"Ha? ngomong apa tadi?" tanya Yessa untuk kesekian kalinya.
Echan menggaruk tengkuk-nya yang tak gatal. "Pas temen-temen tau kalau kita mau ke Bandung, mereka minta ikut."
"Temen-temen yang mana nih yang kamu maksud?" kata Yessa penuh rasa was-was.
"Ya... temen-temen biasanya, Teh. Si Jauzan, Jeno, Rendika. Mereka juga kangen sama Bunda, Caesar dan Jiska. Sayangnya Shaka sama Yaya nggak bisa ikut karena udah ada acara."
Yessa auto lemes dengernya. Gimana gak lemes? para Neo Junior— julukan untuk geng nya Echan— kan emang paling aneh dan banyak ulah. Bisa dipastikan kalau Yessa bakalan pusing ngurusin mereka. Ngurus Echan aja susah, apalagi ditambah mereka? untungnya Yaya nggak ikut sih— soalnya kalau Yaya ikut Yessa pasti bakalan makin pusing. Maklum, di geng itu yang kelakuannya bisa dibilang normal cuma Rendi dan Shaka.
"Gimana sih? teteh ke Bandung kan mau refreshing, Chan. Kalau sama temen-temenmu ya bukannya refreshing malah rasanya kayak lagi study tour ke neraka, tau nggak?" omel Yessa. "Teteh tuh kristen tapi kalau ketemu sama temen-temen kamu bawaannya pengen istighfar mulu sangking keselnya." kesal Yessa. Echan malah cengengesan dengernya.
"Gak apa, Teh. Echan juga kristen tapi hafal Al-Fatihah, diajarin Jauzan Nazriel." Nah kan. Inilah salah satu keanehan Echan dan teman-temannya. Usil banget mereka tuh.
Yessa memijit pelan keningnya yang tiba-tiba terasa pusing, gak bisa membayangkan gimana ributnya nanti di Bandung, apalagi kalau ketambahan Caesar dan Jiska— dua anak bunda Irene. Pasti makin ribut.
"Untung aja nggak sama Marka.. mau jadi apa kalau tujuh manusia itu disatuin di tempat yang sama?" batin Yessa— yang kemudin menepuk kepalanya sendiri karena tiba-tiba kepikiran Marka lagi.
"Kalau emang teteh keberatan, biar nanti Echan bilang kalau kita gak jadi pergi aja, deh." kata Echan yang kemudian memilih untuk mengalah karena sadar kalau mungkin tetehnya emang butuh ketenangan.
Yessa menghela napas dalam. "Nggak usah. Gak enak juga sama mereka kalau kita pergi diem-diem." Kata Yessa pasrah. "Nanti pulang sekolah teteh cariin tiket buat kita berlima. Tapi kamu ya yang telepon bunda, bilang kalau ada perusuh mau ikutan dateng!"
Bukannya menjawab, Echan malah nyengir. Cengiran yang terlihat sangat mencurigakan di mata Yessa. Yessabella pun semakin was-was dibuatnya. "Apa lagi, nih?" tanya Yessa curiga.
"Ada kabar baik, teh. Kita gak perlu buang-buang uang buat beli tiket kereta soalnya ada yang bersedia untuk anter kita ke Bandung," ucap Echan, sebelum dipotong oleh kakaknya, Echan langsung buru-buru menambahkan detail. "Nggak teh, bukan bang Marka, kok. Jadi teteh santai aja, oke? gak akan merusak usaha move on nya teteh kok!"
Yessa melotot, kepalanya bergerak menoleh ke kanan dan ke kiri— memastikan kalau gak ada yang denger omongan Echan. Setelah dirasa aman, Yessa pun langsung menoyor kepala Echan pelan. "Nggak sekalian ngomong di ruang guru aja pakai speaker kelas?" omel Yessa, Echan kembali nyengir sambil menutupi bibirnya. "Maaf teh, keceplosan."
Yessa menghela napas kasar, sebelum akhirnya kembali membicarakan rencana mereka. "Terus sapa yang anter? Please jangan bilang kalau kalian ngajakin Januar juga??"
"Enggak lah, kasian bunda kalau bang Januar diajak, bang Januar kan porsi makannya banyak!" kata Echan.
"Terus sapa kalau bukan Marka atau Januar?" tanya Yessa, kembali curiga. Karena memang dua orang itu juga cukup dekat dengan geng nya Echan. Maklum, mereka semua kan tinggal di lingkungan yang berdekatan dan tumbuh bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Papi Johnny
FanfictionKisah hidup Papi Johnny, si duda keren sarang duit bersama dua anak remajanya, Yessa dan Echan yang hobby morotin juga hobby gangguin papi dalam mencari jodoh. • crack family consist of Johnny Suh, Kim Yerim, and Lee Haechan •