__________
Harumnya aroma masakan menguar di setiap penjuru ruangan sampai Caca yang tengah memainkan gitar di balkon kamar lekas turun melesat lantas ke dapur. Dia penasaran apa yang mamanya masak. Dari aromanya, sih, masakan kesukaan Caca dan Bima. Mereka ribut kalau menyoal makanan, tapi entah ke mana kakaknya itu sekarang. Dia tak mau tahu-menahu. Toh, agaknya sang kakak tampak dongkol. Lupakan dulu soal kakaknya itu, kini yang ada dalam benaknya hanya rendang kesukaannya. Meski bukan orang Minang asli, mamanya jago masak masakan khas Minang ini.
"Eh, Caca, kalo dah mateng baru turun. Disuruh bantu masaknya emmh … banyak alesan," seloroh mamanya agak menyindir. Sedangkan Caca menampilkan deret rapi giginya dan terkekeh. "Cobain dulu nih, kurang apa?"
"Kayaknya nggak bakal kurang apa-apa, deh, Mam. Kan, masaknya pakai cinta."
Mamanya menyenggol siku Caca dan mendengkus geli. "Kamu ini bisa aja!" Kemudian diiringi kekehan gemas sepasang ibu dan anak ini.
Tante Rani mengambil mangkuk berukuran cukup besar dan menciduk beberapa potong daging sapi rendang. Walau mangkuknya sudah terisi menggunduk, tapi di dalam presto masih sisa banyak. Sempat Caca berpikir mamanya ini mau hajat atau apa?
"Caca, tolong kirim ini buat tetangga depan, ya," pinta sang mama sembari menyodorkan mangkuk isi rendang tadi.
"Rumah Om Jaya?"
"Iya, siapa lagi?"
"Ya, kali aja rumah samping Om Jaya, itu tuh, rumah Pak Eko."
"Tetangga yang lain gampang, paling penting dulu, ya, rumah Kak Abin, gih."
"Iya, siap, laksanakan, Bu Komandan."
Mereka sudah bertetangga sejak lama dan selama itu pula mereka suka sekali saling kirim makanan atau apapun itu. Sudah seperti besanan saja, ya? Canda besanan. Kayaknya nggak mungkin. Orang kakaknya Kak Abin sudah menikah, mana mungkin sama Kak Bima. Ya, kecuali, Abin dengan Caca. Namun, kembali lagi pada probabilitas tadi; agaknya nggak mungkin terjadi walau Caca pernah ingin.
Pintu rumah depannya terbuka, Caca menyelonong masuk saja diiringi dengan tak lupa mengucap salam dan memanggil Tante Dini. Suara wanita agak lebih tua beberapa tahun dengan mamanya itu terdengar dari arah belakang, tampaknya dari dapur, juga. Benar saja, Tante Dini sedang di dapur sama seperti mamanya. Bedanya Tante Dini tampak mengadoni kue bolu—mungkin—karena yang ia tahu Tante Dini memang gemar sekali membuat macam-macam kue. Mamanya saja belajar buat kue brownies dari Tante Dini. Untuk rasanya … ya, mirip-mirip, terbantu dengan masaknya pakai cinta kalau kata Caca tadi.
"Eh, Caca Cantik ada di sini. Ada apa, Cantik?"
Sebenarnya, Caca sudah biasa mendengar Tante Dini memanggilnya begitu semenjak kecil. Namun, masih saja rasanya selalu salah tingkah dan pipinya merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Plan [OPEN PO]
Romance[COMPLETED] "Anggap aja kita lagi nerapin materi biologi di SMA dulu; simbiosis mutualisme. Lo bantu rencana gue, gue bantu rencana lo. Deal?" "Deal." Lazimnya manusia hanya berencana, sedangkan Tuhan berkehendak. Rencana Caca dan Juna memang menyim...