⚠maaf banget kalo ada kata kata kasar dan ada sedikit adegan haram kaya di drakor. Itu cuma buat kepentingan cerita. Jangan di tiru ya guys⚠
HAPPY READING
"Terima kasih untuk kalian. Rani dan Ranu." -TITIKLUKA2
21. RANI DAN RANU SIAP MAJU PALING DEPAN!
Hari ini adalah hari persahabat sedunia. Menurut internet sih gitu. Makannya hari ini aku sengaja membawa hadiah untuk Rani dan Ranu.
Aku membelikan Rani dan Ranu pulpen yang samaan. Aku juga membelinya untuk diriku sendiri. Biar kami bertiga bisa memiliki pulpen yang sama. Pulpen yang dibagian atasnya memiliki bentuk love.
Tidak apa apa deh Ranu memiliki pulpen yang ada bentuk lovenya. Walaupun dia cowok, tapi setidaknya love itu menggambarkan hati, cinta, dan ketulusan. Alay dikit nggak apa apa, yang penting kita punya barang yang samaan.
"Selamat hari persahabatan sedunia," Aku menyodorkan dua pulpen ke Rani dan Ranu.
Rani yang tadinya fokus nulis PR, langsung gerak cepat mengambil pulpen yang aku taruh diatas meja.
"Ihh lucuu. So sweet banget, sih, Lan," Rani menatap pulpennya gemas.
Bisa aku pastiin kalau dia suka dengan pemberianku.
"Lo serius kasih gue pulpen ada love nya? Lo nggak lupa, 'kan kalau gue cowok?" Ranu menatapku tidak yakin.
"Serius kok, Nu. Nggak apa apa lah, Nu. Walaupun lo dapet bentuk love juga, yang penting kita bisa kembaran bertiga," jawabku sembari ngeluarin pulpen milikku dari saku seragam.
"Ihhh gemoy banget, Lan. Kembar tiga gitu. Gemes!" ujar Rani.
"Gemes mata lo! Buat gue ini penghinaan! Ya kali gue cowok pakai pulpen cewek gini!" Ranu tidak mau mengambil pulpennya.
Aku menunduk sedih.
"Yaudah kalo nggak mau gapapa. Nanti aku kasih ke yang lain aja," Aku mengambil pulpennya lagi, "tapi ke siapa ya? Aku kan belum punya temen lagi selain kalian berdua," Aku mengerucutkan bibirku.
Sengaja biar Ranu kasian dan pasrah nerima pulpennya.
"Yaudah sini. Gapapa deh."
Nah akhirnya Ranu pasrah juga. Tidak sia sia aku ekting pura pura sedih.
"Beneran mau?"
"Iya Bulan. Demi lo, apasih yang nggak," jawabnya ngambil pulpen dari tanganku.
"Yes! Makasih ya, Nu," ujarku senyum senang.
"Jangan sering sering deh lo senyum kaya gitu," kata Ranu malah tidak mau melihat senyumku.
Seremkah?
Atau senyumku mirip mba kunti?
"Dih, kok gue malah nggak boleh sering sering senyum? Wah para lo. Lo mau gue sedih mulu?" Aku menggeleng tidak percaya Ranu setega itu.
"Nggak gitu, Lan," sanggahnya.
"Terus?"
"Jantung gue nggak aman kalo liat senyum lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK LUKA 2
Fiksi Remaja(Sekuel TITIK LUKA) Luka lama sudah sembuh. Tapi percayalah, luka baru sedang menanti. Bisa jadi luka itu lebih besar dari sebelumnya. ~Aku tidak pernah lupa. Bahwa yang hilang, bisa kembali~ 🌜happy reading untuk semua pembaca sekuel TITIK LUKA🌛 ...