Fans Menyebalkan

5 0 0
                                    

"Kenalin. Rainer." Pria itu mengulurkan tangan padaku.

Setelah beberapa kali mengikuti setiap aku datang ke kampus, kali ini dia mengenalkan dirinya.

"Kamu Tiara, 'kan?" tanyanya kemudian.

Aku mengangguk, lantas menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Tidak mungkin aku menjabat tangannya.

Dia tersenyum simpul seraya menarik kembali tangannya. "Aku tau kamu gak bakal mau berjabat tangan dengan laki-laki."

Kalau sudah tahu untuk apa mengulurkan tangan? Hanya untuk menggoda, atau menguji? Tidak lucu!

Awal perkenalan yang tak menyenangkan sama sekali.

Sedari awal, aku memang tidak menyukai pria yang kini berdiri tak jauh dariku itu. Pasalnya ke mana pun aku pergi, dia selalu mengikuti. Tak peduli dengan tatapan mahasiswa lain yang keheranan sekaligus menertawakan.

Dia juga tak akan peduli sudah semalu atau bahkan seemosi apa aku dengan sikapnya yang seenaknya itu. Dia akan menulikan telinga, dan membutakan matanya.

Kalau bisa, rasanya aku ingin mengamuk mengusirnya supaya dia tidak terus menerus mengikutiku.

"Ayo, Kakak antar ke Pak Sam."

Nah, kan!

Sudah kubilang berkali-kali kalau aku tidak mau ditemani.

Nyebelin!

Aku berhenti melangkah, lantas berbalik sambil mengacungkan tangan ke arahnya. "Stop! Kakak eggak usah ikutin aku! Aku bisa sendiri kok."

"Gapapa, Tiara. Gak usah sungkan. Dengan senang hati Kakak bakal nemenin kamu."

Ya Allah ... tolong bebaskan aku dari makhluk menyebalkan ini.

Kembali kuedarkan pandangan mencari keberadaan Aa.

Ah ... itu dia. Akhirnya seseorang yang kucari datang juga. Rasanya seperti ada beban yang terlepas dari tubuhku. Lega luar biasa.

Aa sedang berjalan sambil mengobrol dengan seseorang, entah siapa. Aku tak bisa melihat wajahnya karena terhalang tubuh kakakku.

"Alhamdulillah, Aa udah ada tuh, jadi Kak Rain boleh pergi sekarang." Aku berharap dia mengerti kalau aku mengusirnya secara halus. Sungguh! Aku benar-benar risi dengan keberadaannya.

"Nggak masalah, Kakak tunggu sampe Pak Sam ke sini," ucapnya santai.

Aku mencebik. Tak habis pikir dengan tingkah pria itu. Ngotot banget!

"Assalamualaikum, Pak Sam." Kak Rain mengucap salam saat Aa sudah mendekat pada kami.

"Wa'alaikumsalam. Belum pulang, Rai?"

"Belum pak, lagi nemenin Tiara nyari Bapak."

Aa mengernyit, lantas melirik ke arahku. Sementara aku menggeleng cepat, takut Aa salah paham. Detik berikutnya aku melotot pada orang yang sedang tersenyum tanpa dosa itu.

Keterlaluan!

Kak Rain berpamitan, membuatku ingin sujud syukur sekarang juga.
Namun, sebelum pergi dia sempat mendekat ke arah Aa seraya membisikkan sesuatu. Ah, sebetulnya bukan bisikan sebab dia sengaja mengeraskan suaranya supaya terdegar olehku.

Seketika mataku melebar mendengar ucapannya.

***

"Mendingan kamu gak usah ke kampus deh, Ra, banyak fansnya," teriak Aa sambil menoleh ke samping, memastikan suaranya terdengar olehku.

Biarkan Aku Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang