1

895 74 36
                                    

Seoul Korea-Bandara Incheon

"Jangan pergi paman biarkan ichi disini, aku gak mau kehilangannya lagi! "

Teriakan remaja itu membuat siapapun yang berada disini melihatnya iba, keluarga dari kedua pihak tidak bisa membantu apa-apa takdir sudah berkata lain, Daichi Asuka sahabat Na Jaemin telah pergi meninggalkan-nya dan tidak bisa kembali lagi seperti dulu antara Jepang dan Korea kini mereka sudah lain dunia. Namun jika takdir mempertemukan mereka lagi nanti bila Tuhan mereka mengijinkan.

" Maafkan paman na, Lain kali kamu bisa melihatnya nanti, di tempat peristirahatan-nya. " Pamit paman Osaka pada jaemin dia ayah Daichi membawa jasad sahabat-nya pergi yang jauh darinya. Jaemin memeluk ibu-nya erat juga tangis yang tidak bisa dia bendung. Sampai kedua mata kelinci itu terbenam, karena lelah setelah seharian menunggu kabar Daichi sadar dari koma-nya.

"Daichi Asuka! Aku tidak tau kenapa takdir tidak pernah berpihak kepadaku. Aku tidak tau apa salahku. Semua orang meninggalkan ku sendirian, sekarang kamu?"

"TUNGGU AKU AKAN MENYUSULMU!!! KAU BUTUH TEMAN KAN?! "

"NA JAEMIN SADAR!! "

Pukulan yang sangat keras menimpa bahunya di lapisi kaos oblong yang sudah basah akibat keringat dingin yang membanjiri tubuh-nya, ternyata itu mimpi namun semua jelas seperti nyata. Itu gambaran dua tahun lalu dimana dia dan sahabatnya saling meninggalkan, bedanya dia meninggalkan dunia juga na jaemin anak laki-laki dengan sejuta keceriaannya. Tapi sepertinya keceriaan itu sudah di rengut paksa dengan keadaan.

Mata yang sama percis kelinci itu melihat semua ruangan yang diisi olehnya lalu beralih melihat seseorang yang tengah bertulak pinggang sambil melihat sebal ke arahnya. Rasanya tatapan itu mengibarkan bendera perang telah berkibar di kedua matanya itu.

"Lo ga pegal berdiri terus? "Tanya-nya dengan suara deep yang mampu siapapun mendengar akan luluh tidak untuk orang itu dia malah semakin geram

"Selain hoby bikin masalah lo juga hoby bikin jantung gue rontok ya na?! "Omelnya

"Bukannya lo mukul gue duluan kenapa lo yang ngerasa sakit. "Ucapnya enteng remaja yang lebih tua darinya berdecak kesal, apa dia tidak tau mendengar teriakan orang tidur sampai terdengar ke lantai bawah gila jika dia seorang kaka tidak panik mendengar adiknya teriak seperti itu!

"Bocah sialan! Mimpi itu lagi,na.iya? "

"Mau gue siram air qolbu?! " Ucapnya sambil melemparkan handuk abu miliknya dengan kasar. Lalu dia pergi dari balik pintu hitam kamarnya dengan cara di banting.membuat bingkai poto di belakang pintu itu jatuh dengan lapisan kaca yang hancur, jaemin tersenyum tipis melihat kaca yang berserakan itu. Juga poto di dalamnya yang ikut tergores.

"Lo ga tau apa rasanya." Ucapnya pelan lalu beranjak dari kasur sambil menenteng handuk yang tadi kakaknya lemparkan. Lalu dia memungut satu persatu kaca tanpa sadar dia goreskan di tangan-nya yang kini bukan lagi di banjiri keringat namun di banjiri darah segar,yang keluar dari kulit putihnya. Ia meringgis pelan. Rasa perih yang sangat candu ini yang dia rindukan. Juga Daichi gadis itu apa kabar?

Hampir lupa bahwa hari ini dia harus sekolah apalagi jam sudah menunjukan pukul 07:30 sebentar lagi akan mulai pembelajaran lingkungan baru juga tes jurusan apa bisa dia masuk kelas tanpa di hukum juga ceramahan guru killer-nya?Lagi-lagi helasan nafas itu di hembuskan dengan kasar

Hidupnya terlalu berat, belum lagi hal-hal yang selalu menimpanya belakangan ini. Semakin berat. Dia mencoba bunuh diri pun anehnya tidak mau mati. Selalu sadar kadang ketahuan oleh kakaknya yaitu jaehyun si pemilik wajah yang membuat kaum wanita betah menjomblo demi ternotic olehnya.

najaemineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang