Pungutan Orang Lain

24.4K 2.2K 54
                                    

Kereta itu berhenti di depan salah satu toko bernuansa mewah yang terdapat dua lantai. Sepasang kaki itu turun, lalu tangannya menyambut tangan seseorang. Senyum cerah menghiasi wajahnya. Suasana malam di Ibu Kota itu masih ramai. Banyak orang yang berlalu lalang keluar masuk di salah satu toko.
"Aku merindukan suasana seperti ini," ujarnya seraya bergelanyut manja di lengan Duke Alex.

Banyak sepasang mata yang berbisik-bisik melihat Duke Alex dan Floria.
"Ya, sudah. Belilah apa yang kamu inginkan. Aku akan berkeliling dengan Kesatria Luis."

Duke Alex berniat berpencar, ia akan mencari sendiri gaun yang sesuai dengan Duchess Anabella. Dan malam itu, malam dimana dirinya berkeliling dari satu toko ke toko lainnya. Memilih beberapa gaun dan beberapa perhiasan, seperti kalung, gelang dan cincin. Ia juga membeli beberapa topi lengkap dengan sapu tangan dan sepatunya.

"Semuanya sudah lengkap." Duke Alex mencium gaun berwarna navy berenda bunga mawar putih di perutnya. Sederhana namun elegan. Ia tidak sabar memberikan gaun itu pada istri tercintanya.

"Tuan,"

Duke Alex melihat seorang wanita bersama dengan pelayannya Emma yang membawa beberapa kado.

"Sudah selesai."

Floria mengangguk, ia melihat tangan Kesatria Luis dan Duke Alex yang memegang beberapa kado.
"Tuan, di tangan mu itu apa?" tanya Floria.

"Ini untuk Duchess, aku yakin dia pasti senang." Duke Alex memperlihatkan gaun berwarna navy yang sangat mengesankan.

Ternyata dia pergi meninggalkan ku hanya demi Duchess batinnya geram.

"Pasti Duchess sangat senang. Tuan, ayo kita makan malam di restaurant kita seperti biasanya." Floria pun merangkul lengan Duke Alex setelah meletakkan kado itu di kereta. Keduanya pun berjalan dengan nyaman. Floria tersenyum sinis, ia tidak peduli dengan tatapan para bangsawan. Sedangkan Duke Alex meras risih melihat tatapan dan bisikan wanita bangsawan yang melihatnya.

Setelah menempuh beberapa langkah, keduanya sampai di sebuah Restaurant. Floria merasakan suasana di Restaurant itu masih sama seperti dulu. Restaurant langganan keduanya untuk menghabiskan malam bersama. Ia memandang ke segala penjuru Restaurant itu.
"Tuan, setelah aku duduk seperti ini. Rasanya kehidupan masa lalu terulang kembali."

Duke Alex tersenyum tipis, bukan masa lalu yang ia ingat, tapi saat dirinya menghabiskan waktu dengan Duchess Anabella. Wajah Floria yang tersenyum. Memperlihatkan wajah Duchess Anabella..
"Duchess ..."

"Tuan, aku Floria bukan Duchess." Ucapnya dengan kesal dan cemberut.

Ehem

"Maaf Flo, aku kepikiran Duchess."

Floria pun meneguk tehnya, ia menginginkan sebotol Wine untuk melampiaskan kekesalannya. "Pelayan,"

"Saya Nyonya..."

"Aku ingin sebotol Wine." Perintahnya.

"Baik Nyonya."

"Flo, apa yang kamu lakukan? Kamu belum sehat." Pekik Duke Alex.

Floria berusaha menenangkan hatinya. Tidak mudah baginya marah pada Duke Alex. Wajar Duke Alex memikirkan Duchess. Karena wanita itu tengah mengandung, bukan perasaan cinta. "Aku hanya ingin mencicipinya, sedikit saja."

"Baiklah, jangan sedikit."

Duke Alex menuruti permintaan Floria, sampai keduanya menghabiskan waktu hingga larut malam. Bahkan Duke Alex menggendong tubuh Floria yang sudah mabuk berat. Beberapa kali ia melarangnya agar tidak minum banyak. Namun perkataannya bagaikan angin, Floria memberontak ingin minum dan menghabiskan sebotol Wine.

Dan sekarang ia harus menggendong tubuh Floria. sampai menuju kediamannya. Bagaikan di kejar oleh singa, langkahnya semakin cepat. Jika itu singa hewan, ia bisa melawannya. Akan tetapi, jika singa itu adalah kemarahan istrinya. Seperti akan ada panah beracun yang menusuknya.

"Duke," lirih Floria seraya menahan pergelangan tangannya. "Tinggallah di sini."

Duke Alex mengelus tangan berkulit putih itu. "Aku akan di sini sampai kamu tidur."

Floria mengangguk tersenyum, ia memejamkan matanya kembali. Setelah merasa Floria tertidur pulas, Duke Alex melepaskan tangannya. Ia sudah tidak sabar melihat Duchess Anabella senang dan memakai hadiahnya.

Duke Alex memutar handle pintu itu. Lalu mendapati seseorang yang tengah duduk dengan buku di atas tangannya. Tumpukan kado yang ia berikan masih utuh di atas meja kecil itu, tidak tersentuh sama sekali.

"Aku tidak suka dengan barang hasil pungutan orang lain." Ucapnya tanpa menoleh ke arah Duke Alex.

Hurt! Mr Duke (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang