20. pada ngga sehati

102 17 0
                                    

Lantas lelaki itu mendekat ke arah gadis ini karena sudah merasa diabaikan.  Derap sepatu yang ia kenakan, hampir tidak terdengar saking pelannya pria tersebut melangkah.

"Hai," sapa pria tersebut. "Lagi nunggu taxi, ya?" tanyanya lembut, sambil menengok ke arah gadis ini sekilas. Hanya anggukan lemah yang ia dapatkan, gadis ini masih setia menunduk dengan tangisannya yang belum reda. "Saya boleh ikut nunggu di sini?" lagi-lagi tidak ada jawaban dari gadis ini, hanya anggukan pelan yang ia berikan sebagai jawaban.

Karena menyadari bahwa gadis di sampingnya tengah menangis, pria tersebut enggan bertanya lagi. Keduanya hanya saling berdiam-diaman dengan ditemani beberapa suara kendaraan yang berlalu-lalang.

"Sorry, gue gatau alasan kenapa lo nangis, tapi bisa ngga lo berhenti nangis?" pria tersebut kembali membuka suaranya, dan melontarkan keinginannya kepada gadis. "Eh maksudnya, gue ga tega kalau ada cewe yang nangis," koreksinya agar gadis ini tidak berpikiran kemana-mana.

Lantas, gadis ini langsung mengusap pipinya dengan kasar, dan mencoba menatap ke arah langit-langit agar butiran bening tersebut tidak keluar lagi.

"AHAHA, maaf ya," kata gadis rambut acak-acakan itu, dari suaranya yang masih bergetar, bisa dipastikan bahwa isakannya belum juga reda, namun ia tetap mencoba memaksakan.

Gadis itu kembali menghela nafasnya dengan kasar, merasa lelah karena berdiri terlalu lama hanya untuk sebuah taxi lewat.

"Udah nunggu lama ya? Apa mau gue suruh temen gue buat jemput?" tawar pria tersebut karena tak tega melihat wajah pucat orang di sampingnya.

"Ngga usah, palingan sebentar lagi juga lewat kok, nanti malah ngerepotin temennya," tolaknya dengan senyum tipis yang terukir di bibir mungil miliknya.

Benar saja, setelah ada taxi yang lewat, lantas gadis ini melambaikan tangannya agar taxi tersebut berhenti di hadapannya.

"Tuh kan," tunjuk gadis itu ke arah dimana taxi berada. "Gue duluan ya," pamitnya.

Pria itu langsung mengacungkan jempolnya dan diikuti senyuman yang terukir dari sudut bibirnya.

Sepeninggalnya gadis tadi, pria ini memperhatikan selembaran kertas yang jatuh tepat setelah gadis tadi pergi. Karena merasa penasaran, ia mengambil kertas tersebut. "Eh?" pria tersebut terlihat kaget setelah membaca nama yang tertulis di selembaran kertas itu.

Nama tersebut mengingatkannya kepada seseorang, seseorang yang selalu menemani harinya dikala kecil,

♡♡♡♡

"El, makasih udah mau repot-repot nganterin aku," tutur gadis tersebut setelah mereka memasuki pekarangan rumah milik Naviel.

"Santai aja kali, kaya sama siapa aja deh," jawab sang kekasih sambil sedikit menggoda gadis yang masih duduk di sebelah nya.

Lantas, Naviel membuka pintu mobil tersebut dan berjalan menuju ke rumahnya. "Babay El!" Naviel melambaikan tangannya ke arah Zafrael yang berada di dalam mobil.

"Daa cantikku," Zafrael membalas lambaian tangan Naviel, serta melakukan kiss bye sekilas.

♡♡♡♡

"Eh Vil, lo kemarin pulang sama El, kan?" tanya Arriza memastikan.

Naviel mengangguk, mengiyakan pertanyaan Arriza. "Emang kenapa?" tanyanya penasaran.

ZAFRAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang