Hari ini adalah hari dimana mereka---Lusi,Leon,Jessy, dan Rendi mengerjakan tugas kelompok bersama di cafe depan sekolah. Bel pulang sekolah sudah berbunyi semenjak 20 menit yang lalu.
Kini mereka sedang disibukkan dengan pembagian tugas untuk merangkum materi-materi yang akan mereka presentasi kan di kelas lusa. Dengan Jessy yang merangkum bab 1, Leon yang membantu Lusi merangkum bab 2, dan Rendi yang bersantai ria sambil menyeruput secangkir kopi di mejanya.
Rendi memang sengaja tidak ditugaskan untuk ini karena cowok itu yang akan lebih banyak membaca presentasi untuk lusa. Sedangkan ketiganya hanya sedikit membaca. Apalagi dengan tulisan tangan Rendi yang sangat kacau seperti desa yang baru saja terkena angin puting beliung, ANCUR!! Itu juga salah satu alasannya. Kenapa nggak membantu Jessy merangkum? Oh ayolah, Rendi itu tidak bisa yang namanya merangkum. Biasanya jika ada tugas merangkum, cowok itu lebih memilih mencontek milik teman kelasnya.
"Leon, kamu bisa bantuin aku buat rangkum yang bagian ini nggak?" Tanya Jessy sambil menatap Leon berharap
Leon tidak menjawab, cowok itu hanya langsung menandai bagian-bagian yang harus di tulis oleh Jessy dan setelah itu ia kembali melanjutkan merangkumnya bersama Lusi. Jessy memang bukan hanya sekali dua kali meminta bantuan Leon. Bahkan hampir keseluruhan bab ia meminta bantuan kepada Leon.
Sebenarnya tidak masalah sih, cuma..Jessy itu kan pinter, masa iya cuma disuruh merangkum saja sampai meminta bantuan berkali-kali seperti itu? Bahkan di sekolahnya dulu, Jessy selalu mendapat peringkat pertama kan? Bukankah jika merangkum adalah hal kecil dan mudah baginya? Apa ini hanya modus saja? Tapi, bukankah sifat sang protagonis wanita bukan seperti itu? Lantas?
Beda lagi dengan Lusi, walaupun dia itu termasuk murid pintar, tapi jika sudah di hadapkan oleh rangkum-merangkum gadis itu akan menjadi bodoh mendadak. Lusi sangat malas jika harus merangkum, ia lebih suka jika langsung membaca dan mencernanya sendiri dari pada harus merangkum segala. Itu sangat merepotkan baginya.
Apalagi bab 2 lebih banyak dari pada bab 1. Dari pada Lusi nganggur seperti Rendi lebih baik ia diberi tugas untuk mencatat kan? Sedangkan Leon menunjukan bagian-bagian yang harus ditulis oleh Lusi. Tulisan Lusi juga termasuk rapi.
"Leon, kalo yang bagian ini bagian mana yang harus di tulis?" Tanya Jessy, lagi.
"Ini, ini, ini" Jawab Leon singkat
"Oke, makasih ya Leon. Kamu baik banget deh" Kata Jessy lembut
"Yaelah, nanya-nanya mulu Lo!! Lo kan pinter, masa cuma ngrangkum gitu doang nanya si Leon mulu" Ketus Rendi sambil membuang upil yang tadi ia korek
Menjijikan.
"Aku..aku kan bingung, makanya aku tanya Leon" kata Jessy sambil menunduk takut ke arah Rendi
"Alah, modus Lo!!" Kata Rendi
Rendi ini termasuk cowok mulut cabe, pedes gila!! Apapun yang ada dipikirannya bakalan langsung ia utarakan. Gak peduli jika perkataannya akan menyakiti hati orang lain.
"Ya udah sih Ren, lagian ini kan buat kepentingan kelompok juga. Siapa tau emang Jessy bingung beneran, dan butuh bantuan gimana? Udah, nggak usah di dengerin Jess, Rendi emang otaknya rada sengklek" Kata Lusi sok bijak
Jessy kan tokoh utama wanita, jadi Lusi harus baik-baikin juga untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan menimpa dirinya dimasa depan.
"Lanjut" kata Leon menyuruh untuk melanjutkan merangkumnya
Lusi juga agak heran dengan tingkah Leon, harusnya cowok itu baik-baikin Jessy. Perhatian gitu lho. Tapi ini malah dingin banget. Ck.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supporting Role
FantasyMasha Washington, si gadis cantik yang tiba-tiba saja terbangun di tempat yang entah berantah yang sebenarnya dunia Novel. Harus menerima nasib jika dirinya menjadi salah satu karakter di buku itu. Sungguh mustahil, pikirnya. Berawal dari dir...