Apakah kalian tau rasanya terkena serangan jantung mendadak? Ya, seperti itulah yang Lusi rasakan sekarang. Katakanlah bahwa dirinya ini memang lebay dan alay. Tapi,HEY...siapa yang tidak kaget saat mengetahui bahwa tunangan kita sendiri adalah sang karakter utama dalam sebuah cerita yang dimana kamu hanya mendapatkan peran sebagai figuran alias tokoh pembantu yang kadang tidak penting dalam sebuah cerita?
Astaga, tenggelamkan aku sekarang juga!!,batin Lusi
Yang menjadi pertanyaan nya sekarang adalah mengapa dia bisa lupa dengan nam tunangan Lusi di cerita ini? Padahal ia mengingat dengan jelas alur cerita itu. Ini seperti...disengaja? Tapi, ah sudahlah.
Bukannya seharusnya dia senang? Karena dengan menjadi tunangan Leon si tokoh utama, dia bisa mendapat peluang besar untuk menjadi tokoh utama juga. Benar.
Tapi yang menjadi masalah disini, Leon hanya mencintai Jessy. Bahkan suatu saat nanti pasti Leon akan memutuskan hubungan pertunangan ini demi bisa bersama dengan wanita pujaannya.
Jika seperti itu, bukankah ia hanya harus membuat Leon jatuh cinta kepadanya? Tapi bagaimana caranya? Rasanya tidaklah mudah seperti cerita transmigrasi yang ia baca di dunia aslinya. Mereka yang bertransmigrasi hanya perlu menjadi diri sendiri dengan sikap mereka yang errr--aneh? Lalu semua tokoh akan langsung jatuh cinta dan membuang sang tokoh utama wanita asli.
Tapi dirinya tidak bisa seperti itu. Walaupun ini sama-sama di dunia novel. Kalian ingat? Saat pertemuan pertama sang tokoh utama di koridor waktu lalu, Leon sudah menunjukkan ketertarikannya pada Jessy. Itu dari pengamatannya. Sama seperti alur yang seharusnya di ceritakan dalam novel. Ini akan jadi lebih sulit tentu saja.
Huh, menyebalkan!!
"Lusi kenapa kamu melamun nak?" Tanya papah
Lusi terkejut dan langsung menatap papahnya dengan melotot lucu.
"A-ah LuLu nggak papa kok pah, cuma gugup aja hehe iya gugup" Jawabnya agak terbata
"Ayo cepat pasangkan cincin itu ke jari manis nak Leon" Kata Papah sambil tersenyum lebar
"Oh iya" Jawab Lusi lalu dengan cepat ia memasang kan cincin tunangan mereka pada jari manis Leon yang besar
Dan yah, kini mereka Remi bertunangan. Lusi hanya tersenyum hambar. Leon yang melihatnya langsung mengernyitkan dahi, bingung. Ada apa dengan gadis ini? Apakah dia tidak senang dengan pertunangan mereka? Kalau tidak senang kenapa harus menerima nya? Apakah karena tidak ingin membuat Papah nya kecewa? Mungkin saja. Tapi, oh ayolah...dia ini kan sangat tampan dan berwibawa, kenapa Lusi menampilkan ekspresi seperti itu? Harusnya kan dia senang bisa bertunangan dengan makhluk setampan dirinya. Baiklah, Leon memang sangat PD sekali. Tidak usah menghujat. Tapi mungkin saja gadis itu sedih karena jika mereka menikah kelak akan meninggalkan Papahnya sendiri dengan sang kakak. Ya, mungkin seperti itu.
"Bisakah kita berbicara berdua?" Tanya Leon dengan nada datar dan dingin pada Lusi
Lusi mendongak melihat kearah Leon lalu menunjuk dirinya sendiri seolah-olah mengatakan "Apakah kau mengajakku?" Dan dibalas anggukan malas oleh sang empu.
Kini mereka berada di salah satu taman kota. Tenang saja, mereka sudah izin terlebih dahulu pada orang tua mereka dan bilang akan pulang agak larut.
Duduk berdua dengan keheningan dan suhu dingin tanpa ada yang mau membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"Mau ngomong apa sampe gue di bawa kesini?" Tanya Lusi mencoba membuka pembicaraan
"Gak seneng?" Tanya Leon
"Ha? Maksudnya apaan? Ngomong jangan setengah-setengah dong" Kata Lusi ngegas
Leon diam-diam tersenyum tipis. Sangat tipis hingga Lusi tidak bisa melihatnya.
"Lo gak seneng tunangan sama gue?" Tanya Leon lebih jelas
Lusi mengernyitkan dahi bingung. Apa maksudnya? Apakah Leon yang tidak senang hingga ingin membatalkan pertunangan ini dengan cepat? Hey, bukankah Leon akan memutuskan hubungan pertunangan ini saat menjelang ujian Kenaikan kelas?
"Maksud Lo? Kenapa nanya gitu?" Tanya Lusi heran
"Ekspresi Lo" Jawabnya
Ughh, rasanya Lusi ingin menggetok kepala Leon sekarang juga. Bisakah dia berbicara yang jelas? Apa dia mempunyai keterbatasan berbicara yang bisa membuatnya bisu mendadak? Ia jadi kesal sendiri. Dulu ia sangat mengidam-idamkan cowok dingin dan datar untuk menjadi pacarnya. Tapi sekarang? Entahlah, sepertinya ia sudah tidak mengharapkannya lagi.
"Ngomong yang bener anjir" Kesal Lusi
Leon menghela nafasnya pasrah. Kemudian menatap manik mata Lusi yang sedang melotot marah kearahnya. Sudut bibirnya berkedut, menahan senyum. Tarik nafas..hembuskan. profesional lah sedikit,huh!!
"Ekspresi Lo keliatan gak seneng tunangan sama gue" Kata Leon
"Biasa aja tuh. Kenapa? Bukannya Lo yang nggak seneng sama pertunangan ini? Lo mau batalin pertunangan ini? Kapan?" Tanya Lusi menatap kosong kearah depan
Leon menatap bingung pada gadis disampingnya. Kenapa ia berfikiran seperti itu? Kenapa gadis ini sok tau sekali? Dia kan hanya bertanya saja tidak lebih. Tapi, tatapan gadis itu terlihat sendu dan kosong secara bersamaan. Apa...Lusi sebenarnya menyukainya dalam diam? Atau apa?
"Kenapa mikir gitu?" Tanya Leon masih menatap gadis disebelahnya
"Hah? Bisa ajakan?" Jawab Lusi lirih menatap balik iris mata Leon yang tajam
Kalian tau kenapa ia berkata seperti itu? Ia mengingat sesuatu. Di cerita ini, Lusi bertunangan dengan Leon. Tapi Leon tidak mencintainya tapi mencintai tokoh utama wanita yaitu Jessy. Leon menjalin hubungan dengan Jessy secara terang-terangan kepada Lusi seakan mengatakan bahwa yang pantas bersanding dengan nya hanya Jessy seorang, tidak ada yang lain.
Sedangkan Lusi? Dia sebenarnya sakit hati, selalu menangis setiap malam, meratapi nasibnya, ia merasa.. dipermainkan. Tapi, memangnya apa yang bisa ia lakukan selain memendamnya sendiri? Melabrak Jessy dan mengatakan kalau Leon itu tunangannya? Dia tidak seberani itu. Jessy dibawah perlindungan Leon, dia tidak berani. Apalagi Jessy itu adalah sahabatnya.
Jadi ia hanya berlagak seolah-olah ia mengenal Leon hanya sebagai teman kelas. Lagipula dari awal Leon sudah memperingati nya agar tidak berbuat macam-macam seperti membocorkan tentang pertunangan mereka.
Kalian tau? Rasanya sakit sekali saat mengetahui bahwa tunangan mu sedang menjalin hubungan dengan sahabatmu sendiri. Apalagi sebelumnya, ia bertingkah seperti mendukung perasaan sahabatnya kepada sang tunangan. Lalu sok menjadi Mak comblang bagi mereka. Ini adalah salahnya sendiri. Haha, bodoh sekali.
Lalu saat menjelang kenaikan kelas, tiba-tiba Leon memutuskan hubungan pertunangan mereka secara mendadak. Lusi tau apa masalahnya tapi dia hanya diam. Setelah itu dia mencoba menjauh sejauh mungkin dari para tokoh utama. Dan tinggal di luar negri selama 5 tahun lamanya. Dan meninggal saat akan pulang ke tanah kelahirannya, karena pesawat yang ditumpangi nya terjatuh yang menewaskan semua penumpang.
Setelah itu hanya di ceritakan kisah romansa si tokoh utama. Tamat.
Lusi yang mengingat alur novel menjadi sedih. Sang penulis memang sangat jahat pada Lusi asli. Kenapa gadis baik dan lemah lembut seperti Lusi asli harus menderita seperti itu? Ini juga salah satu alasan mengapa Lusi yang sekarang ingin menjadi tokoh utama wanita dalam cerita. Ia ingin mendapatkan keadilan. Ia ingin hidup bahagia.
Walaupun ia bisa bahagia tanpa harus menjadi tokoh utama dalam cerita, tapi..ia ingin di perhatikan. Itu saja.
Tapi, ingatkan kembali bahwa dia hanyalah Sang Tokoh Figuran!!
"Lo terima pertunangan ini secara terpaksa kan?" Tanya Lusi
"Bisa iya bisa gak" Jawab Leon
"Lo terpaksa karena lagi suka sama seseorang kan?" Tanya Lusi, lagi.
"Hm?" Leon bingung
"Lo lagi suka sama.....anak baru itu kan? Jessy?" Tanya Lusi sambil menatap dalam manik mata Leon dengan bergetar
Leon menatap lama Lusi. Kemudian menjawab "Emangnya Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Supporting Role
FantasyMasha Washington, si gadis cantik yang tiba-tiba saja terbangun di tempat yang entah berantah yang sebenarnya dunia Novel. Harus menerima nasib jika dirinya menjadi salah satu karakter di buku itu. Sungguh mustahil, pikirnya. Berawal dari dir...