17. HARUSNYA SAYA TIDAK DATANG

280 45 18
                                    

🌜Happy reading 🌛

"Jangan nangis. Kan kamu sendiri yang menjemput kecewa." TITIKLUKA2

17. HARUSNYA SAYA TIDAK DATANG.

Disa membukan pintu mobil untukku. Aku diantar Disa. Beruntung Disa tidak ninggalin aku dihalte seperti Bintang. Bisa bisa aku jadi gelandangan karena tidak sanggup pulang sendiri.

"Hati hati, Lan. Pelan pelan aja turun nya," Disa menuntunku kekuar dari mobilnya.

"Bisa masuk sendiri nggak? Atau mau aku antar sampai dalam rumah?" tawar Disa. Namun aku menolaknya.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri. Makasih, ya," ujarku. Sudah bisa berdiri tegak.

"Iya sama sama," jawab Disa.

Keadaan diantara kami masih canggung. Aku dan Disa bahkan berbicara hanya seperlunya saja. Biasanya ada banyak hal yang diucapkan setelah bilang terima kasih atau sama sama. Kali ini tidak. Terima kasih dan sama sama saja udah cukup.

Aku masuk ke dalam tanpa mengatakan apa apa lagi. Disa juga begitu. Cewek itu sudah masuk ke dalam mobil nya, bahkan sudah pergi menjauh.

Aku masuk kedalam rumah. Masih sepi, sepertinya mama belum pulang kerja. Tepat saat aku masuk ke dalam kamar, Bintang nelpon.

Awalnya aku tidak mengangkat. Malas berurusan dengan orang seperti itu. Namun dia terus terusan menelpon, mau tidak mau aku mengangkatnya.

"Ngapain sih?! Ganggu banget tau!" dampratku langsung saat telponnya sudah terhubung.

"Lan, Aluna masuk ICU. Lo bisa ke sini?"

Aku menghena napas lelah.
"Terus apa urusannya sama gue? Emang gue emaknya? Nggak, 'kan?"

"Mungkin ini ada sangkut pautnya sama kejadian malam itu, Lan. Jadi harusnya lo ke sini."

Aku tertawa miris. Tidak habis pikir. Bintang itu otaknya kemana kira kira?
"Apa hubungan nya malam itu sama Aluna masuk ICU? Kejadian udah lumayan lama. Nggak mungkin gara gara itu. Mikir lo udah gede!"

"Lan, kalau sampe Aluna kenapa-kenapa. Bisa bisa lo yang kena imbas. Lo belum ada bukti yang bisa bikin lo aman dari tuduhan,'kan?  Jadi tolong lo ke sini dulu. Buat saat ini tolong ikutin arahan gue dulu, Lan. Sampai lo bisa buktiin kalau lo nggak bersalah atas insiden dihari ulang tahun Aluna."

🌜🌜

Aku terpaksa pergi ke rumah sakit untuk nemuin Aluna. Aku seperti orang bodoh yang melakukan sesuatu padahal tahu seharusnya aku tidak perlu repot repot melakukannya.

Setelah membersihkan badan serta berganti pakaian, aku langsung pergi menuju rumah sakit menggunakan taksi online. Sesampainya aku di lorong utama rumah sakit, aku langsung bersandar pada tiang di disampingku. Untung saja ada tiang penyelamat. Kalau tidak aku pasti sudah ambruk sangking lemas nya.

Dengan susah payah aku mencari ruang ICU. Dan akhirnya sampai dengan keadaan yang sudah bisaku pastikan kalau aku sangat menyedihkan saat ini.

Bintang langsung menangkup kedua bahuku. Aku menyentaknya, tidak rela disentuh Bintang. Lalu duduk dijejeran kursi pengunjung.

"Lo masih lemes dari tadi?" tanya Bintang.

Aku rasa dia buta. Dia tidak lihat aku sudah selemas ini? Benar benar pantas dibilang bodoh.

TITIK LUKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang