12. LUPAKAN DIA DAN MEREKA

404 57 22
                                    


🌜happy reading🌛

"Harusnya aku tidak usah bertanya lagi tentang apakah mereka pantas untuk dilupakan atau tidak. Karena  memang kenyataannya mereka sudah sepantasnya dilupakan." -TITIKLUKA2

"Aku berubah agar tidak di perlakukan seenaknya. Bukan berubah untuk menjadi nakal dan melakukan hal yang tidak semestinya." -TITIKLUKA2

12. LUPAKAN DIA DAN MEREKA

Bintang baru saja selesai mengobati lebam di pipiku yang disebabkan oleh bogeman teman sekelasnya tadi. Lebih tepatnya lawan geludnya si Bintang. Sejujurnya aku kesal, dia yang sok jago kenapa aku yang kena imbas!

"Selesai. Nanti jangan lupa dikompres ya pas pulang sekola," Bintang menyarankan.

Aluna memantau dari ranjang sana. Cewek itu menidurkan badannya diranjang uks tepat disampingku. Di awasi oleh Fahri dan Jo tentunya.

"Makasih," ujarku berdiri.

"Udah gitu aja?" Bintang mengangkat satu alisnya. Menginginkan hal lebih.

"Iya gitu aja. Yaudah ya gue ke kelas dulu," ujarku kemudian pergi. "Gws musuhku yang cantik," pesanku pada Aluna.

Sejujurnya aku penasaran kenapa cewek itu sering sakit belakangan ini. Atau kah itu efek pisau yang waktu itu menusuk perutnya? Sepertinya itu tidak mungkin membawa efek sampai sepanjang ini. Kejadiannya sudah cukup lama. Bisa saja memang dia yang lagi kurang enak badan. Lagi pula aku tidak sepeduli itu tentangnya.

"Abis dari mana?" Disa bersuara.

Aku yang hendak melewati kursinya mendadak berhenti. "Lo ngomong sama gue?" tanyaku mastiin.

"Iya emang sama siapa lagi? Sama lantai?" jawabnya jutek. "kamu habis dari mana?" tanya Disa lagi.

"Dari uks aja sih," jawabku agak bingung. Tumbenan banget Disa bertanya kaya gini.

"Kamu berantem? Sok jagoan amat sih," ketusnya main tuduh.

"Gue gak berantem," Aku menggeleng kuat.

"Gak usah bohong. Pipi kamu lebam gitu," Disa melirik sinis.

"Ya memang gak berantem."

"Ternyata kamu beneran berubah ya. Jadi sok jago banget sekarang."

"Apaansih orang gue gak berantem. Siapa yang sok jago coba?" Aku kesal. Disa mancing duluan.

"Kamu berantem,kan? Sok jagoan, sok badgirl, dikira keren? Gak, Lan," Disa nyerang asal.

"Cukup ya, Dis. Lo siapa sih ngatur ngatur gue? Udah deh, gue lagi males ribut. Males gue ngurusin orang yang gak jelas maunya apa," tekanku, sangat lelah jika harus menghadapi Disa yang tidak jelas, sebelas dua belas dengan Bintang.

"Aku mau kamu kaya dulu."

Aku berhenti melangkah. Berbalik menghadap Disa yang sedang menatapku juga.

"Lo mau gue kaya dulu? Yang selalu diem kalo dimarahin, dituduh, disakitin, yang bisanya cuma nangis, nyalahin diri sendiri, dikecewa setiap hari. Iya? Lo pikir gak capek apa, Dis, jadi orang yang selalu nahan dan mendam semua yang lagi gue rasain sendirian? Capek Dis asal lo tau." Aku menatapnya juga. Aku tahu betul si Disa sudah mau mewek. Tapi dia tahan karena tidak mau terlihat cengeng didepanku. Singkatnya, dia gengsi.

"Aku cuma mau kamu jadi anak baik baik aja kok, Lan," kata Disa pelan.

"Ya memangnya sekarang gue lagi gak jadi anak baik baik?"

TITIK LUKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang