obrolan kakak beradik

1.6K 286 21
                                    

Ethanael Suhbrata berdiri di sudut ruangan. Rahangnya mengeras menahan amarah ketika ia melihat sang kakak menangis di pelukan papi mereka.

Inilah alasan kenapa Echan nggak suka kalau teteh kesayangannya bertemu dengan ibu kandung mereka. Teteh akan selalu berakhir begini, rapuh dan menangis karena perilaku mami mereka yang sangat jauh dari bayangan.

Tangannya mengepal, berusaha menahan diri untuk tidak berlari keluar gedung, mengejar Anjani sekarang juga untuk memaki wanita itu karena sudah menyakiti kakaknya.

Ethanael Suhbrata benci sekali pada wanita bernama Anjani itu.

*****

Sepulang mereka ke hotel, keluarga kecil itu pun melakukan packing dan kemudian bersiap untuk istirahat. Besok pagi-pagi sekali, mereka akan kembali pulang ke Indonesia.

Selama di Singapore, mereka menginap di hotel bintang 5 dan Papi Johnny memilih untuk menyewa family room supaya lebih nyaman dan kamarnya nggak perlu kepisah jauh. Family room ini terdiri dari 2 kamar, jadi Echan tidur dengan papi dan teteh tidur sendiri.

Saat ini, Echan berdiri di ambang pintu kamar tetehnya yang terbuka karena pemilik kamar masih sibuk packing. Echan pun langsung masuk kamar dan duduk di atas ranjang, bersebelahan dengan koper Yessa.

Lucu ya? mereka berangkat gak bawa apa-apa tapi pulang bawa koper berisi beberapa baju, sepatu dan juga oleh-oleh.

Echan hanya diam, mengamati teteh yang sibuk tanpa bicara apa-apa.

Yessabella tentu saja sadar kalau dia lagi di perhatikan sama adiknya. Yessa juga udah yakin kalau Echa kesini pasti karena mau ngomelin dia karena nekat mau menemui mami. gadis itu pun menghela napas.

"Gih, mulai." kata Yessa.

"Mulai apaan?" tanya Echan.

"Mulai ngomelnya. Kamu pasti kesel kan sama teteh karena teteh ketemu mami, dan berakhir dengan tangisan lebay nya teteh? gih, marah aja. Teteh dengerin."

Echan menatap Yessa, melihat raut wajah Yessa yang serius, akhirnya Echan sadar kalau selama ini... dia terlalu egois dan keras pada kakaknya. Echan sadar kalau dia terlalu maksa teteh Yessa, seperti memaksa teteh untuk block semua sosmed mami mereka, dan melarang teteh untuk bertemu dengan mami Anjani. Tentu saja  Echan ngelakuin semua itu untuk melindungi Teteh Yessa, tapi sekarang Echan sadar kalau perilaku nya ternyata membuat Teteh tertekan.

"Echan nggak kesel sama teteh." ucap Echan akhirnya. "Dan teteh nggak nangis karena lebay. Teteh ngerasa sedih dan kecewa, jadi teteh mengeluarkan perasaan itu lewat tangisan. Perasaan teteh itu valid, bahkan lebih baik kalau dikeluarin daripada di pendem sendiri." kata Echan.

Yessa mengerjapkan matanya, tidak menyangka kalau adiknya bisa bijak begini. "Kok kamu tumben baik? nggak ngomelin teteh? kamu kesurupan setan Singapur, ya?" canda Yessa untuk mencairkan suasana.

Echan langsung aja melirik sinis tetehnya, "Giliran lagi baik disuruh ngomel, kalau diomelin nanti Echan kena timpuk, gimana sih? dasar perempuan banyak maunya." ketus Echan, membuat Yessa tertawa kecil.

"Teh, maaf karena selama ini Echan egois dan selalu minta teteh untuk jauhin dia. Echan bukannya mau pengaruhin teteh atau gimana, Echan cuma gak mau teteh sedih lagi.. tiap kali ketemu dia, teteh tuh jadi sedih, Echan nggak suka liat teteh sedih. Echan jadi ngerasa gagal ngelindungin teteh." Kata Echan pelan, perkataan Echan membuat Yessa berhenti melakukan aktivitasnya dan fokus ke Echan yang terlihat serius. "Sebelum teteh ketemu sama dia, papi udah ngajak Echan ngomong dan kasih Echan pengertian kalau Echan— bahkan papi— nggak berhak untuk melarang teteh ketemu sama dia, karena gimanapun dia masih punya tempat di hati teteh. Jadi, papi bilang untuk selalu membiarkan teteh melakukan apapun yang teteh mau, yang perlu kita lakuin cuma jagain teteh dari jauh dan mendukung teteh." ucap Echan lagi.

"Echan akan coba apa yang dibilang papi. Tapi kayaknya susah, teh. Karena tiap derai air mata yang teteh keluarin untuk dia bikin kebencian Echan ke dia semakin besar."

Yessabella melangkah maju dan memeluk Echan, Echan membiarkan sang kakak memeluknya. Tangan Echan pun mulai mengusap-usap punggung kakaknya yang sedikit bergetar. "Maaf.." kata Yessa dengan suara parau.

Echan menggeleng kuat. "Enggak, ini bukan salah teteh. Nggak usah minta maaf. Teteh masih sayang dan butuh dia, itu pilihan teteh. Pilihan Echan adalah membenci dan menjauh dari dia."

"Gimanapun.. dia tetep mami kita." ucap Yessa pelan.

Lagi-lagi Echan menggeleng. "Nggak dalam kamus kehidupanku." tolaknya. "Echan muak sama ucapan itu, 'gimanapun itu mami kamu' blablabla. Dia itu toxic, toxic ya toxic. Kita berhak untuk cut off orang yang toxic dari kehidupan kita untuk kepentingan diri kita sendiri, untuk kesehatan mental kita sendiri. Nggak perduli label hubungan apa yang melekati kita, kalau dia toxic, I will gladly cut them out." Kata Echan tegas.

Echan melepaskan pelukan Yessa, beralih dengan memegang kedua bahu Yessa dengan tangannya. "Kalau mau, teteh juga bisa melakukan itu. Jangan takut sama stereotype orang. Teteh harus prioritaskan kebahagiaan dan kesehatan mental teteh, oke?"

Yessa mencerna ucapan Echan. Sosok Echan yang ada di hadapannya kini terlihat jauh lebih dewasa. Echan benar-benar sudah bertumbuh sebagai laki-laki yang baik, ya? bukan cuma badannya saja yang bertumbung tinggi, adiknya itu sudah semakin dewasa sekarang.

Echan bukan lagi anak kecil yang menangis diam-diam, sampai akbirnya Yessa harus menenangkan adiknya.
Sekarang peran mereka berubah.
Bukan Yessa yang melindungi Echan, tapi Echan yang melindungi Yessa.

Yessa tersenyum kecil, dan kemudian mengusap rambut  Echan penuh sayang. "Sejak kapan kamu jadi segede ini, Chan?" ucap teteh Yessa.

Echan senyum kecil. "Sejak teteh banyak yang naksir, jadi Echan kudu pasang badan buat ngelindungin teteh dari cowok-cowok haus belaian." jawabnya.

Yessa tertawa, Echan pun juga tertawa.
Tanpa membicarakan kembali hal berat itu, Yessa dan Echan sama-sama mengerti kalau semua akan baik-baik saja.

Mereka akan baik-baik saja. Karena apapun yang terjadi, mereka memiliki satu sama lain. Mereka juga punya papi Johnny, papi terhebat di dunia.

Papi JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang