04. Pantai (3)

285 35 0
                                    

"Eh, kemana ya?" Naviel bingung, rumah makan di depannya itu sudah tutup. Ini karena Naviel yang terlalu lama di toilet tadi, atau ia salah tempat? 

Di toilet tadi memang antrean cukup panjang, tak mungkin juga jika ia menyerobot antrean, yang ada malah akan terkena amukan dari orang lain.

"Salah tempat deh kayanya," tiba-tiba angin menghembus cukup kencang. Rasa takut juga ikut menghampiri Naviel.

Ini sudah cukup malam untuk gadis yang tengah berjalan sendiri di tempat yang cukup gelap. Ada sekitar 3 lampu yang dipasang di sana. Namun, gelapnya malam mengalahkan pancaran lampu.

Naviel memutar pandangannya, di sana hampir tidak ada orang sama sekali. Eum, tunggu dulu, seperti ada suara kebisingan yang bersumber dari pojok sana.

Tanpa menunggu waktu lama, Naviel langsung bergegas menuju sumber suara tersebut. Benar dugaan Naviel, itu adalah suara teman-temannya yang sedang bernyanyi.

Suasana di sana cukup sepi, membuat suara mereka jadi terdengar cukup keras. Tumben sekali pantai ini sangat sepi, padahal besok weekend.

"Hah?!" terlihat, Zafrael sudah berada di sana. Bagaimana bisa? Rasanya tadi Naviel hanya butuh waktu sebentar untuk sampai di sana. Tapi kenapa malah Zafrael duluan?

Apa mungkin, tadi Naviel hanya berputar disatu tempat? Jika memang itu benar, lupakan saja. Toh sampai sekarang Naviel masih bisa melihat teman-temannya.

Mengetahui Naviel yang sudah sampai, Zafrael mengangkat satu alisnya dan senyum smrik, raut wajahnya bagai menunjukkan kemenangan. "Nah, kalah kan, siapa suruh nantangin gue, Viel Viel," ucap Zafrael dengan nada meledek. "Karena tadi lu udah janjiin, sini cium sekarang."

"Malu lah El, ada banyak orang."

"Tutup mata kalian semua!" perintah Zafrael, hal itu tentu saja membuat kaget teman-temannya.

"Enak amat ni yang punya pacar," tutur Darrel. Sepertinya ia sudah lelah dengan keadaan di mana belum kunjung diberikan pasangan.

"Diem lo! Tutup mata cepet! Nanti gue pinjemin kartu."

Ucapan dari Zafrael membuat Darrel bersemangat. "Siap laksanakan! Suruh merem yang lamapun, gue semangat El, yang penting nanti kartu lu ada di tangan gue."

Teman-temannya mengikuti apa yang diperintahkan oleh Zafrael, dari pada berdebat  tak ada gunanya juga kan.

Rasa ragu masih bersinggah dibenak Naviel, berbeda dengan Naviel, tak ada kata ragu bagi Zafrael. Ia menarik tubuh Naviel hingga tak ada jarak lagi diantara keduanya.

Ia menatap manik mata gadis itu. "Cantik," hanya satu kata yang keluar dari mulut Zafrael, namun bisa mengakibatkan Naviel salah tingkah.

Bibir merah nanti mungil milik Naviel menjadi penggoda nafsu Zafrael. Namun, ia berusaha untuk menahan itu.

Cup.

Satu kecupan landas di pipi Naviel sebelah kanan. Tak sadar jika sedari tadi Darrel menguping, bagaimana bisa sadar jika keduanya sama-sama terhanyut dalam ciuman itu.

"Anjir, nyaring banget," ucap Darrel sambil membuka matanya. Darrel dan Jogaz sebenarnya mengintip daritadi, hanya Haikal dan Arriza yang benar-benar memejamkan matanya.

Naviel memutuskan untuk duduk di sebelah Zafrael, ia masih merasa malu karena kejadian tadi.

Kebetulan sekali makanan yang mereka pesan sudah datang, makanan yang disajikan terlihat sangan lezat dan menggugah selera. "Stop! Jangan sentuh dulu! Gue foto bentar yaa," tutur Arriza. Ya, namanya juga anak zaman segarang. Hampir semua yang mereka temui akan diabadikan terlebih dahulu menggunakan kamera.

ZAFRAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang