"Tidak semua impian, tujuan setiap orang itu sama walau satu profesi."
~ Salwa Haniyah ~
Langit berwarna hitam yang kelam terlihat terang saat dipandang karena ada beberapa bintang kecil yang bertengger di atas sana sangat mempercantik pemandangan. Jam sebelas malam, sosok wanita berjilbab berwarna merah muda dengan memakai gamis berwarna senada baru saja menutup sebuah tempat di mana orang-orang menikmati berbagai macam makanan.
Langkah kakinya bergerak menuju depan restoran miliknya. Ia tengah menunggu seseorang untuk menjemputnya. Memang ia tak mandiri karena setiap hari ada sosok pria yang menjadi cinta pertamanya selalu mengantar jemput dirinya bekerja.
Manik mata cokelat terangnya berbinar, melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam gelap berhenti di depan pekarangan restoran miliknya. Salah satu kaca mobil depan tersebut terbuka dengan lebar. Terlihat sosok pria paruh baya melambaikan tangannya dengan melempar senyuman yang manis bak gula pasir. Ia tersenyum, menatap pria itu, kemudian ia membuka pintu mobil yang membuat wanita itu memasuki mobil tersebut.
Ia meraih tangan pria paruh baya itu, kemudian menciumnya dengan lembut. "Assalamualaikum, Abi."
Pria itu mengusap kepala wanita itu yang tertutup dengan jilbab sangat lembut. Ia lengkungan sempurna di depan putrinya yang amat ia sayangi. "Waalaikumussalam, Salw, putri cantiknya Abi."
Salwa memakai safety belt. "Bi, nggak capek tiap hari antar jemput Salwa? Salwa udah besar, udah dua puluh tiga tahun, Bi. Salwa udah bisa kok, bawa mobil. Kenapa Abi belum izinin Salwa bawa mobil sendirian?" tanyanya berharap abinya mengizinkan dirinya menaiki mobil sendirian.
Pria itu menggeleng. "Abi tidak bisa izinkan kamu pergi sendirian. Kamu anak perempuan Abi satu-satunya, Salwa. Kamu kesayangannya Abi. Abi harus menjagamu dengan baik. Abi nggak capek kok, antar jemput kamu. Abi malah senang," ujar pria itu dengan lembut, menolak permintaan putrinya.
Salwa mengembuskan napasnya. "Tapi, nanti Abi sakit kalau capek. 'Kan Salwa pulang malam-malam terus," ujarnya berusaha bernegosiasi dengan abinya.
Salwa Haniyah. Memiliki kulit putih, manik mata cokelat terang yang indah, memiliki bulu mata panjang, alis mata yang tipis, hidungnya pas tidak mancung dan tidak terlalu pesek tetapi terpatri indah di wajah manisnya. Memiliki pipi seperti bakpao terkesan sangat menggemaskan dan bibirnya yang mungil berwarna kemerahan.
"Sudahlah. Kita jalan ya, Sayang? Kita sudah bicarakan hal ini ke sekian kalinya dan jawaban Abi tetap sama. Tidak boleh. Kecuali, kamu sudah punya suami. Dia yang akan mengantarkanmu berangkat dan pulang kerja." Pria itu memegang stir mobil, kemudian melajukan mobil tersebut meninggalkan restoran.
Dua puluh menit kemudian, mobil sedan hitam telah terparkir di pekarangan depan sebuah rumah bercat warna putih yang memiliki tiga lantai. Tak lama kemudian, keluar sosok pria paruh baya memakai kaus hitam dengan seorang wanita berjilbab merah muda, lalu mereka membuka pintu besar berwarna putih.
Sesampai di dalam, Salwa melenggang menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Kaki panjangnya melangkah menaiki setiap anak tangga. Sampai di sebuah pintu bercat warna merah muda, ia membuka kenop pintu tersebut, kemudian memasuki ruangan.
Kamar bernuansa merah muda. Segala perabotan yang terisi kamar yang luas serba berwarna merah muda. Dimulai dari tempat tidur memakai seprai berwarna merah muda, bantal guling berwarna merah muda, meja rias, lemari pakaian, meja belajar, hingga kamar mandi di dalam berwarna merah muda. Ruangan kamar dihiasi oleh beberapa boneka bertengger di ranjang tidur dan dinding kamar dihiasi berbagai macam foto polaroid yaitu foto masa kecil, masa remaja, dan saat ini. Baik bersama orang tua, teman, sahabat, dan keluarga besar. Ada juga lampu-lampu kecil mengelilingi dinding kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Marriage [Sudah Terbit 🥰]
Romance# Peringkat 7 Best Branding dalam event Author Got Talent yang diselenggarakan oleh Prospec Media ⚠️ Tidak lengkap (Romance - Humor) Salwa Haniyah begitu kesal ketika kedamaian hidupnya diganggu oleh seorang direktur dari sebuah penerbit mayor yang...