[5] Mata

139 22 8
                                    

Chapter ini agak asdfghjkl
Yak betul! Gak jelas:(

Aku sendiri aja ngebatin, "Apa sih ini?":)

*#*

"Balik juga Lo"

Arsen yang baru memasuki kelas pun menoleh ke arah Bulan, "Kenapa? Lo nyariin gue? Lo kan tau kalau gue bolos. Oh atau… Lo kangen sama gue ya?" tanyanya dengan tatapan jahil di kalimat terakhir

"Nggak akan bahkan dalam mimpi sekalipun! Dasar nyebelin! Lo udah bikin gue diintrogasi abis-abisan sama Bu Ra--hmpt"

"Berisik Lo" decak Arsen menutup mulut Bulan dengan telapak tangannya

Tatapan kesal Bulan pun mengarah padanya, tapi sesaat kemudian keduanya terpaku menatap mata satu sama lain.

Bulan yang tersadar lebih dahulu pun mengerjapkan matanya, membuat Arsen melakukan hal yang sama dan melepaskan bekapannya.

"Matamu melemahkanku, saat pertama kali ku lihatmu, dan jujur, ku tak pernah mera--aaa!" Azka yang baru saja bernyanyi, kini lari terbirit-birit kala Arsen melempar sebuah penghapus papan tulis yang hampir mengenai kepalanya dan kini berusaha mengejarnya

"Azka, mau gue sumpel tuh mulut pakek penghapus papan hah?!" teriak Arsen

"Please, Sen. Lo jangan jadi psikopat" balas Azka sembari terus berlari

Sementara itu Saga hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Reza mulai bernyanyi, "Ibu ayam dikejar musang, anak ayam cari ibunya, ibu ayam berlari, terus lari, dan ditangkap musang, anak ayam mencari, terus cari, ibunya yang hilang… oh kasihan… oh kasihan… aduh kasihan…" sambil memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan ekspresi kasihan

"Kak Io sama kak Azka ngapain?"

Reza memekik pelan karena terkejut saat tiba-tiba Asya muncul di antara dirinya dan Saga.

"Ngagetin aja" ujar Reza yang hanya diberikan cengiran tak berdosa oleh Asya

"Tumben kak Io mau lari-larian kayak gitu. Bukannya banyak yang bilang kak Io pendiem banget di sekolah?" tanya Asya pada Saga dan Reza

"Beuh… biasanya sih bukan pendiem lagi, tapi udah kayak kulkas" bisik Reza di 4 kata terakhir

"Eum… apa sebenernya kak Io cuma cari alesan buat kabur ya?" monolog Asya mendekati Bulan

Gadis itu merangkul lengan Bulan yang lebih tinggi darinya lalu melanjutkan ucapannya, "Soalnya kak Io malu sama kak Bulan"

Bulan langsung memalingkan wajahnya dan melepaskan rangkulan Asya di tangannya.

"Kak Bulan, jangan ngambek…" Asya mengejar Bulan yang kembali ke tempat duduknya

"Enggak" jawab Bulan

"Beneran?"

Bulan mengangguk sambil tersenyum, "Hm"

"Aaa… sayang banget sama kak Bulan pokoknya" girang Asya memeluk Bulan

Sejujurnya, dia juga ingin memiliki seorang kakak perempuan yang akan bisa lebih mengerti dirinya dibandingkan kakak laki-laki.

Bukannya tidak bersyukur memiliki Arsen yang begitu baik dan menyayanginya, hanya saja ada beberapa hal yang mungkin akan lebih baik jika dibahas bersama seorang kakak perempuan. Dan ia rasa, ia mendapatkannya dari Bulan.

*#*

"Hm" Asya mengulurkan sebuah permen tusuk di depan wajah Bara saat laki-laki itu hendak menghisap rokoknya

Bara hanya diam dan memilih beranjak pergi dari taman sekolahnya itu.

"Bara, kamu jangan ngerokok dong. Itu nggak baik buat kamu tau?" Asya mengikuti langkah Bara

A's familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang