Restu

1.5K 264 33
                                    

"Pi. Week end ini kita ke Bandung, yuk?"

Johnny berhenti makan ketika denger omongan Yessabella.

"Bandung? Suddenly?"

Yessa mengangguk. "Iya, Bandung. Teteh sama adek pengen ketemu bunda." kata Yessa.

Ah. Wanita yang Yessa panggil dengan sebutan bunda adalah Irene, wanita yang sudah berperan besar dalam kehidupan Yessa dan Echan, wanita yang rela menjadi ibu susu dari Yessa dan Echan, wanita yang setidaknya pernah mengisi peran ibu dalam kehidupan Yessa dan Echan— dan menyayangi Suhbrata bersaudara layaknya anak sendiri.

Johnny pun sangat berterimakasih kepada Irene, karena wanita yang usianya 3 tahun diatas Johnny itu sudah banyak membantu keluarga kecilnya. Dulu, keluarga Irene memang tinggal di komplek yang sama dengan keluarga Suhbrata, tapi karena suami Teh Irene pindah tugas ke Bandung, maka keluarga mereka pun pindah ke Bandung semua.


"Minggu ini ya? tapi papi besok Sabtu ada meeting sama klien baru, teh. Kalau ditunda minggu depan gimana?"

"Pi, kita udah gede, loh. Kita bisa berangkat ke Bandung sendiri kok!" ucapan Yessa tentu saja membuat Johnny merengut tak suka.

"Gaya banget, teh. Mau ke Bandung sendiri naik apa?" sahut Echan bingung.

"Ya nyetir mobil sendiri, lah! masa naik odong-odong." kesal Yessa.

Johnny langsung pusing. Membayangkan anaknya nyetir mobil sendirian ke Bandung sukses bikin Johnny sakit kepala. Masalahnya Yessa kalau nyetir mobil masih agak kagok! Johnny pasti nggak bakalan tenang dan bakalan mengkhawatirkan keselamatan Yessa di jalan.

"Gila apa? teteh nyetir dari rumah ke sekolah aja masih suka panik sendiri kalau di pepet mobil lain! Apalagi ini mau ke Bandung!" omel Echan, mewakili kekhawatiran Johnny. "Mending kita boncengan motor aja, gimana?"

Johnny langsung makin panik. "Ngadi-ngadi aja kamu, dek. Kamu kalau nyetir juga suka ngawur!" Sahut Johnny yang beneran nggak sanggup membayangkan kalau dua anaknya ini mau ke Bandung naik motor. Duh, bisa mati jantungan nanti si papi mikirin keselamatan anaknya!

"Loh, adek nyetirnya kan professional, pi!"

"Professional gundul mu." omel papi. "Udah lah, kalau emang kamu mau ke Bandung biar papi cancel aja meeting nya—-"

"Eh eh nggak usah dong, pi! Papi meeting aja, teteh bisa berangkat sendiri kok, serius deh!"

"Ish, mentang-mentang boss ya bisa cancel seenaknya. Cari duit yang bener dong pak Johnny! Biar kita makin kaya!"


Johnny cuma bisa terkekeh denger ucapan kedua anaknya, apalagi perkataan Echan barusan. "Nggak apa, boss kan bebas. Kebahagiaan anak-anak itu prioritas papi."

Yessabella menggelengkan kepala. "Udah, papi meeting aja, terus abis gitu papi manfaatin waktu buat me time, deh. Kencan sama cewek kek, ngapain kek. Kita bisa ke Bandung sendirian kok. Kalau emang gak boleh naik mobil sendiri, kan bisa naik kereta."


"Bener tuh kata si teteh. Gih pergi kencan pi, tapi tantenya jangan nemu dari tinder, ya!"


Papi Johnny terdiam, masih memikirkan solusi terbaik karena sebenarnya dia nggak bisa juga membirkan anak-anaknya pergi sendirian. "Kalian dianter pak Jajang aja gimana?" tanya papi Johnny yang teringat kalau mereka punya supir keluarga.

Papi JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang