32. Sebuah kebenaran

103 8 0
                                    

"Stella?" lirih nya ketika dirinya melihat sosok Stella yang berjalan kemari. Naviel mengernyit, darimana Stella bisa tahu keberadaan rumah Zafrael?
Dengan tangan yang memegang cangkir berisi coklat hangat, Naviel tampak memperhatikan kedua insan yang sibuk mengobrol. Huft, menunggu seperti ini memang hal yang membosankan.

Bersamaan ketika ponsel milik Naviel berbunyi, kedua orang tersebut sudah menyelesaikan obrolannya. Stella membuat kontak mata dengan Naviel, dan menampakkan senyum miringnya seakan ia adalah pemenang (?)

"Gue disuruh Papa nganter cemilan buat lo," ujar Stella yang langsung meninggalkan tempat ini.

"Papa?" tanya Naviel. Papa siapa yang dimaksud Stella tadi? Naviel masih menyimpan pertanyaan namun, ia urungkan. Karena, dirinya ingin melihat, siapakah yang menghubungi dirinya.

Bersamaan dengan Naviel yang kebingungan karena pesan dari Ayahnya, Zafrael datang membawa sekantong plastik berisi banyak makanan ringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamaan dengan Naviel yang kebingungan karena pesan dari Ayahnya, Zafrael datang membawa sekantong plastik berisi banyak makanan ringan.

"Stella ngasih ini buat kamu, udah aku tolak, tapi dianya kekeh buat ngasih. Takutnya didalemnya dikasih apa-apa, kamu tau sendiri 'kan, gimana dia. Nggak usah dimakan aja, ya?"

"Aku makan aja nggak papa, sayang juga kalau dibuang. Oh iya, tadi katanya kamu mau ngejelasin soal yang tadi," Naviel kembali menagih janji Zafrael yang katanya ingin bercerita.

"Beneran mau dijelasin?" tanya Zafrael yang masih sedikit ragu. Naviel hanya mengangguk. Pada saat itulah Zafrael mau tak mau harus memulai ceritanya.

Zafrael menarik nafasnya kasar. "Jadi, tadi aku dikabarin Darrel—"

"Darrel?" Naviel memotong.

"Iya, dia bilang kalau kamu bakalan ketemu anaknya Ayahmu," lanjut lelaki dengan tatapan yang teduh itu.

"Kok Darrel bisa tau?" belum juga Zafrael menyelesaikan penjelasannya. Namun, sang gadis yang berada di sampingnya tak henti-henti bertanya.

"Dia nguping pembicaraan Stella.“

"Stella?" ayo lah, Naviel ini sedang bingung, malah di tambah bingung lagi.

Darrel baru saja ingin meninggalkan tempat ini. Tak hanya karena sepi, tempat ini juga terlihat suram. Maka dari itu, Darrel ingin cepat-cepat pergi.

Namun, ketika kakinya baru saja ingin melangkah, Darrel mendengar suara wanita yang berbisik-bisik. Karena penasaran, Darrel mengendap dan mendekat ke sumber suara.

"Naviel, Naviel. Lemah banget sih! Baru gitu aja, gelagaknya udah kaya orang yang paling tersakiti di dunia. Jadi makin penasaran, gimana reaksinya setelah tau kalau gue sama dia itu saudaraan. Sama-sama anak dari Arta Martaseno."

Ya, suara itu milik Stella. Anak yang baru pindah ke SMA Elang Bumi beberapa waktu yang lalu. Darrel terpaku saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut wanita tersebut.

ZAFRAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang