[3] Permen

208 25 7
                                    

"Mau kemana Lo?"

"Apa urusannya sama Lo?" tantang Bulan pada Arsen yang baru saja bertanya padanya

"Lo mau bantuin anak-anak OSIS ngurus MPLS kan?" tebak Arsen

Bulan memutar bola matanya, "Kalau udah tau ngapain nanya?!"

"Jagain Asya buat gue. Gue takut nanti kegiatan MPLS nya aneh-aneh kayak MOS"

"Dih, siapa Lo nyuruh-nyuruh gue?"

Arsen menghela napas kasar, "Bulan yang cantik jelita secantik bulan di angkasa, tolong jagain Adek gue ya? Soalnya gue lagi nggak bisa bolos buat ngawasin dia. Lo mau kan hm?" ucap Arsen dengan nada dan senyum yang dibuat-buat

Bulan hanya menatapnya malas lalu berjalan keluar kelas tanpa membalas ucapan Arsen.

"Eh? Bulan!" panggil Arsen berdiri dari kursinya

"Bacot! Iya, gue jagain!" balas Bulan berteriak tanpa berbalik

"Good" gumam Arsen lega sembari mendudukkan dirinya di kursi seperti sebelumnya

"Tumben Lo"

Arsen menoleh saat mendengar suara Saga, "Apanya?"

Saga balas menoleh ke arah Arsen, dan secara serempak Reza dan Azka mendekatkan kepalanya mereka dengan Arsen, membuat laki-laki itu sangat kebingungan.

"Biasanya Lo susah banget buat percaya orang lain bisa jagain Asya, kenapa sekarang…" Reza berkata sambil melirik pintu kelas

"Lo percaya sama Bulan, bro? Wow!" sahut Saga seolah takjub

"Emang ada yang salah?" tanya Arsen heran

"Salah besar, bro!" seru Azka

"Harusnya kalau urusan Asya, Lo lebih percaya ke temen kita yang ini" lanjutnya sembari menepuk-nepuk bahu Saga

Saga menepis tangannya kasar, "Kenapa jadi gue?!"

"Emang Lo nggak mau apa?" balas Azka

Saga langsung memalingkan wajahnya ke arah lain dan membuka buku untuk mengalihkan perhatiannya.

"Dih, dasar lembek, cupu, pengecut, nggak gentle Lo!" ejek Reza habis-habisan

Saga hanya diam tanpa mengalihkan pandangannya, sementara itu salah satu jari tengahnya teracung untuk Reza yang duduk di belakangnya.

*#*

"Hai, Bara"

Bara menoleh saat mendengar seseorang menyapanya di kantin.

"Apa?" tanya Bara malas

"Nggak pa-pa kok, aku cuma mau nyapa kamu aja" jawab seseorang itu, Asya

"Oh, hai" balas Bara seadanya

"Ish" kesal Asya sambil mengacak rambut Bara yang agak panjang

"Lo!" seru Bara tak terima karena Asya berbuat semaunya padanya

Meski melihat amarah di wajah Bara, Asya merasa biasa saja, dia justru mengeluarkan sebuah permen dan memberikannya pada Bara dengan memasukkannya ke dalam saku seragamnya.

"Mending ngemut permen daripada ngisep rokok"

Awalnya Bara merasa bingung dan mengerutkan keningnya, tapi begitu menyadari bahwa Asya baru saja mengganti rokok di sakunya dengan sebuah permen, di segera mengejarnya.

"Asya!"

Asya mempercepat langkahnya hingga dia berlarian di koridor sekolah dengan Bara yang mengejarnya.

A's familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang