21. Aneh?

108 15 4
                                    

"Mau lo apa sih? Gue udah lakuin semua apa yang lo mau, tapi lo ga menghargai gue sedikit pun?" gadis itu bertanya dengan penuh penekanan. Bahkan, butiran bening yang sedari tadi ia tahan pun, lolos dari matanya.

"Gue udah ngelakuin perintah lo, bahkan sampai perintah lo yang ngga masuk akal pun, gue lakuin, tapi apa? Lo malah gini? Seenaknya sendiri, iya?!" gadis itu mengeluarkan kekesalannya dengan suara yang bergetar karena, sedari tadi ia menahan isakannya sekuat tenaga.

"Ayo ngomong!" perintah gadis itu. "Kenapa disaat kaya gini, lo malah diem aja? Keluarin tuh, semua ancaman lo, semua omong kosong lo!" sambungnya.

Sementara itu, orang yang sedari tadi duduk di depannya hanya diam saja, tidak mengeluarkan sedikit kata pun. Entah ia mendengarkan penuturan dari gadis itu atau tidak.

Sekian menit kemudian, orang tersebut melangkah dengan terburu-buru, meninggalkan gadis yang terlihat sedang frustasi itu.

"Kelakuannya sedikit pun ga ada yang mirip sama gue," gumamnya sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri.

♡♡♡♡

"Eum... El, boleh nanya sesuatu?" tanya Naviel kepada Zafrael, namun ia merasa ragu untuk menanyakan pertanyaan ini.

"Boleh, nanya tinggal nanya aja kali, ngapain izin segala?"

"Ngga enak aja sih, takutnya nanti kamu malah gimana gitu," ujar gadis berpawakan tinggi itu. "Eh iya, aku mau nanya... Kamu kemarin, nganterin cewe pulang?" Naviel mengutarakan hal yang ingin ia tanyakan sedari tadi.

Zafrael terdiam sejenak, ia menatap gadis di depannya dengan tatapan teduh. "Aku kan emang nganterin cewe pulang," Zafrael menjeda perkataannya sejenak. "Mana cewenya cantik banget lagi," sambung lelaki berjaket hitam itu.

Raut wajah Naviel seketika berubah, seperti orang yang sedang bertanya-tanya. Zafrael yang melihat wajah reaksi dari kekasihnya pun terkekeh dibuat.

"Cewenya itu kamu, cantik," tutur Zafrael sambil mengelus surai hitam milik Naviel. Dengan begitu, kedua pipi milik Naviel memunculkan semburat merahnya karena penuturan kekasihnya tersebut.

Namun di lain waktu, ia masih tetap memikirkan, siapa orang yang bersama dengan Zafrael tersebut.

Tapi, dirinya juga tak ingin kembali membuat masalah seperti kala itu, hingga mengakibatkan keduanya berjarak beberapa waktu.

"Kenapa masih suka blushing sih?"

"Karena, mulut kamu tuh ya, buaya banget!" ungkap Naviel sambil mencomot bibir ranum milik Zafrael.

"Daripada di comot begitu, mending dicium aja," goda Zafrael sambil menampakkan barisan giginya yang rapih.

"Ih, gemes banget kamu, pengen aku jadiin makanan buaya yang ada di Sungai."

"Emang buaya hidup di Sungai?" tanya Zafrael kepada Naviel.

"Ada, banyak malahan."

Begitulah kira-kira pembicaraan random dari keduanya. Pasangan yang mempunyai banyak kesamaan, yang selalu mencoba untuk mengandalikan ego masing-masing agar keduanya selalu merasa nyaman ketika bersama.

"Kenapa, cantik?" tanya Zafrael setelah melihat Naviel yang melamun. Namun, Naviel tak kunjung menjawab pertanyaan dari Zafrael, ia masih setia dengan tatapannya yang kosong. Akhirnya, Zafrael memutuskan untuk menggoyangkan badan Naviel.

"Eh iya, kenapa El?" tanya Naviel setelah tersadar dari pikirannya yang berkelana.

"Kamu kenapa ngelamun terus sih? Lagi ada masalah ya? Kalau ada masalah, cerita aja ke aku, kalau kamu bingung mau cerita ke siapa, masih ada aku di sini, Vil," tutur Zafrael menyakinkan Naviel. Pasalnya, Naviel termasuk orang yang sangat tertutup tentang masalah yang tengah ia alami, ia hanya mau bercerita dengan Arriza saja. Tapi tetap saja, tak semua masalah yang ia alami bisa diceritakan ke orang-orang. Maka dari itu, Naviel memutuskan untuk membungkusnya rapat-rapat.

ZAFRAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang