08. TOD

179 23 1
                                    

Hari ini, Zafrael sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dengan catatan, tidak terlalu banyak ber-aktivitas. Ia pulang ditemani oleh teman-temannya dan sang kekasihnya juga. Sebenarnya, Zafrael menolak untuk diantarkan pulang oleh teman-temannya. Karena ia tahu, pasti akan pulang menggunakan mobil Haikal, dan bertemu dengan stella jeruk itu lagi. Tapi karena Naviel memaksa dirinya. Mau tak mau, ia harus mau.

"Dapur di mana, El?" tanya Darrel kepada Zafrael. Ia mengambil beberapa kantong plastik yang berisi bahan makanan yang mereka beli sewaktu pulang dari rumah sakit tadi.

Naviel juga ada di sana, jadi teman-teman Zafrael berinisiatif untuk menemani Naviel, mereka juga tak akan bisa meninggalkan sepasang kekasih itu sendirian. Bisa-bisa nanti Naviel di apa-apakan oleh Zafrael.

"Halah, lu sok-sokan amnesia, Rel. Biasanya juga nyelonong tanpa nanya," celoteh Zafrael. Teman-temannya sudah sering berkunjung kerumah Zafrael. Bahkan, saat Zafrael tidak ada di rumah sekalipun mereka bisa masuk. Karena, Zafrael sudah mempercayai teman-temannya dan sudah menganggap mereka sebagai saudara sendiri.

"Yaaa, namanya juga mau basa-basi, El," celoteh nya sambil berjalan ke dapur. "Kal, temenin gue yuk, daripada diem kaya patung begitu," ajak Darrel kepada Haikal yang sedang melamun, entah memikirkan apa dirinya saat ini. Haikal hanya membalas dengan anggukan, ia mengekor di belakang tubuh Darrel.

Naviel duduk di sebelah Zafrael. Zafrael terlihat sedang asyik bermain play Station bersama Jogaz.

Zafrael yang menyadari kedatangan kekasihnya. Ia melirik sekilas wajah cantik dan putih Naviel, wajah Naviel seperti bersinar, mungkin karena Naviel orang yang terkenal akan kebaikannya, jadi wajahnya bisa bersinar bak lampu hotel bintang lima. Hanya menatap sekilas, namun dapat membuat jantung Zafrael berdegup kencang. Itulah Naviel.

"Eh, aku ganggu ya?" tanya Naviel polos.

Zafrael menggelengkan kepalanya, ia memunculkan senyum menawan handalannya. Menyadarkan kepala di bahu Naviel adalah favorit nya.

"Ya ampun, jadi nyamuk deh gue," cicit Jogaz. Ia mengernyitkan keningnya, kenapa ia tadi tidak membawa Arriza kesini saja, agar nasibnya tidak akan ngenes seperti ini.

Jogaz menatap tajam ke arah monitor di depan nya. Ia berniat akan mengalahkan Zafrael dengan segala cara, agar Arriza bangga memiliki pacar sepertinya.

Mereka berdua sedang Godfall, yang di mana  itu sangat dikuasai oleh Zafrael.

Darrel dan Haikal keluar dari dapur, mereka membawa omelette dan beberapa makanan lain yang sudah mereka masak dengan sedemikian rupa. "Woy! Ada yang mau nggak?" tawar Darrel.

Naviel menghampiri mereka, dan membantu membawakan beberapa makanan, tak enak jika ia hanya duduk santai sedangkan teman laki-laki nya malah sibuk dengan dapur.

Mengetahui Zafrael yang sedang lengah karena asyik menyantap makanan. Jogaz langsung menghabisi lawannya itu. Berakhir kemenangan berpihak kepada Jogaz.

"Wuuu, gue menang!!" Jogaz berdiri di sofa, dan menatap ke arah teman-temannya. "Kasih tepuk tangannya dulu dong," perintahnya. Sorakan histeris keluar dari mulut Jogaz, keinginannya mengalahkan Zafrael akhirnya terwujud juga. Pasalnya, jika ia bertanding dengan Zafrael. Maka sudah dipastikan ia akan kalah.

Darrel menepukkan tangannya, sebagai tanda kemenangan Jogaz. Haikal juga ikutan bersorak ria.

Zafrael yang baru menyadari dirinya kalah, langsung merengek kepada Naviel. "Hua Vil, aku kalah!!" rengek Zafrael seperti seorang bayi, sambil menunjuk ke arah monitor.

Naviel hanya terkekeh melihat kelakuan kekasihnya. "Shttt! Diem El, malu sama temen-temen noh."

"Buset, singa kalau lagi rewel, ternyata begitu ya," tutur Haikal heran.

ZAFRAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang