RAJA 17 🛩

75 13 0
                                    

Happy Reading

Hope you enjoy guys.

_RAJA_

Raja mengangkat tangannya saat baru keluar dari studio pemotretan Vvip. Saat bagas mendekat ia segera menyerahkan kamera yang tadi ia gunakan untuk memotret beberapa brand dari sebuah perusahaan ternama.

"Semua hasilnya masih utuh di situ, pilah yang terbaik lalu editing dengan sempurna, saya ingin hasilnya lusa sudah ada di laptop saya," Bagas mengangguk sopan kepada Raja. "Hari ini berapa team yang keluar pemotretan outdoor Gas?"

"Lima team yang keluar Pak, satu team ke luar Medan," jawab Bagas.

"Kau ada berapa sesi hari ini?" sahut Raja.

"Dua sesi Pak, setelah Lunch dan pukul empat sore," sahut Bagas. Raja mengangguk lalu kemudian melirik jam tangannya.

"Saya ke ruangan Bagas," sahut Raja lalu berjalan meninggalkan Bagas.

Sesampainya di ruangannya Raja meraih ponselnya lalu mendial satu nomor yang tak butuh waktu lama mendapat sambutan di seberang sana.

"Apakah sudah mendarat John?"

"Belum sir, ada sekitar 10 Menit lagi My Lord," Jhon memberitahu Raja.

"Tetap kawal dan pantau meraka dari jauh Jhon dan pantau mereka dari jauh Jhon hingga sampai di rumah," titah Raja tegas. Kemudian sambungan telepon itu terputus.

-----

"Kita akan segera mendarat Tuan Muda," Laki-laki itu tersentak dan segera menoleh ke arah sumber suara. Menarik kesadarannya sepenuhnya.

Tuan Muda.

Jika biasanya ia akan protes kepada siapapun yang memanggilnya seperti itu. Namun kali ini ia memilih untuk mengangguk sekilas.

Jantung'nya berdebar hebat saat pesawat pribadi milik keluarganya bersiap untuk landing. Aldy Pradica Rahman refleks memejamkan matanya lagi untuk beberapa menit. Menikmati taluan jantungnya yang menggebuk dadanya tanpa ampun. Bahkan tanpa sadar ia mengepalkan tangannya hanya untuk mencari kekuatan untuk dirinya.

Meneguhkah hati, akhirnya setelah setahun lebih berlalu ia kembali lagi di sini. Ke kota ini.

Kampung halamannya.

Setelah mati-matian selalu saja mengelak dan mencari alasan yang tepat saat teror demi teror silih berganti menerpa Aldy. Lottie, Hazenya dan adik-adiknya selalu meneriaki bahkan mengancamnya agar ia pulang ke kota ini.

Tapi tetap saja pada akhirnya Aldy lah yang berhasil membuat mereka menyerah pada hari itu lalu mulai menerornya di lain hari lagi. Meski tidak ada yang akan menerima segala alasannya apalagi mempercayainya.

Tapi keluarganya dengan terpaksa dapat menerima alasannya.

Namun dua hari lalu ketika ia baru sampai di studio setelah menyelasaikan sesi pemotretan outdoornya. Ponselnya tiba-tiba saja berdering membuat Aldy kontan menahan napas saat membaca caller id di layar ponselnya.

Ia menghembuskan napas panjang kemudian jarinya menggeser icon berwarna hijau itu di layar ponselnya. Dan di detik itu juga ia sudah dapat menebak dan meyakini bahwa alasan yang dia berikan tidak pernah akan berlaku untuk pemilik caller id ini.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang