hati

"Denger" Jawab Leon tak mengalihkan pandangannya dari Lusi

"Denger kata apa?" Tanya Lusi

"Suara cewe, kesakitan, kaya kenal suaranya, tapi gak tau" Jawab Leon dengan datar

"O-oh gitu, kok Lo nggak bantuin dia tadi? Siapa tau dia di bully gimana?" Tanya Lusi

"Lo narik gue!" Jawab Leon

Ah iya, harusnya ia tadi memang tidak usah sok-sokan mau mencari kesempatan untuk menjadi tokoh utama wanita dengan mendekati Leon dan menjauhkannya dari Jessy. Karena pada dasarnya, mereka tidak akan pernah bisa dipisahkan, iya kan?

Lagi pula, alur akan tetap berjalan sesuai keinginan penulis. Tak peduli sekalipun ia adalah orang asing yang numpang di tubuh salah satu tokoh novel yang sudah ia tau isi keseluruhan novel tersebut. Tidak peduli walau ada beberapa adegan yang berubah. Alur akan tetap sama.

Mereka---para tokoh adalah boneka sang penulis.

"Sorry!" Kata Lusi merasa bersalah

"Lo sendiri?" Tanya Leon

"Maksudnya? Kenapa gue nggak nolongin dia gitu?" Tanya Lusi tak mengerti

Leon mengangguk.

"Gue....nggak berani" Jawab Lusi

Tentu saja itu adalah sebuah kebohongan semata. Hey, memangnya apa yang perlu Lusi takutkan pada si badut ronggeng Katrina itu,hah?! Ingatkan kembali bahwa dia adalah Masha si gadis pecicilan. Di sekolahnya dulu dia sering melihat adegan bullying. Bahkan tak ada yang berani membully nya karena dia--Masha adalah gadis yang tangguh.

Tapi itu dulu, sekarang ia berada di tubuh Lusi Clamentina. Ia bisa saja setangguh dulu, namun ia juga perlu waspada. Ini dunia novel, apa saja bisa terjadi. Bahkan kematian Lusi asli pun bisa saja semakin cepat atau tidak akan terjadi sama sekali.

🌻🌻

Setelah dari kedai ice cream tadi bersama Leon, Lusi kini sedang berdiskusi bersama kelompok belajarnya. Ia salah, ternyata tidak free class sepenuhnya, karena sang guru bahasa tetap memberikan mereka tugas. Yaitu membuat presentasi dengan kelompok masing-masing.

Awalnya Lusi biasa-biasa saja. Tapi sialnya, ia malah satu kelompok dengan Leon dan Jessy. Huh, menyebalkan. Untung ada si Rendi, seksi kerohanian di kelasnya yang berada di kelompok nya juga. Jadi, ia nantinya tidak akan terlalu canggung jika akan menjadi obat nyamuk antara Leon dan Jessy.

"Jadi kita mau kerja kelompok dimana?" Suara lembut itu membuat ketiga orang di depannya menoleh. Itu...suara Jessy. Sialan.

"Terserah" jawab Lusi malas

"Menurut kamu dimana Leon?" Tanya Jessy malu-malu kearah Leon

"Cafe depan sekolah" Jawab Leon

"Kapan nih mulai kerja kelompoknya?" Tanya Rendi

"Besok abis pulang sekolah aja, biar cepet kelar!! Biar bisa leha-leha gue di rumah" Kata Lusi memberi usul dan di angguki oleh ketiganya

Setelah itu, Lusi yang sudah malas dengan muka Jessy pun mulai beranjak dari kursinya untuk pulang. Tapi belum lima langkah dirinya pergi dari sana, sebuah tangan kokoh menahan lengannya dengan cepat.

Lusi menoleh, membalikkan badannya.

Ternyata....Leon.

"Kenapa?" Tanya Leon

"Pulang bareng gue!" Kata Leon

Lusi mendelik dibuatnya. Hey, apa-apaan ini? Bahkan bukan hanya Lusi saja yang melotot tapi juga...Jessy, sang tokoh utama wanita.

Entah kenapa, gadis itu terlihat seperti...kesal? Ah yang benar saja.

"Tapi..."

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, dirinya sudah di tarik lebih dulu oleh Leon menuju parkiran.

Yang Lusi anehkan, kenapa Leon si Singa liar malah mengajaknya pulang bersama? Seharusnya cowok itu lebih memilih mengantarkan Jessy dari pada dirinya kan?

Ting!

Suara pesan masuk terdengar dari ponsel milik Lusi. Ia kemudian membuka nya, ternyata dari Kakak tercintanya.

Lucas_C

Pulang naik taxi ya? Abang ada latihan band, takut lama

Sorry, adek ku tercinta❤️

Lusi_C

Iya deh, tapi kalo pulang beliin gue cemilan ya? Yang banyak!! Harus!!

"Siapa?" Tanya Leon dengan raut wajah yang...err....kesal?

"Abang" Jawab Lusi

Ah setelah Lusi pikir-pikir ulang, ada untungnya juga Leon lebih mengajak nya untung pulang bersama dari pada dengan si Jessy. Selain bisa modus sama cogan alias peluk-peluk manja si Leon waktu naik motor nanti, ia juga bisa hemat duit buat ongkos karena memang dirinya tadi pagi berangkat bersama Lucas seperti biasa,haha.

Terima kasih, tunangan tercinta. Bhahahha.

Setelah itu, mereka mulai meninggalkan halaman sekolah. Disana, seseorang tengah menatap kepergian keduanya dengan tangan terkepal kuat.

'Awas kau!!'

Supporting RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang