8. PEDULI ITU SALAH?

349 52 17
                                    

HAI! UPDATE NIH! VOTE YAP!
Aku update karena tiba tiba aja otakku lagi jalan. Kemarin kemarin ngebug. Harus bersyukur karena kegalauan yang membuat bab ini update:(

🌛🌛

"Memangnya kenapa jika aku peduli namun tidak dipedulikan balik? Aku hanya ingin peduli, apapun tanggapannya, itu bukan urusanku. Walau aku harus merasakan sakit karena rasa peduliku, aku tak apa." -TITIKLUKA2

8. PEDULI ITU SALAH?

Aku menidurkan kepalaku dimeja. Memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Walau hanya beberapa menit, tidak apa, setidaknya aku sudah beristirahat.

Semalam aku tidak tidur. Bukan hanya semalam, bahkan pola tidurku tidak pernah teratur lagi. Saat malam hari, aku bisa merasakan kantuk dan lelah, namun mata enggan terpejam. Mungkin, aku terlalu banyak berpikir dan terlalu cemas akan banyak hal.

Tadinya aku berniat tidur beberapa menit saja. Tapi ternyata tubuhku berkata lain. Aku baru bangun di jam pulang. Dan sialnya, kelas sudah sepi. Jadi tidak ada seorang pun yang membangunkanku? Haha, bukankah itu sangat menyedihkan?

"Mungkin kalau ini kelas kebakaran, terus aku masih tidur di sini, mereka juga nggak akan ada yang peduli," celetukku, sambil memasukan buku buku ke dalam tas.

"Punya mulut dijaga. Kalau kelas ini kebakaran. Bukan cuma lo yang ikut kebakar, tapi gue juga."

Aku kaget. Jelas kaget karena tiba tiba ada yang menyahuti ucapanku di saat aku tahu kalau di dalam kelas ini cuma ada aku saja.

"Kenapa? Kaget ada gue di sini?" Bintang berdiri di sampingku.

Cowok itu menatap dingin. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Ah, bahkan dia berusaha terlihat dingin dan kaku, padahal itu bukan dirinya sama sekali.

"Aku nggak kaget karena itu. Tapi kaget ternyata kamu masih mau nunggu aku di sini," jawabku, lalu bangun, bersiap ingin pulang.

"Nggak usah ge'er. Gue nunggu lo karena-"

"Udah deh nggak usah ngeles mulu. Udah sore nih! Mau pulang," potongku, malas mendengar alasannya.

"Gue nggak bilang mau anter lo pulang," ujar Bintang.

"Lah, terus ngapain nunggu? Kangen?" tanyaku dengan pedenya.

Bintang berdecak kecil, "nggak usah terlalu percaya diri. Gue nunggu lo karena gue mau ajak lo main ke rumah gue."

"Loh! Itu lebih bangus malah! Ah, bilang aja kamu kangen! Gengsi di gedein! Huuh," Aku menyenghol bahunya, gemes banget, sekangen itu kah dia sampai ajak main?

"Nggak usah geer, Lan."

"Suka suka aku dong? Yaudah ayo berangkat!"

"Ya nggak usah geer!"

"Iya udah ayo berangkat!  Ngomong mulu!"

Bintang masih nggak ikhlas kalau dia tercyiduk kangen. Kayanya, hari ini hubungan kami akan sedikit membaik.

Bintang benar benar membawaku kerumahnya. Kebetulan si Gadis ada di rumah, oh tidak, bukan kebetulan, namun memang selalu ada dirumah. Iyalah! Kan dia tuan rumah juga!

TITIK LUKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang