22. AKU, ALUNA, JEHAN, DAN FAKTA.

310 53 11
                                    

HAPPY READING!

"Semakin kesini aku semakin sadar betapa lawaknya hidup ini." -TITIKLUKA2

22. AKU, ALUNA, JEHAN, DAN FAKTA.

Semenjak kejadian itu, Bintang tidak lagi menyapaku. Saat kami berpapasan dikantin atau dilorong sekolah pun dia tidak menoleh atau menyapa. Sama sekali tidak.

Ada rasa damai saat Bintang tidak menyapaku lagi. Namun tetap saja, Aku tetap menghela nafas kecewa saat Bintang melewatiku begitu saja tanpa melontarkan 1 kata pun.

"Dih, tumben tuh Bintang nggak ngelirik lo. Ada apa gerangan deh?" ujar Rani heran saat kami berpapasan dengan Bintang namun cowok itu terus menatap dan berjalan ke depan.

"Udah sadar diri kali," jawab Ranu sambil menatap sinis punggung Bintang yang mulai menjauh.

"Ck. Bisa sadar diri juga tuh cowok," cicit Rani.

Aku menghela napas kecil. Kemudian lanjut berjalan setelah berpikir beberapa detik, berpikir apakah Bintang benar benar sudah ingin pergi karena dasar diri?

Tadinya kami bertiga berniat ingin ke perpus. Tapi karena mood bacaku tiba tiba hilang, jadilah aku memutuskan pergi ke kantin.

"Loh, bukannya kita mau ke perpus?" komen Rani, bingung karena aku malah masuk ke kantin.

"Nggak jadi ke perpus. Gue mau makan aja. Laper," Aku beralasan. "Lo berdua tunggu sini, biar gue yang beli makan," perintahku, membuat keduanya saling melempar pandang, bingung.

Aku pergi membeli 3 mangkuk eskrim coklat, 2 batagor, serta 2 gelas teh hangat. Lalu meletakan 2 batagor dan 2 gelas teh hangat dimeja depan Rani dan Ranu.

"Makanan lo mana?" tanya Rani.

"Ini," jawabku menunjukan 3 eskrim coklat.

"Hah, gimana, sih? Gue nggak paham. Katanya laper, kok lo malah beli eskrim?" Rani mengambil semua eskrim yang aku pegang. Merampasnya paksa. "Nggak ada eskrim eskriman ya, Lan. Masih pagi. Jangan cari penyakit," larang Rani.

"Kenapa sih? Gapapa kali, orang gue mau. Gue pengen Ran. Makannya gue beli. Udah sini balikin. Gue udah biasa kok makan ekrim pagi pagi," Aku menodong, meminta kembali ekrimku.

"Galau, sih, boleh, Lan. Tapi nggak nyari penyakit juga kali," sindir Ranu.

Cowok yang sudah lahap menyantap batagornya itu sepertinya memang seorang cenayang.

"Siapa yang galau? Enggak kok!" sanggahku, kemudian duduk sambil mengerucutkan bibir.

Ah sudahlah, lebih baik aku melupakan eskrim-eskrim itu dari pada harus ketahuan kalau aku lagi galau. Ah, padahal aku hanya ingin meningkatkan mood dengan cara makan eskrim coklat.

"Ketebak kali," celetuk Ranu.

"Banget ya?" tanyaku.

"Ketebak banget. Lain kali belajar lagi ya cara menutupin ekspresi kalau lo lagi galau. Bikin gue sakit hati aja liatnya," jawab Ranu.

"Kok, lo yang sakit hati, sih? Kan gue yang galau," balasku heran.

"Siapa yang nggak sakit hati liat orang yang ditaksir galau? Mau nyembuhin juga nggak bisa," ujar Ranu.

TITIK LUKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang