7. Pertemuan Dadakan

707 109 374
                                    

 

Apa yang kita rencanakan terkadang justru meleset karena Tuhan yang sudah mengatur rencana takdir manusia dengan sebaiknya dan kita hanya cukup menjalankan tanpa harus protes.”

~ Salwa Haniyah ~

            Kedua orang paruh baya itu melebarkan bola mata, alis mereka saling menyatu,  setelah apa yang mereka dengar dari mulut Bintang. Sementara pria itu menautkan alis matanya. Mengapa orang tuanya harus berekspresi seperti itu?

        “Ma, Pa, kenapa begitu ekspresinya?” tanyanya dengan datar.

             “Ca-calon istri? Yakin dia calon istrimu? Bukannya kamu nggak lagi dekat dengan siapa pun?” tanya mamanya Bintang, membuat pria itu melengkungkan bibirnya dengan sempurna, kemudian salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas.

          “Ada apa, Ma? Dia benar calon istriku, kok,” sahut Bintang terlihat tenang sekali.

          “Bukannya kemarin kamu bilang masih mencari?” tanya ayahnya yang melayangkan tatapan mendelik kepada Bintang.

            Bintang mengembuskan napasnya dengan kasar. “Tadi pagi aku sudah bilang sama Papa, aku akan membawa seseorang kemari malam ini. Papa tidak mendengarkan kataku?” tanya Bintang balik.

            “Ya sudah. Ayo kita makan malam. Ajak wanita ini juga.” Mama Bintang melengkungkan bibirnya dengan sempurna, menatap wanita berjilbab ungu yang berdiri di sisi Bintang.

            “Kita akan berbincang banyak malam ini,” lanjut mamanya. Mereka berempat beranjak menuju ruang makan.

              Meja panjang terbuat dari keramik putih sangat mengkilat sudah tersedia berbagai macam hidangan. Ada nasi putih, fried chicken, capcay, udang saus tiram, dan sebuah teko yang berisi cairan berwarna jingga, beserta alat makan seperti piring ceper berwarna putih, gelas langsing berwarna putih bening, beberapa buah sendok, dan garpu tertata rapi di atas meja tersebut.

         Bintang menarik sebuah kursi kayu yang terbuat dari kayu jati yang berbentuk ukiran yang sangat cantik, kemudian, ia mempersilakan Salwa duduk di kursi yang telah ia siapkan. Salwa melengkungkan bibirnya dengan sempurna.

         Manis sekali perlakuannya.

         Salwa mengangguk, ia menduduki kursi yang Bintang siapkan, kemudian pria itu duduk di kursi yang berdampingan dengan Salwa.

          “Nak Salwa, silakan dinikmati hidangan makan malam di rumah kami,” ujar Arunika, mama Bintang dengan lembut. Salwa mengangguk.

              Para keluarga mulai mengambil hidanga,  kemudian mereka membaca doa, lalu mulai menyantap makan malam bersama.

          “Kamu kenal Salwa di mana, Sayang?” tanya Arunika dengan menunjukkan kerutan keningnya.

             Bintang mengembuskan napasnya. “Restoran. Bintang ketemu sama Salwa di restoran Haniyah. Saat itu Bintang dengar kalau restoran itu ramai dan terkenal makanannya enak dan harganya terjangkau. Bintang ingin mencoba makan di sana. Ternyata, Bintang di sana bertemu dengan Salwa. Dia adalah pemilik restoran Haniyah,” sahut Bintang, membuat Salwa menatap Bintang dari sisi samping.

          Bohongnya lancar banget, ya, Mas.

          “Kesan awal kalian bertemu, bagaimana?” tanya papanya, membuat Bintang mematung. Kemudian, pria itu berdeham. Ia tidak boleh sampai membuat orang tuanya curiga.

Mendadak Marriage [Sudah Terbit 🥰]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang