Lelaki itu ... Ustaz?

4 0 0
                                    

Sebulan sekali, di tempat ngajiku selalu diadakan ceramah oleh ustaz atau ustazah yang sudah berpengalaman dalam menghafal Al-Quran. Tujuannya untuk berbagi pengalaman seputar menghafal Al-Quran, berbagi tips mudah menghafal, diskusi, atau ceramah untuk meningkatkan semangat menghafal kembali.

"Ra, denger-denger ustaz yang mau ceramah itu masih muda, lho," bisik Disti saat kita baru saja duduk untuk mendengarkan ceramah.

"Terus?"

"Cuma penasaran aja, sih, kayak apa orangnya."

"Jaga pandangan Dis, kita nih penghafal Qur'an. Tar hafalannya hilang, loh."

Ah, sebetulnya itu nasehat untuk diriku sendiri. Pasalnya, dari semalam wajah Kak Rain selalu terbayang. Semua itu gara-gara dia yang tak henti menggoda, juga menghubungiku melalui pesan WA. Alasannya menagih hadiah.

Alasan macam apa itu?

Aku yakin itu hanya karangan dia doang supaya bisa terus menggangguku.

"Astagfirullah."

"Astagfirullah."

Aku dan Disti mengucap istigfar sambil saling melirik. Lalu kami sama-sama tersenyum, lebih tepatnya menahan tawa. Entah apa maksudnya.

Apa dia juga punya pemikiran yang sama sepertiku? Mengenai Kak Rain. Ya, aku memang sudah menceritakan perihal lelaki pengganggu itu pada Disti.

"Iya, deh, yang udah punya cem-ceman, harus jaga pandangan dari cowok lain," bisik Disti sambil terkikik.

Detik berikutnya sebuah cubitan kecil kuberikan padanya hingga gadis itu meringis. "Sakit tau ...."

"Lagian ngomongnya sembarangan," protesku, yang disambut tawa cekikikan gadis itu lagi.

Asem bener dia!

"Assalamualaikum warohmatulloh wabarokaatuh."

Suara ini ... lagi? Kenapa akhir-akhir ini aku sering mendengar suara ini? Suara berat namun terdengar empuk ini terasa familiar di telingaku.

Saat kutegakkan kepala, seketika mataku melebar melihat Ustaz ....

"Dis, itu beneran Ustaz Abidzar?" Aku berbisik pada Disti.

"Iya. Kenapa? Ganteng banget, ya? Kalah Aa kamu mah." Disti balas berbisik. "Eh, gantengan oppa yang waktu itu deng."

Aku yakin kalo sedang di luar pasti gadis itu sudah histeris.

Tak kupedulikan lagi perkataan Disti. Aku memilih menunduk sambil memejamkan mata menahan malu.

Jadi ...

Lelaki yang waktu terjebak hujan bersamaku dan seseorang yang di angkot itu ... ustaz?!

Ya ampun! Bagaimana bisa?!

"Duh, Ra, kayaknya semua murid bakal dengerin dengan semangat pat lima."

"Fokus, Disti! fokus!" Aku menekan setiap kata supaya dia diam dan kembali memperhatikan ustaz.

Sepanjang ceramah, aku tak bisa fokus. Pikiranku kemana-mana. Malu lebih mendominasi.

"Walaqod yassarnal quraana lidzikri fahal mimmuddakir."¹

Aku tertegun mendengar bacaan Al-Qurannya. Suaranya begitu lembut dan tenang. Tajwidnya juga bagus. Terasa seperti air yang menyirami hatiku. Adem.

"Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Inilah bukti jika Allah telah menjamin kemudahan bagi orang-orang yang mau mempelajari al-quran, termasuk menghafalkannya. Tanamkan dalam diri bahwa menghafal itu mudah. Yakin. Setelah keyakinan itu kuat, insyaallah kita bisa. Selanjutnya tinggal bersungguh-sungguh.

Biarkan Aku Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang