Kupandangi kotak kecil pemberian dari orang antah berantah tadi sore. Entah apa maksud dia memberi hadiah ini. Walau lelaki itu bilang ini hadiah pertemanan, tapi aku tetap tidak percaya.
Kotak bergambar bunga-bunga dengan hiasan pita berwarna pink di atasnya terlihat sangat lucu.
Kira-kira isinya apa?
Aku mulai membuka pita serta kertas pembungkus dengan hati-hati, sayang kalau sampai sobek. Terlalu cantik.
Seketika senyumku mengembang saat melihat isi di dalamnya. Sebuah jam tangan wanita berwarna biru muda dengan gambar bunga-bunga kecil di bagian dalamnya. Cantik dan simpel. Bentuknya juga pas, tidak terlalu kecil atau besar.
Kutemukan sebuah kertas tergulung yang tadi terjatuh saat mengambil jam tangan ini. Lalu segera kubuka, ingin tahu apa yang tertulis di sama.
'Tahaddu tahabbu. Saling memberi hadiah, maka akan saling mencintai.
Ku tunggu hadiah darimu.'
Apa-apaan ini?
Sudah kuduga. Lelaki macam Kak Rain itu selalu membuatku takjub. Otakku tak sampai untuk mengetahui apa yang akan dia lakukan.
Benar-benar absurd.
Drrrt drrrt
Getaran pada ponsel yang terletak di atas meja belajar mengalihkan perhatianku. Aku meraih ponsel itu kemudian langsung membuka pesan pop up paling atas.
Dahiku mengernyit melihat nomor baru yang tertera di sana. Siapa?
[Assalamu'alaikum.]
[Wa'alaikumsalam.] Aku mengetik balasan.
[Lagi apa?]
Idih, so akrab. Kembali aku mengetik balasan.
[Maaf, ini dengan siapa?]
[Calon Imammu]
[Maaf ya, jangan ngaku-ngaku! Aku blokir nomornya, nih.]
[Sensi banget. Ini aku, cowok paling ganteng dan keren sebandung-jakarta.]
[RAINER] pesan selanjutnya muncul.
What? Mataku melebar dengan dada berdebar kencang.
Dari mana Kak Rain tahu nomorku?
Kalau dari Aa sepertinya tidak mungkin. Apa dari teman-teman ngajiku? Apa dia tanya teman-temanku? Oh, tidak! Gawat. Aku takut teman-teman salah paham.
Segera kuhapus semua chatnya sekaligus chat yang belum sempat kubaca. Lantas kumatikan ponsel dengan tangan gemetar.
Aku takut. Ponselku selalu diperiksa Aa. Setelah Aa hijrah, dia memang seover protektif itu padaku. Dia tak akan membiarkanku berinteraksi basa-basi dengan lawan jenis.
"Khawatir terjadi fitnah, Dek." Begitu katanya.
Berulang kali aku menghela napas untuk meredakan gejolak di dada. Berusaha memikirkan bagaimana mengatasi Kak Rain. Setelah ini ... apalagi yang akan dia lakukan?
Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang, karena aku akan sulit tertidur.
***
Pagi.
Seperti biasa, aku membantu Mama beres-beres rumah. Walau Mama seringkali melarang, "Adek, nggak usah beres-beres! Biar mama aja. Adek nyuci baju aja!"
Ya ampun, Mama, yang benar saja. Mencuci baju itu pakai mesin cuci. Itu tidak terhitung! Jadi, aku tetap melakuakan beres-beres rumah.
Aku tidak ingin terus dianggap lemah. Aku ingin seperti anak gadis lain. Yang selalu bisa membantu ibunya beres-beres. Bahkan sebagian teman-temanku malah ada yang sudah bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Jatuh Cinta
Romans"Jika dua insan saling menyukai sebelum halal, lalu sama-sama menunjukkan rasa yang pada akhirnya memancing perbuatan dosa. Itu bukan cinta, tapi nafsu."