10. Akad Nikah

724 115 243
                                    


“Kita sebagai manusia adalah peran dalam skenario yang sedang Tuhan rencanakan. Tugas kita hanya bisa mengikuti peran tersebut.”

~ Salwa Haniyah ~

 

              Semenjak ia memutuskan mengumumkan karyanya akan terbit untuk pertama kalinya, banyak pembaca yang berkomentar bahwa mereka akan menabung agar bisa membeli novel yang akan ia terbitkan di bulan depan.

              Selain menikah, Salwa mengajukan satu hal kepada Bintang untuk sebagian eksemplar dibagikan saja kepada anak-anak panti asuhan yang berusia SMP dan SMA dari hasil royalti yang akan ia dapatkan dari penjualan karyanya tersebut.

         Hari demi hari, waktu demi waktu terus berjalan. Sejak hari keputusan, Salwa mulai merevisi ceritanya bersama Bintang serta mengurusi persiapan pernikahanya bersama Bintang juga dengan keluarganya.

          Sebulan telah berlalu, hari itu kini telah tiba. Ini adalah hari pernikahannya dengan Bintang. Naskah pun telah selesai direvisi, dan sudah ia serahkan kepada Bintang untuk ditindak lebih lanjut mulai dari layout, percetakan, pengemasan, serta acara launching.

            Di sebuah kamar bernuansa merah muda, sosok wanita mengenakan kebaya putih dan  jilbab putih senada, sedang duduk di tempat rias. Tiga orang wanita mengerubungi wanita itu. Mereka merias wajah Salwa dengan perlengkapan makeup yang mereka bawa.

            “Jangan dongak ya, Mbak,” imbuh salah satu perias. Salwa hanya terdiam, menatap pantulan wajah, lewat cermin yang terpampang di hadapannya.

              “Jangan kebanyakan makeup. Saya mau yang natural,” pinta Salwa, diangguki oleh ketiga perias itu.

        Kenapa waktu cepat sekali berjalan? Jadi, hari ini, aku akan menikah sama mas Bintang?

             Sementara, di sisi lain, sosok pria bertubuh tinggi memakai tuxedo berwarna putih,  sedang berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar tidurnya. Ia menatap dirinya.

              Ternyata waktu ini akan tiba juga. Nabila, saat hari ini kamu justru meninggalkanku di hari pernikahan kita. Aku harap, hari ini akan berjalan dengan lancar. Aku yakin Salwa tidak akan melakukan hal yang sama sepertimu dahulu. Aku harap tidak ....

                  Tok ... tok ... tok ....

          “Bintang! Sudah belum? Kita harus berangkat, Nak!” teriak Arunika di balik pintu luar kamar Bintang.

            “Iya, Ma! Bintang akan segera keluar!” sahut Bintang dengan berteriak. Ia bergegas melenggang keluar dari kamar.

***

             Ruangan luas yang didekorasi warna merah muda, dipadukan dengan warna biru gelap. Beberapa insan manusia sudah berdatangan, menghadiri sebuah acara sakral para orang sukses. Ada yang memakai jas, batik, bagi para tamu pria. Sedangkan para tamu wanita, kebanyakan dari mereka menggunakan gamis bagi yang berjilbab, dress bagi para tamu yang tidak berjilbab, ada juga yang memakai baju batik, dan ada yang menggunakan kebaya.

Mendadak Marriage [Sudah Terbit 🥰]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang