Save you

680 93 18
                                    


2021

Pagi telah tiba. matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Burung-burung berkicauan saling bersahutan. Angin sejuk masuk melalui ventilasi-ventilasi rumah, membuat penghuni rumah makin erat melekat dengan kasurnya.

Tetapi tidak dengan Y/N. perempuan bersurai h/c sedang sibuk dengan laptop dan ponselnya. Ekspresinya tak tenang, giginya pun sibuk menggigit kuku-kuku cantiknya.

"Arghh.. apa yang kau pikirkan Y/N?! Kau pikir ini semua adalah fantasi belaka?! Lagi pula multivers itu belum tentu benar!" Ujar Y/N sembari menarik rambutnya gemas.

Entah sudah berapa lama Y/N mencari informasi keberadaan Titan. Hingga tidak terasa matahari telah terlihat dia atas langit, begitu pula dengan hiruk-pikuk aktivitas para manusia di minggu pagi ini.

"Hahhh.. syukurlah tidak ada. Benar apa yang ku bilang, dunia kita berbeda Zeke!" Ujar Y/N dengan semangat.

"Tetapi.. apa itu cukup? Aku hanya mencarinya melalui internet. Ba-bagaimana kalau.." ujarnya terputus. keringat dingin mulai bercucur di pelipisnya, rasa gelisah dan panik juga kembali mewarnai wajahnya.

Tanpa pikir panjang, Y/N segera berlari keluar kamarnya. Tanpa menghiraukan penampilannya yang berantakan.
.
.
.

Tok tok tok

"AYAH.."

Erwin yang berada di kamar sedang mengenakan baju santainya. Rambut pirangnya sehabis mandi pun sudah mulai mengering. Mengetahui siapa yang memanggilnya, Erwin segera membuka pintu kamarnya.

"AY- ayah.."

"Ada apa sayang?" Dengan lembut Erwin membalas panggilan anak sulung di depannya.

"Hmm.. ayah ak-aku.."

Y/N POV

Bagaimana aku harus mengatakannya?! Tidak mungkin aku memberitahu yang sebenarnya kepada ayah, dia pasti sangat khawatir jika tau apa yang sudah ku alami.

"Kenapa nak?"

Aku menengadahkan kepalaku menatap ayah sambil tersenyum, menunjukkan bahwa tak ada yang perlu ia khawatirkan.

"Hmm.. bagini ayah err.. aku bermimpi—" belum selesai kalimat ku tercurah, tiba- tiba rasa hangat memenuhi wajahku. Ayah menagkup wajahku erat dan menatapku lekat-lekat.

"Apa kau bermimpi buruk sayang?!"

Ahh ayah, kau memang yang terbaik. Walaupun wajahnya kaku dan terlihat tegas, ia tetap menatap wajah anaknya dengan penuh khawatir dan tulus ketika kedua anaknya mulai bertingkah 'aneh'.

Aku memanggilnya sambil terburu-buru dengan penampilan bangun tidur. tentu saja itu tidak biasa bukan?

"Hihi, tidak ayah. Aku bermimpi bertemu raksaksa yang besarrr sekali, Hmm kira-kira 15 meter"

Aku mengingat ketika hanji bereksperimen dengan Titan Eren dan aku mendengarnya kalau tinggi attack Titan adalah 15 meter.

"Kau ingin bercerita. Baiklah, lebih baik kau duduk di sofa, biar ayah buatkan teh untuk menemani ceritamu" Ujar Ayahku sambil mencubit kedua pipiku dan berlalu pergi.

"Ishh sakitt tau"
.
.
.
.

" Jadi, sebenarnya raksaksa itu ada di dunia ini enggak sih, Yah?"

Di internet mungkin tidak ada informasi mengenai keberadaan Titan, tetapi bagaimana kalau sebenarnya 'keberadaan' tersebut sedang dalam penelitian? Bagaimana kalau arkeolog butuh waktu sebelum informasi tersebut diangkat ke internet? Bagaimana kalau informasi tersebut sengaja disembunyikan?! Arghhh pusing.

Kimi No Namae (ErenxReader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang