Jovanka Paris is on a mission.
Jovanka baru selesai melakukan pemotretan ketika Yessabella nelepon sambil nangis, meminta agar Jojo datang ke sekolah Yessa. Bahkan, Yessa memanggil dirinya dengan sebutan mami, padahal selama beberapa lama mereka saling mengenal, Yessa selalu menyebutnya sebagai aunty Jo.
Jojo nggak tau apa yang terjadi sampai merubah hal itu, tapi yang pasti Jojo tau kalau Yessa sedang membutuhkan dirinya. Apalagi, gadis remaja itu menangis sesugukan, meminta Jojo datang tanpa menjelaskan alasan dan penyebabnya.
Tidak perlu berpikir lama, Jovanka langsung menyanggupi permintaan Yessabella.
"Ajakin semua tim produksi hari ini makan siang ya, nih kartu gue. Gue gak ikutan dulu, ada urusan penting." ucap Jovanka ke asisten nya sambil ngasih black card yang ia punya. Kemudian dia langsung cabut ke sekolah Yessabella.
Dan disinilah dia sekarang, di sekolah tempat Yessabella Suhbrata menuntut ilmu. Jovanka masih menggunakan baju, make up, bahkan hair style yang sama seperti yang dia gunakan saat pemotretan.
Banyak pasang mata milik murid-murid sekolah ini yang mengikuti langkah mantap Jovanka. Tapi perempuan cantik itu tidak perduli, fokus nya sekarang hanya satu, menemui Yessabella.
Derap kakinya melangkah pasti, menuju ruang BK sesuai petunjuk dan arahan satpam sekolah yang sudah membantunya tadi. Begitu ia sampai di koridor ruang BK, matanya menangkap sosok Yessabella yang berdiri menyandar di dinding, nampaknya gadis itu sedang melamun.
"Sayang? Are you okay? are you hurt?" tanya Jovanka langsung ketika ia sudah berdiri di depan Yessa, Tangannya terulur untuk mengecek wajah Yessa, melihat apakah ada bekas luka atau apapun di wajah gadis cantik itu.
"Physically, I'm okay. Mentally? I'm hurt." Jawab Yessa pelan, membuat Jovanka semakin khawatir.
"Why? what's wrong, nak?"
Yessa menatap Jovanka dengan mata yang berkaca-kaca.
Yessabella yang biasanya akan lebih memilih untuk diam dan menahan semua perasaannya sendiri, memilih untuk bertingkah seolah semua baik-baik saja. Memilih untuk bersikap kuat. Namun kali ini, Yessabella lelah, ia ingin mengadu pada seseorang, menyatakan semua perasaannya, semua beban dan kesedihan yang selama ini ia tanggung sendiri karena tidak mau mengkhawatirkan orang-orang yang dia sayang.Jovanka Paris membuat Yessa ingin bertingkah seperti remaja pada umumnya yang merengek dan mengadu pada ibunya.
"Arin called me names. Bad names. She called me bitch. Dia bilang Yessa anak haram. Dia bilang kalau mami Yessa nelantarin Yessa, mami gak sayang dan gak perduli sama Yessa." Ucapnya, air mata kembali berlinang, membasahi pipinya.
Napas Jovanka tercekat, emosi nya membeludak ketika mendengar cerita Yessa. Ingin rasanya saat ini juga dia mendatangi anak bernama Arin itu dan mengomeli Arin sampai telinga anak itu putus.
Tapi saat ini Jovanka cuma diam, membiarkan Yessa menyelesaikan ceritanya dan mengeluarkan semua uneg-uneg nya.
"Yessa nggak mau kalah dari Arin. Yessa mau buktiin kalau yang diomong Arin itu salah. Yessa mau buktiin ke dia kalau mami Yessa masih ada, mami Yessa juga sayang dan peduli sama Yessa. I want to prove her wrong." isaknya. "Tapi ternyata... semua yang dia omong bener." Yessabella menangis sesugukan sekarang, napasnya bahkan tidak beraturan. Melihat Yessa menangis seperti ini membuat hati Jovanka tercubit dan ingin ikut menangis. Jovanka masih belum sepenuhnya mengerti apa maksud Yessa, tapi Jovanka tau kalau Yessa saat ini benar-benar sedang sedih dan sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papi Johnny
FanfictionKisah hidup Papi Johnny, si duda keren sarang duit bersama dua anak remajanya, Yessa dan Echan yang hobby morotin juga hobby gangguin papi dalam mencari jodoh. • crack family consist of Johnny Suh, Kim Yerim, and Lee Haechan •